Senin, 02 Agustus 2010Penyiarnya Hanya Dibayar Rp 80 Ribu/Bulan*Radio Bedja 107,7 Tetap Mengudara*"*ASSALAMUALAIKUM* warga Bedja sadayana. Wilujeng tepang dangu deui sareng Utun Inji dina acara Bedja Karaoke. Mugi warga Bedja aya dina kebahagiaan sareng kasehatan. Kanggo nambih sumanget aktivitas warga Bedja dina dinten Minggon ieu, Utun Inji bakal ngarencangan warga Bedja salami dua jam kapayun dina acara Bedja Karaoke."
Begitu kalimat pembuka tersebut disampaikan penyiar Radio Bedja 107,7 FM, Jatinangor, Utun dan Inji, seorang remaja putri mendendangkan lagu dangdut di depan mik. Sesekali matanya tertuju pada teks lagu yang tertera di layar televisi berukuran 14 inci. Tampak begitu penuh penghayatan dara ayu itu bernyanyi. Sementara si penyiar duduk di sebelahnya sambil membereskan lembaran request dari pendengar. Begitulah suasana yang terlihat saat "GM" memasuki ruangan studio radio komunitas Bedja yang terletak di area Saung Budaya, Jln. Jatinangor Km 12, Kab. Sumedang, Minggu (1/8). Tidak seperti umumnya radio komersial di kota-kota besar. Radio komunitas ini tergolong sangat sederhana. Menempati sebuah ruangan berukuran 3x5 m2 tanpa ada kaca penyekat layaknya sebuah studio radio. Yang memisahkan antara ruang siaran dengan fans hanyalah sebuah mebel kayu layaknya front office di kantor-kantor. Di balik itu, dua mik, tape recorder serta sebuah televisi 14 inci tersaji untuk aktivitas siaran. Tak ada pula busa-busa peredam suara yang menempel di bagian dindingnya. Menurut pengelola radio tersebut, Dudi Supardi yang ditemui di kediamannya, Jalan Raya Jatinangor, Minggu (1/8), wajar jika radio itu sangat sederhana karena merupakan radio komunitas yang tidak mendapat suntikan iklan untuk biaya operasionalnya. "Karena sudah ada aturan bahwa radio komunitas tidak diperbolehkan memasukan iklan, ya kita seadanya aja. Jadi jangan harap bahwa kondisi radio kami seperti radio lain yang serbakomplet karena kami bukan radio bisnis," sebut Dudi. Ia menjelaskan, sejak awal dirintis pada 2003 lalu, Radio Bedja yang merupakan kependekan dari Berita Daerah Jatinangor berfungsi sebagai media untuk kepentingan dan kebutuhan warga di wilayah Jatinangor. "Sesuai misi dari radio komunitas, kita berpartisipasi dalam penyampaian informasi yang dibutuhkan komunitasnya. Baik menyangkut aspirasi warga masyarakat maupun program-program yang dilakukan pemerintah. Keberadaaan radio komunitas juga salah satunya adalah untuk terciptanya tata pemerintahan yang baik," papar Dudi. Dudi menyebutkan, di Radio Bedja ada sembilan penyiar yang masing-masing menggawangi satu acara dengan durasi dua jam. "Mereka itu tidak dibayar. Mereka yang jadi penyiar itu orang-orang yang loyal untuk mengembangkan radio ini. Setiap bulannya memang ada uang sedikit, tapi penghasilan mereka tidak tetap. Itu tergantung berapa uang yang masuk dari sumbangan fans atau pihak lain tapi bukan dari iklan," ungkap Dudi. Apa yang diucapkan sang majikan dibenarkan Utun. Penyiar yang sudah cukup lama mengabdi di Bedja ini mengaku sedikitnya mendapat uang Rp 80 ribu sebulan. "Itu pun tergantung dana yang masuk ke kas radio. Misalnya bulan ini dapat Rp 500 ribu dan dibagi sama sembilan orang," beber lelaki berusia 26 tahun yang juga pelatih Sanggar Seni Motekar Jatinangor ini. (mirza/"GM")** -- Aldo Desatura ® & © ================ Kesadaran adalah matahari, Kesabaran adalah bumi Keberanian menjadi cakrawala dan Perjuangan Adalah pelaksanaan kata kata