Kekayaan Garut Selatan Belum Tergali

Kawasan Garut selatan (Gasela) di Kab. Garut sejatinya merupakan
kawasan yang kaya. Di kawasan ini terpendam sumber daya alam yang luar
biasa banyaknya. Emas, minyak bumi, mineral, bijih besi adalah
sebagian dari sumber daya alam yang tersimpan di bumi Gasela.

Menurut Kepala Sumber Daya Air dan Pertambangan (SDAP) Kab. Garut Drs.
H. Uu Saefudin, S.T., potensi tersebut saat ini masih tersimpan utuh
di perut bumi. Emas saat ini diduga berada di kawasan Pakenjeng,
Talegong, Cisewu, Banjarwangi, Singajaya,Peundeuy, Cibalong, dan
Cisompet.

Potensi lainnya, pasir besi di Cibalong, Pameungpeuk, Cikelet, dan
Pakenjeng, dengan daerah prospek antara lain di Cimerak, Cibera,
Sayangheulang, Cijayana, Citanggeulik, Cicalengka, dan Rancabuaya.
Atau bijih besi di Cibalong, Cikelet, dan Caringin dengan daerah
prospek di Banyuasih, Ciawitali, Cileuleuy, dan Cikabunan.

“Termasuk potensi yang belum tergali antara lain belerang, batu bara,
batu templek, kaolin, batu andesit, dan batu. Sayangnya, sampai
sekarang semua potensi pertambangan itu belum dilirik investor, baik
investor lokal maupun asing. Buntutnya, potensi besar tersebut masih
belum tersentuh,” kata Uu.

Jika saja semua potensi itu atau sedikitnya 50% dari potensi yang ada
bisa dieksploitasi dengan baik, pendapatan asli daerah (PAD) Garut
dari sektor pertambangan dipastikan akan meningkat. Lebih dari itu,
masyarakat di sekitar areal pertambangan pun akan memperoleh
kesempatan kerja dari perusahaan yang melakukan eksploitasi.

Butuh waktu lama

Menurut Ketua Bappeda Kab. Garut Drs. H. Iman Alirahman, M.Si., sejak
Garut dipimpin Bupati H. Agus Supriadi sebenarnya sudah dipikirkan
secara baik konsep untuk mengembangkan kawasan Gasela, termasuk
meng?hilangkan disparitas Garut selatan dan Garut utara yang sering
jadi bahan pembicaraan.

Soal tersebut bahkan sudah masuk ke dalam misi dan visi pembangunan
Kab. Garut. Agar sasaran itu tercapai, imbuhnya, pemkab terus
mendorong dengan melakukan pembangunan-pembangunan infrastruktur.

Melalui konsep pengembangan itu, suatu waktu Gasela diharapkan lebih
maju dan berkembang. Sumber daya alam yang kaya pun bisa tergali
secara maksimal untuk sebesar-besarnya demi kesejahteraan masyarakat.

Namun, Iman mengatakan, proses pencapaian cita-cita tersebut diyakini
membutuhkan waktu agak lama. Tidak setahun atau dua tahun. Karena
itulah ia mengharapkan agar masyarakat Gasela sedikit bersabar. “Yang
pasti, Pemkab Garut sesuai dengan visi dan misinya sangat memerhatikan
kawasan Gasela,” katanya.

Dalam kaitan itu, untuk sementara pemkab sudah merencanakan
pembangunan rumah sakit di Kec. Pameungpeuk, pembangunan pelabuhan
pendaratan ikan (PPI), kemudian mendirikan sekolah menengah atas
kelautan. Pemkab pun dengan pembangunan berbasis pedesaannya
memberikan perhatian yang penuh kepada pedesaan di selatan. Itu semua
sebagai bukti komitmen pemkab untuk lebih memajukan Gasela. “Kini
pemkab bahkan sedang membuat ren?cana tata ruang dan wilayah untuk
Gasela,” ujar Iman.

Iman menandaskan, komitmen Pemkab Garut untuk mempercepat pembangunan
di kawasan Gasela tidak perlu diragukan lagi. Namun perlu disadari
oleh semua pihak, mempercepat pembangunan di kawasan tersebut bukan
semata tanggung jawab Pemkab Garut. “Menurut hemat saya, akselerasi
pembangunan Gasela harus berdasarkan sinergitas stakeholder yang ada
di selatan,” katanya.

Pemda memang punya tugas untuk memberdayakan masyarakat. Selain itu,
memberikan pelayanan terhadap ketersediaan kebutuhan dasarnya. Namun
demikian, hendaknya ada sinergi yang manis dari para pihak yang saat
ini memanfaatkan ruang dan wilayah Gasela. Para pihak dimaksud,
misalnya perkebunan negara atau swasta, dan Lembaga Antariksa dan
Penerbangan Nasional (Lapan) yang berada di Pantai Sayangheulang dan
Santolo.

Hal itu penting karena hingga saat ini kontribusi pengelola ruang dan
dan wilayah tersebut dirasakan kurang oleh masyarakat. Di satu sisi,
masyarakat di Gasela pun pada umumnya belum memiliki akses yang baik
terhadap faktor produksi karena terbatasnya tenaga kerja, tanah dan
jiwa kewirausahaan. “Ini harus jadi bahan pemikiran stakeholder tadi,”
ujarnya.

Iman pantas berbicara seperti itu. Penyebabnya, tidak ada sinergi
antara pemkab dan stakeholder tadi, potensi-potensi yang ada tidak
terkelola secara optimal. Lihat saja Santolo. Ia mengatakan, walaupun
saat ini di Santolo sedang dibangun PPI, tetapi pemanfaatannya tidak
optimal. Itu terjadi karena terkendala oleh “zona bahaya” yang
diberlakukan Lapan. Optimalisasi pariwisata pun menjadi sulit karena
kendala tadi.

28/08/2006, Cetak, Aam Permana S/“PR”,Pikiran-Rakyat

Cite: 
http://www.garutkab.go.id/pub/news/plain/1343-kekayaan-garut-selatan-belum-tergali.html

Kirim email ke