Artikel referensi teksbook ieu sae ..tapi nagn nekenkeun kana konversi pencemaran GRG ngaggo CO2 ekivalen wae. tapi mun keur di Indo mah kedah dikalibrasi kana 2 faktor penting anunyigeung ekonomi Nagara.nyaeta Subsidi BBM sareng fossil fuel (BBM0 teh naturana beda sareng Biofuel. Anu hiji unrenewable (jadi nili economic rent luhur kedah aya reservasi) , anu hiji deui bio renewable..tangtanganna..onkos nyieun ku teknologi bersih...katilu..tetep industri dunya anu ngahasilkeun 94% Co2 yana dinagara2 maju...anu hohoax ka nagara selatan upamina nagara tropis...kana soal ngababat leuweung....Batur ngababt leuweung di abad 18, 19,20 ..kunaon Indo kudu nangung akibatna ?
On 4/15/08, Rahman <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > "Biofuel", Pangan, dan Kemiskinan > Selasa, 15 April 2008 | 00:39 WIB > > Khudori > > Industri biofuel mengalami titik balik. Janji bahwa biofuel bisa > diperbarui, ramah lingkungan, mereduksi pemanasan global, > menyubstitusi bahan bakar fosil, dan mendorong pembangunan pedesaan > mulai dipertanyakan. > > Klaim biofuel ramah lingkungan terjadi akibat pemahaman tak utuh. Jika > siklus hidup biofuel dipahami utuh, mulai pembukaan lahan, drainase, > pergiliran tanaman hingga menjadi bahan bakar, masalahnya akan lain. > > Usaha tani jagung, bahan baku etanol, akan menghasilkan gas rumah kaca > (GRK) cukup besar (Patzek, 2006). Pabrik etanol biasanya digerakkan > energi batu bara, salah satu jenis energi fosil dengan emisi GRK > paling besar. > > Sebuah riset menyebutkan, untuk memproduksi 1 ton minyak sawit > dihasilkan 33 ton emisi CO2, 10 persen lebih besar dari emisi CO2 > premium (Holt-Gimenez, 2007). Riset lain menyebutkan, mengonsumsi > bahan bakar 10 persen dari etanol jagung ekuivalen menambah CO2 127 > juta metrik ton per tahun. Secara kasar ini sama dengan emisi CO2 > premium dari 20 juta kendaraan bermotor (Patzek, 2004). Ujung semua > ini, biofuel bisa mengurangi pemanasan global digugat. > > Pendorong deforestasi > > Biofuel juga menjadi salah satu pendorong potensial deforestasi. > Misal, antara 1985 dan 2000, ekspansi sawit bertanggung jawab atas 85 > persen deforestasi di Malaysia (Friends of The Earth, 2005). Malaysia > adalah penghasil kelapa sawit nomor satu dunia, disusul Indonesia. > Deforestasi di Malaysia berlanjut dengan laju 7 persen per tahun. > Semua hutan tersisa di Malaysia pun terancam. Biofuel merupakan > penyebab utama deforestasi di negara seperti Indonesia, Malaysia, dan > Brasil (Barbara, 2007). > > Benarkah biofuel bisa menyubstitusi minyak fosil? Untuk itu, perlu > memahami net energy, jumlah energi bersih yang dibutuhkan guna > menghasilkan energi (www.eoearth.org). Sejumlah riset menyebutkan, > biofuel memiliki net energy positif (Farrell et. al., 2006). Namun, > riset ini umumnya melupakan input energi dalam produksi biofuel > (Barbara, 2007). Net energy etanol biasanya bergerak 1:1 - 4:1. Rasio > ini bisa dinilai besar, tetapi nilai itu jauh lebih kecil dari net > energy minyak fosil: 20:1 (Barbara, 2007). Riset-riset ini bisa > menjadi debat publik metodologis-akademik. Namun, semua itu menjadi > bukti, manfaat biofuel kian dipertanyakan. Manfaat lain yang menarik > adalah biofuel mendorong pembangunan pedesaan, terutama mengurangi > pengangguran dan kemiskinan. > > Rantai pangan dan "biofuel" > > FAO-UE menyimpulkan, biofuel selain menguntungkan juga menciptakan > lapangan kerja baru (FAO, 2005). Ini tidak salah. Namun, manfaat itu > amat ditentukan tipe biofuel yang dikembangkan dan siapa yang > mengontrol? Program biofuel skala kecil yang dikontrol komunitas > lokal, melayani kebutuhan mereka sebagai bagian desentralisasi dan > sistem produksi pertanian yang terdiversifikasi, berpotensi memberi > manfaat kepada pedesaan dan menciptakan lapangan kerja baru (Ernsting > et. al, 2007). > > Sayang, pengembangan biofuel kini berhadapan dengan sistem rantai > pangan (agrifood chain). Sistem ini menghubungkan mata rantai dari > sejak gen sampai rak-rak di supermarket tanpa ada titik-titik > penjualan, tidak ada price discovery (Eagleton, 2005). > > Artinya, sektor basis biofuel inimulai produksi, perdagangan, > pengolahan dan riteltidak hanya terindustrialisasi dan mengglobal, > tetapi juga kian terkonsentrasi di segelintir pelaku. Mereka > mendominasi pasar pangan dunia melalui empat aktivitas: (i) perusahaan > yang bergerak di bidang gen, bibit, dan input agrokimia; (ii) pangan > dan serat, perdagangan, dan pengolahan bahan mentah; (iii) perusahaan > manufaktur dan pengolahan; dan (iv) supermarket. Seperti pangan, > industri biofuel juga mengalami konsentrasi, operasionalnya > tersentralisasi, dan hanya dikuasai segelintir penguasa kapital (TNCs). > > Pada titik ini, manfaat biofuel sebagai pengikis kemiskinan dan > pengangguran menjadi masalah. Secara teoretis, jika industri biofuel > berkembang, pasar produk pertanian kian luas. Produk pertanian tak > hanya melayani pasar tradisional (makanan, pakan, dan sandang), tetapi > juga industri biofuel. CPO, misalnya, bisa dijual ke industri minyak > goreng dan berakhir di pasar atau ke industri biofuel dan berakhir di > SPBU. > > Hal ini akan mendorong kenaikan dan stabilitas harga produk pertanian. > Ujung-ujungnya, industri biofuel akan mengurangi pengangguran dan > kemiskinan. Studi ADB di Asia Pasifik menyebutkan, tiap pertumbuhan > sektor pertanian 10 persen akan menurunkan jumlah orang miskin di > pedesaan berkisar 1,5 persen-12,0 persen (Susila, 2008). > > Masalahnya, produk pangan untuk biofuel akan mendorong kenaikan harga > pangan. Hampir semua pangan penghasil minyak (kedelai, jagung, sawit, > gandum, tebu) meroket harganya. Artinya, pengembangan biofuel akan > menambah barisan orang miskin. Kenaikan harga pangan akan menurunkan > pendapatan riil atau daya beli masyarakat. > > Akibatnya, warga yang semula tidak miskin menjadi miskin. Bagi negara > net-importer pangan atau berpenduduk besar seperti Indonesia, situasi > ini akan berdampak luas. Jika tak dikelola dengan baik, kondisi ini > akan memunculkan perkelahian urusan perut lawan mesin, warga miskin > versus warga kaya. Karena itu, biofuel sebaiknya dibuat dari bahan > nonpangan. > > Khudori Peminat Masalah Sosial-Ekonomi Pertanian > > > [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/ http://barayasunda.servertalk.in/index.php?mforum=barayasunda [Ti urang, nu urang, ku urang jeung keur urang balarea]Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/Baraya_Sunda/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/Baraya_Sunda/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/