--------------------------------------------------------------------- WARTA BERITA RADIO NEDERLAND WERELDOMROEP Edisi: Bahasa Indonesia
Ikhtisar berita disusun berdasarkan berita-berita yang disiarkan oleh Radio Nederland Wereldomroep selama 24 jam terakhir. --------------------------------------------------------------------- Edisi ini diterbitkan pada: Jumat 07 Oktober 2011 14:00 UTC ** WISATAWAN BELANDA JADI KORBAN KECELAKAAN DI BANDUNG ** PERAIH NOBEL PERDAMAIAN: 3 PEREMPUAN ** BELANDA SIAP LAWAN MOLDAVIA ** PERTUMBUHAN EKONOMI EROPA BEREFEK POSITIF ** TINJAUAN PERS: SD BELANDA TAK PEDULI MATA PELAJARAN BIOLOGI DAN ANAK 14 TAHUN DITANGKAP DI BALI. ** GEMA WARTA TOPIK INTERNASIONAL: PENGARUH JOBS DI AFRIKA ** GEMA WARTA TOPIK INTERNASIONAL: NOVAJA GAZETA, RESERVAT KEBEBASAN PERS RUSIA ** ** GEMA WARTA TOPIK INDONESIA: KAMP TAPOL PEREMPUAN G30S DI PLANTUNGAN, KENDAL * WISATAWAN BELANDA JADI KORBAN KECELAKAAN DI BANDUNG Sebuah bus wisata yang berisikan rombongan wisatawan asal Belanda, Belgia dan Sri Lanka mengalami kecelakaan di dekat Tanjakan Emen, Subang. Terdapat 16 orang dalam bus tersebut termasuk pemandu wisata, supir dan kenek. Masih belum jelas apakah ada korban jiwa dalam kecelakaan tersebut, namun kabarnya seorang warga Belanda telah menyatakan kabar istrinya meninggal dalam kecelakaan tersebut pada salah satu media di Indonesia, tandas ANP. Sebab Kecelakaan masih belum jelas, namun beberapa sumber mengatakan tampaknya rem bus blong. * PERAIH NOBEL PERDAMAIAN: 3 PEREMPUAN Oslo (ANP). Peraih hadiah Nobel perdamaian tahun ini adalah tiga orang perempuan. Mereka adalah presiden Liberia, Ellen Johnson Sirleaf. Dia adalah presiden pertama Liberia yang terpilih berdasarkan pemilu demokratis. Lima tahun belakangan ini Johnson aktif mengobarkan perdamaian di negerinya. Selain itu dia juga aktif memperbaiki kehidupan sosial, petumbuhan ekonomi dan posisi perempuan dalam masyarakat. Dua peraih hadiah Nobel perdamaian lainnya adalah aktivis asal Liberia, Leymah Gbowee dan aktivis Yaman, Tawakkul Karman. * BELANDA SIAP LAWAN MOLDAVIA ROTTERDAM (ANP) - Kesebelasan nasional Belanda hari Jumat malam waktu Belanda akan bertanding melawan Moldavia di Rotterdam. Timnas Belanda saat ini sudah berada di posisi aman dalam ajang kwalifikasi Piala Eropa yang akan berlangsung di Polandia dan Ukraina tahun depan. Tim Oranje hanya butuh satu poin lagi untuk benar-benar memastikan jalan masuk di grup E Piala Eropa. Jika Malam ini menang melawan Moldavia atau menang melawan Swedia hari Selasa minggu depan, maka Timnas Belanda pasti menduduki posisi teratas dalam grup E. Dalam dua duel terakhir ini pelatih Bert Van Marwijk tak dapat menggunakan Wesley Sneijder, Ibrahim Afellay, Arjen Robben, Maarten Stekelenburg, John Heitinga dan Hedwiges Maduro. Semua pemain top itu mengalami cidera. * PERTUMBUHAN EKONOMI EROPA BEREFEK POSITIF BRUSSEL (ANP) - Pertumbuhan ekonomi ternyata berefek positif pada lingkungan hidup. emisi gas rumah kaca di Eropa menurun drastis sebesar 15, 5 persen sejak 1990 sementara pertumbuhan ekonomi menningkat sebanyak 40 %. Demikian hasil penelitian Komisi Eropa. Negara-negara Uni Eropa bertekad untuk meraih rencana pengurangan emisi gas rumah kaca sampai 8 persen selama tahun 2008 - 2012. Meski demikian tahun 2010 lalu dianggap tahun dengan hasil negatif, karena emisi gas rumah kaca meningkat 2, 8 persen. * EMPAT PERSEN ANAK DILECEHKAN DI INTERNET Sekitar empat persen anak usia 9 sampai 16 tahun acap kali mengalami pelecehan di internet. Demikian hasil penelitian Netherlands Institute of Social Research. Sekitar 60.000 anak di berbagai negara dijadikan bahan penelitian. Meski demikian penelitian tersebut menyatakan jumlah pelecehan di internet tidak sebanyak yang terjadi dalam dunia nyata. Sekitar 170 ribu anak-anak menerima pesan pesan berkonotasi seksual dalam e-mail mereka. Satu dari lima anak tidak menyukai pesan-pesan semacam ini. Berdasarkan penelitian, anak-anak Belanda tampaknya lebih sering menghadapi masalah ini daripada anak-anak lain di negara Uni Eropa lainnya. Para peneliti beranggapan, anak-anak yang sering menggunakan komputer akan lebih sering menghadapi masalah pengejekan atau pelecehan di dunia maya daripada anak-anak yang jarang menggunakan komputer. Namun orang tua dan guru-guru menghadapi kesulitan mengontrol perilaku putra-putri mereka di dunia maya. Hal ini dikarenakan anak-anak sudah punya laptop masing-masing di kamar dan punya koneksi internet di komputer dan telefon genggam mereka. * TURKI MARAH PADA PRANCIS Pemerintah Turki marah terhadap presiden Sarkozy atas permintaannya mengangkat kembali kasus pembantaian etnis Armenia tahun 1915 lalu. Menurut menteri urusan Eropa Egebis Bagis, Sarkozy seharusnya memikirkan hal-hal yang lebih penting, seperti bagaimana cara mengeluarkan Prancis dari krisis ekonomi ketimbang mencampuri urusan dalam negeri negara lain. Selasa lalu Sarkozy mengeluarkan komentar, dia akan membantu Turki jika visi Turki tentang satu peristiwa bersejarah itu 'diperbaharui'. * KARZAI AKUI AFGHANISTAN BELUM AMAN Kabul (ANP). Dalam wawancara bersama BBC, Presiden Afghanistan Hamid Karzai mengakui pemerintahannya belum dapat membuat Afghanistan aman. Karzai menyebut dirinya dan mitra-mitranya gagal membuat rakyatnya aman di rumah sendiri. Dia bahkan menyebutkan 'sebuah kekurangan yang besar' bahwa pemerintahnya tidak dapat mencegah serangan-serangan yang digencar Taliban dalam beberapa bulan belakangan ini di kota-kota pusat militer. Sebagai contohnya dia menyebutkan pembunuhan mantan presiden Afghanistan, Burhanuddin Rabbani. * KANTONG URIN DI KERETA BELANDA Perusahaan jawatan kereta api Belanda, NS, berencana ingin menggunakan kantong urin dalam kereta-kereta yang tidak ada WC-nya. Para masinis NS terkejut mendengar berita ini. Mereka beranggapan sangat tidak sopan dan tidak etis menyarankan penumpang, di kereta-kereta yang tidak ada WC-nya, buang air kecil menggunakan plastik. Selain itu masalah kebersihan kereta juga akan menjadi masalah, jika rencana ini digolkan. * SD BELANDA TAK PEDULI MATA PELAJARAN BIOLOGI DAN ANAK 14 TAHUN DITANGKAP DI BALI. Sekolah-sekolah dasar di Belanda kini tak pedulikan lagi mata pelajaran Biologi, demikian koran Belanda Trouw. Instansi pendidikan lebih peduli mata pelajaran bahasa dan matematika. Beberapa tahun belakangan nilai biologi murid-murid kelas 6 SD di Belanda turun drastis. Hal ini diketahui berdasarkan hasil penelitian ujian CITO, atau ujian nasional mereka. Para murid hanya mengerti hal-hal yang umum saja, misalnya mereka tahu bunga juga bisa berkembang biak namun tidak tahu caranya. Mereka tahu efek gas rumah kaca tapi tidak tahu apa penyebabnya. Anak-anak juga semakin jarang bermain atau belajar di alam bebas, tandas Trouw. Guru jarang membawa murid-murid belajar sambil bermain di taman padahal terbukti cara ini efektif meningkatkan konsentrasi belajar dan menyehatkan anak. Banyak pakar pendidikan dan lingkungan khawatir, jika anak-anak sama sekali tak paham biologi, mereka akan tumbuh jadi orang-orang yang tidak peduli lingkungan, demikian Trouw. Koran The Age, Australia, membahas panjang lebar tentang anak laki-laki usia 14 tahun yang ditangkap di Bali. Anak asal Australia ini ditangkap di dekat Hotel Padma, Kuta, akibat ketahuan membawa 3, 9 gram ganja. Kini dia meringkuk di Penjara di Kerobokan. Orang tua sang anak, yang juga berada di Bali, datang keesokan harinya bersama pengacara. Mereka mengatakan anaknya trauma , menangis seharian dan tak mau makan setelah ditangkap. Pengacara mereka Muhammad Rifan mengatakan, untuk dapat bebas, orang tua anak itu harus menunjukkan bukti bahwa putra mereka tidak kecanduan narkoba, jika tidak maka putra mereka terancam dipenjara enam bulan sampai empat tahun. Penangkapan dilakukan oleh polisi berpakaian sipil. Sang remaja usia 14 tahun itu baru saja keluar dari tempat pijat pukul 2 pagi bersama temannya. Dua orang polisi berpakaian sipil langsung menangkap keduanya. Namun penangkapan berlangsung cisruh. Banyak saksi mata yang ingin mem-videokan proses penangkapan dengan telefon genggam tapi ketika ketahuan, polisi langsung menyita telefon danmenghapus video tersebut. Kemungkinan polisi mendapat tips dari orang sekitar yang melihat terjadinya transaksi, tandas The Age. Menteri luar negeri Australia, Kevin Rudd, langsung turun tangan menangani kasus ini, tandas the Age. * PENGARUH JOBS DI AFRIKA Seluruh dunia kehilangan Steve Jobs pendiri Apple. Ia dipandang sosok jenius pencipta generasi baru peranti komunikasi iPhone, iPod dan iPad. Di dunia Barat dia disanjung, bagaimana di belahan lain? Kalangan berduit di perkotaan. Orang-orang yang terutama suka desain dan barang-barang praktis. Itulah pengguna produk Apple di negara-negara berkembang. Bagi kalangan menengah ke bawah, telepon genggam merupakan alat komunikasi dan biasanya dari jenis kualitas harga terjangkau. Ini berlaku juga bagi komputer dan tablets. Mereka yang ingin kreatif, akan memilih telepon pintar berbasis Android. Terlalu Berpengaruh Masalah terbesar semua produk Apple adalah sistem operasi tertutup. Bagi komputer engkol murahan untuk anak-anak sekolah di negara-negara berkembang, yaitu program pengenalan komputer pada anak, One Laptop Per Child (OLPC), Steve Jobs bersedia memberi cuma-cuma piranti lunak sistem operasinya. Tapi tawarannya ditolak. Orang-orang tidak mau tergantung updates yang ditentukan Apple, tapi justru ingin menyesuaikan sistem operasi menurut selera. Demikian tutur webmaster Haapee de Groot dari LSM pembangunan Belanda Hivos, yang sering berkunjung ke Afrika. "Steve Jobs secara umum diakui sebagai pria bervisi, tapi orang bervisi pun bisa salah ambil keputusan. Apple mengaitkan piranti keras yang diproduksinya dengan piranti lunaknya. Jadi pada akhirnya Apple-lah yang menentukan apa yang boleh dipakai konsumen apa yang tidak. Dan itu ada harganya. Itulah salah satu alasan Android lebih populer. Sebenarnya sms lebih populer di Afrika. Jadi mereka tidak butuh smart phones atau iPads." OLPC akhirnya memilih Linux. Sama halnya dengan Brazil yang memiliki program ICT serupa. Apple terkenal karena mudah penggunaannya; tapi itu sudah menjadi hal umum dan bukan keunggulan Apple lagi. Bukan desain licin atau penggunaan yang mudah yang menjadi dobrakan dunia ICT di negara-negara berkembang, tapi program One Laptop Per Child, kata Stijn van der Krogt dari lembaga internasional Komunikasi dan perkembangan, International Institute for Communication and Development (IICD), yang aktif dalam bidang ICT di negara-negara berkembang. Ternyata laptop bisa juga dibuat dengan beberapa ratus dollar saja. Generasi Baru Generasi baru pengguna telpon genggam dan laptop punya selera sendiri. Mereka sangat kreatif dan pakai piranti lunak terkini, kata Van der Krogt. Dan mereka sama sekali tidak membeli aplikasi. Bukan karena harganya tidak terjangkau, tapi karena dianggap tidak penting. Mereka merakitnya sendiri. Stijn van der Krogt: "Terutama anak-anak muda ingin melakukan hal-hal fantastis dengan smart Phones dan komputers. Membuat aplikasi sendiri, menggunakannya dan membuka produk lain. Konsumen cenderung memilih jalan keluar yang berguna seperti telepon Android phones dan sistem open source. Karena itu berguna bagi mereka." Selain itu mereka juga tidak bisa memperbaiki sendiri Apple yang rusak. Baterainya tidak bisa dikeluarkan begitu saja. Di Afrika atau Amerika Latin telepon atau laptop yang rusak harus bisa dibawa ke tukang terdekat untuk direparasi. Atau reparasi dilakukan sendiri. "Yang pertama dilakukan adalah mengeluarkan blokade telepon baru. Tapi teleponnya harus bisa dibuka dulu," kata Stijn van der Krogt. Aplikasi Berguna Tampaknya Apple tidak bisa lagi mengejar ketinggalan. Cina memproduksi telepon-telepon murah. Stijn van der Krogt: "Di sana pelbagai variasi masuk pasaran dan itu cepat sekali. Tapi laptops dan komputer butuh waktu cukup lama. Itu sedang terjadi. Yang pasti di Amerika Latin. Proses perkembangan di Afrika berlangsung lebih lamban, karena hambatan pelbagai bea masuk. Tapi kami berharap, dalam tempo setahun ini sudah akan bisa menggunakan berbagai program ICT untuk berbagai proyek pertanian, pendidikan dan kesehatan." Bervisi Tapi itu semua tidak berarti kematian Steve Jobs bisa dibiarkan berlalu begitu saja. Jobs diakui sebagai pria yang berwawasan, kata webmaster Haapee de Groot dari LSM Hivos. Haapee de Groot: "Saya dengar kabar dari Kenya bahwa Steve Jobs dianggap setara dengan Wangari Maathai, pemenang Hadiah Nobel untuk Perdamaian. Dalam satu minggu dua pria berwawasan itu dikalahkan kanker. Dengan demikian, peran Steve Jobs sebagai pria berwawasan, juga diakui di Afrika." * NOVAJA GAZETA, RESERVAT KEBEBASAN PERS RUSIA Pekan ini, Elena Milashima berkunjung ke Belanda dalam rangka peringatan tewasnya Anna Politkovskaja. Pejuang HAM itu dibunuh lima tahun lalu. Walaupun bisa bernasib sama tapi ia tetap melanjutkan pekerjaan Anna Politkovskaja. Ia tidak punya pilihan lain. "Saya wartawan. Dan ini memang tugas saya." Sebagaimana Anna Politkovskaja, Elena Milashima juga bekerja di koran independen terbesar di Rusia, Novaja Gazeta. Maut juga selalu mengancam dirinya. Menurut Elena Milashima, di Rusia, impunitas dan korupsi masih meraja-lela. Pembunuhan Wartawan Contoh gamblang adalah kelompok pembunuh Anna Politkovskaja yang tidak pernah diseret ke pengadilan. Dan itu bukan satu-satunya kasus pembunuhan terhadap wartawan, yang tidak ada tindaklanjutnya. "Anna Politkovskaja adalah wartawan ke tiga yang dibunuh. Bagi kami semua, itu merupakan pukulan sangat berat. Seluruh dunia heboh. Dan kami berharap, pemerintah akan menyidik kasus tersebut. Namun, ternyata itu harapan sia-sia. Selanjutnya, kami paling tidak memperkirakan, tidak akan ada pembunuhan lagi." Ternyata, keadaan malah makin menjadi-jadi. Sejak pembunuhan Anna Politkovskaja tahun 2006, tiga rekan yang bekerja di koran kami juga dibunuh. Mereka memang sering mengeritik kebijakan pemerintah. Semua korban tewas adalah rekan kerja Elena Milashima. Masa Depan Suram Pernyataan Perdana Menteri Vladimir Putin bahwa ia kembali mencalonkan diri sebagai presiden, membuat harapan Elena Milashima mengenai masa depan tetap suram. Namun, ia tidak menyerah, seraya menyadari bahwa dampak penerbitan korannya, sangat terbatas. "Kebebasan pers? Saya tidak bisa bilang bahwa di Rusia tidak ada kebebasan pers. Tapi, keberadaannya hanya sebagai cadangan. Tujuhpuluh persen warga Rusia mengandalkan informasi dari televisi. Dan rekan kami yang bekerja di televisi, semua bekerja untuk pemerintah. Jadi, itu sebenarnya bukan jurnalisitik, tapi propaganda. Dengan demikian, kami berupaya menawarkan informasi yang sebenarnya. Jumlah pembaca kami sekitar tiga juta orang. Itu cukup banyak. Namun masih terlalu sedikit jika dibandingkan populasi bangsa Rusia sebanyak 140 juta orang." Walaupun demikian, masih ada beberapa titik terang. Koran Novaja Gazeta masih bisa menerbitkan apa yang mereka inginkan. Meskipun para wartawannya mendapat berbagai macam tekanan dari pihak luar. Alasan koran mereka masih tetap bisa terbit, menurut Elena Milashima sederhana. Dengan ini pemerintah bisa menunjukkan pada dunia luar, bahwa Rusia adalah negara demokratis, yang menghormati kebebasan pers. Membalik Arus Kadang, Novaja Gazeta juga berhasil mengubah opini publik. Sebagaimana yang terjadi pada kasus Michail Chodorkovski. Mantan konglomerat minyak ini ditahan sejak tahun 2003. Tuduhan resminya, penipuan dan penggelapan pajak. Namun, semua orang tahu, bahwa Michail Chodorkovski ditangkap karena ia secara terbuka memberi bantuan dana pada lawan politik Vladimir Putin. Walaupun pemerintah Rusia terus menerus menjelek-jelekkan Michail Chodorkovski, namun makin banyak warga Rusia yang berpendapat bahwa ia tidak bersalah. "Di situlah letak pentingnya pekerjaan kami. Cepat atau lambat, rakyat akan mengerti, siapa musuh Rusia sesungguhnya. Siapa musuh rakyat sebenarnya. Rakyat akan mengerti apa sebenarnya yang dilakukan oleh Vladimir Putin dan rekan-rekannya. Proses ini memang berlangsung sangat lambat. Tapi, masih berjalan terus." Elena Milashima memperkirakan, jika Vladimir Putin kembali menjadi presiden, suasana akan tetap suram. Namun, jurnalis wanita ini yakin akan kegigihan warga Rusia. "Saya tetap berharap banyak bagi negeri kami. Saat ini kami semua sedang menghadapi dan menjalani masa perubahan. Kami semua sedang membuat beberapa langkah maju ke arah demokrasi. Dan pada saat yang sama, juga berlangsung ribuan langkah mundur, kembali ke zaman Uni Sovyet. Tapi, bagaimanapun, kami sedang melaksanakan perubahan." Itu semua, bagi Elena Milashima, merupakan sumber kekuatan untuk terus bekerja, dan memperluas reservat kebebasan pers di Rusia. * GEMA WARTA TOPIK INTERNASIONAL: BARBIE TINGGALKAN APP Pabrik mainan anak Mattel memutus kerjasama dengan APP, Asia Pulp & Paper. Mattel tidak akan lagi membeli produk-produk APP dan menjual produk yang merusak hutan rimba. APP yang juga memasang iklan di televisi Beland diyakini a bertanggungjawab atas penggundulan besar-besaran hutan Indonesia. Organisasi lingkungan Greenpeace, gembira menyambut langkah Mattel ini. "Kami gembira mendengar kabar Mattel mengumumkan memutuskan kontrak dengan APP. Dan perusahaan ini menyatakan akan memilih kertas dan pembungkus yang ramah lingkungan." Kodde merasa ini adalah hasil perjuangan sebelumnya, sejak penemuan jejak kayu hutan tropis pada pembungkus Mattel: "Pada kardus boneka Barbie, kami menemukan jejak sisa-sisa kayu hutan tropis. Kami kemudian mengimbau Mattel agar mengganti bungkus dengan bahan yang ramah lingkungan. Kami minta supata mereka tidak dipersalahkan sebagai penyebab pembabatan hutan." Greenpeace melakukan kampanye dunia untuk menyadarkan mitra bisnis APP akan dampak kinerja APP bagi hutan rimba Indonesia. Sebelum Mattel, perusahaan lain seperti Unilever, Nestle, Carrefour dan ING sudah menghentikan kerjasamanya dengan APP. Kepada Radio Nederland siaran Indonesia, Ranesi, APP Inggris menanggapi langkah Mattel lewat email: Asia Pulp & Papermemuji komitmen Mattel untuk daur ulang, legalitas kayu, perlindungan Hutan Bernilai Konservasi Tinggi, menghormati hak-hak masyarakat adat dan prosedur auditdan sertifikasiyang kuat. Prinsip-prinsip ini sangat mencerminkan filosofi APP dan komitmen lingkungannya dan kami senang melihat produsen mainan besar di dunia mengadopsi prinsip yang sama. Bahkan, APP mendukung semua sertifikasi industri kredibel, tapi bagaimanapun, kami sangat mendesak perusahaan untuk tidak membatasi kebijakan pembelian mereka pada satu standar, dalam hal ini FSC, yang mendiskriminasikan produk dari Indonesia dan pasar berkembang lainnya. APP mendukung kebijakan yang melindungi lingkungan dan pendapatan penting yang diterima negara-negara berkembang dari industri pulp & kertas. * KAMP TAPOL PEREMPUAN G30S DI PLANTUNGAN, KENDAL Nama Plantungan memang tak setenar Pulau Buru yang menjadi tempat pembuangan para tahanan politik dengan cap PKI. Namun Plantungan yang terletak di Kendal, Jawa Tengah menjadi saksi dari kisah tragis perempuan Indonesia yang dikurung di bekas Rumah Sakit Lepra tersebut. Di sinilah sekitar 500an perempuan yang dituduh komunis ditahan selama bertahun-tahun. Reporter KBR68H Suryawijayanti mengajak salah satu penghuni Plantungan kembali menyusuri kamp pembuangan tapol perempuan ini. Perkenalan Mujiati: Nama saya Mujiati, dulu saya tinggal di Slipi, Jakarta. Waktu peristiwa 65, saya termasuk orang yang ditahan, bersama bapak saya. Karena waktu itu saya menjadi anggota organisasi pemuda rakyat. Saya tak mengerti kenapa anggota pemuda rakyat dituduh melakukan pembunuhan di Lubang Buaya. Padahal saya juga gak mengerti Lubang Buaya itu di mana. Sambil sesekali membetulkan letak kacamatanya, Mujiati menunjuk sejumlah perempuan dalam foto hitam putih. Foto itu diambil di depan sebuah klinik di Plantungan, sekitar 40 tahun lalu. Suasana Menunjukkan Foto-foto Mujiati: Ini yang sebaya aku, yang dibuang ke Buru semua. Ini Nyonya Heriani, ini Tatik Lestari dari Satyawacana, lalu ini wartawan Antara, sekarang di Belanda, Ini Endang dari Pekalongan, ini Ibu Dokter, ini Ibu Cahyamurat. Lha ini kliniknya, panggung bentuknya, di bawahnya kali Lampir. Plantungan, nama desa di perbatasan Kabupaten Kendal dan Batang, Jawa Tengah. Pada zaman penjajahan Belanda, Plantungan menjadi tempat penampungan penderita lepra. Selama hampir 100 tahun sejak dibangun pada 1870, para penderita lepra diisolasi di desa ini. Pada 1970-an, Plantungan menjadi tempat pembuangan 500an perempuan yang divonis terlibat atau dianggap dekat dengan Partai Komunis Indonesia. Mujiati, salah satu bekas penghuni Plantungan. Kondisi Blok Mujiati: Blok untuk ruang tidur itu hanya dipan, paling banyak diisi 50 orang. Satu dipan dipakai 4 orang. Trus ada kotak untuk tempat pakaian. Kita ruang makan di luar, jadi gak boleh bawa makanan ke blok. Lalu makan di luar ada meja, kita dapat rantang. Tiap tapol mempunyai tugas rutin yang wajib dilakukan dengan pengawasan ketat. Kegiatan di Kamp Mujiati: Kita rata-rata jam lima bangun, karena jam 5.45 harus apel. Kalau yang tugas dapur ya jam 3 bangun, dan ini tugas giliran sebulan sekali. Lalu yang tugas bersih-bersih ruangan sampai ambil makanan. Nah yang tidak dapat tugas itu ada kerja unit, ada unit pertanian, penjahitan, peternakan. Kalau peternakan ada ternak kambing, kelinci, ayam. Kalau pertanian kita nanam singkong, ubi, lalu sayuran. Di sini yang tumbuh bagus sawi, labu siam. Nah kangkung gak bisa tumbuh di sini. Makanan Mujiati: Kadal, bekicot itu makanan kita sehari-hari. Lalu ada daun-daun yang kita makan. Nah ini ada daun tikim, ini obat lapar. Asinan betawi dulu pakai ini. Ini juga namanya daun sintrong, kita makan juga. Kita makan segala untuk bertahan hidup, protein hewani ya bekicot, yuyu, sompil, kadal, ular. Ular itu takut sama kita, bukan kita takut sama ular. Di Plantungan, tiap tapol terikat pada pola yang wajib dilakon. Mata pengawas di mana-mana, bahkan menyusup ke dalam blok. Pertengkaran Mujiati: Di sini khan ada juga yang dekat dengan komandan, ya kita harus hati-hati saja. Mereka dapat tugas untuk mengawasi teman-temannya. KBR68H: Jadi tugasnya mengadu domba? Mujiati: Iya. Mereka itu dipanggil ke atas. Kalau istilah kita mereka makan nasi putih, makan enak, diajak pergi, dibelikan baju baru. Yang dilaporkan itu hal-hal yang tak prinsipil. Misalnya saya yang Nasrani, makan gak berdoa, tidur gak berdoa, itu dilaporkan ke komandan. Khan bukan hal politis banget. Penjagaan KBR68H: Penjagaan waktu itu seperti apa? Mujiati: Mereka selalu kontrol, maka demi keamanan kalau tidur kita pakai celana panjang. KBR68H: Tapi ada kasus-kasus pelecehan seksual? Mujiati: Waktu itu yang melayani komandan, sakit, dipanggil Bu Bidan Ratih, diperiksa. Dan hasil pemeriksaan, hanya dengan diraba, sudah ketauan kalau hamil. Lalu komandan sejak saat itu tidak boleh turun, kalau turun ke blok dijaga oleh anak buahnya atau CPM KBR68H: Akhirnya nasib dari tapol yang hamil, gimana? Mujiati: Komandan akhirnya dibebas-tugaskan dari sini dan diganti. Aminah kemudian dibebaskan pada 1978 dalam posisi mengandung 6 bulan dan sampai saat ini kami gak pernah dengar beritanya. Orde Baru sukses menciptakan cap buruk bagi perempuan yang terlibat atau dituding simpatisan PKI. Para aktivis Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) digambarkan turut terlibat dalam pembunuhan para jenderal di Lubang Buaya dengan melakukan tari-tarian saat pembantaian dilakukan. Mereka bahkan dilukiskan turut menyilet para jenderal. Namun stigma yang keji itu pupus ketika para tapol justru menjadi penyelamat warga sekitar, di Plantungan. Ngobrol Dengan Warga Mujiati: Sebelum kami datang masyarakat sudah diindoktrinasi, hati-hati dengan orang-orang di blok. Ada tuh pak Haji kalau hari Jumat khotbahnya bilang: Saudara-saudara jangan dekat dengan bekas-bekas PKI, perempuan pakai celana. Padahal kita pakai celana khan biar praktis kalau ke sawah manggul pacul. Kamp Tapol Perempuan G30S di Plantungan - Kendal Foto KBR68H Slamet: Saya berterima-kasih dengan pertolongan Bu Bidan Ratih dan kawan-kawan, karena banyak pertolongannya. Warga di sini gak ada yang berobat ke tempat lain, selain di klinik. Slamet, salah satu warga yang merasakan pertolongan para tapol perempuan. Anak-anaknya lahir lewat tangan Bidan Ratih yang kondang di sekitar Plantungan. Siti Duratih dulunya bidan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat. Ia dibuang ke Plantungan karena suaminya, Oloan Hutapea menjadi anggota Departemen Agitasi dan Propaganda, Partai Komunis Indonesia. Siti Duratih di usia senjanya sudah susah untuk diajak berjalan jauh, karena kakinya yang semakin renta. Sudah hampir 46 tahun semenjak peristiwa 30 September 1965. Namun bagi Mujiati, peristiwa itu masih menyisakan tanda tanya besar. Ia yang ditahan tanpa diadili, selama puluhan tahun harus menanggung diskriminasi. Dikucilkan, tak diakui sebagai warga negara. Soal Lubang Buaya Mujiati: Kamu ikut ke Lubang Buaya yah? Nggak pak. Ya tuduhannya itu, kalo pemuda rakyat pasti tuduhannya tanggal 30 di Lubang Buaya, nyilet-nyilet jenderal, kita disuruh mengaku. Kalau gak mengaku ya disiksa, dipukul. Saya ditampar mulut saya, muka saya. Lha karena saya gak kesana ya saya bertahan gak ngaku. Meski mengaku tak bersalah, Mujiati tetap dijebloskan ke penjara wanita Bukitduri. Enam tahun kemudian, Mujiati bersama puluhan tapol lainnya digelandang ke Plantungan, Jawa Tengah. Mujiati menjadi tahanan ke-358 yang dijebloskan ke penjara itu. Menuju Plantungan Mujiati: Jam tiga kita dibangunkan, trus kita dikumpulkan di aula, barang-barang diperiksa, orangnya diperiksa ditelanjangi, jadi kita cuma pake BH dan celana dalam, diperiksa oleh KOWAD (Korps Wanita Angkatan Darat). Kita diberangkatkan kira-kira jam 4 dengan 2 bus. Waktu itu depan Jatinegara sepi, dikawal. Di Wleri kita dijemput oleh komandan Plantungan KBR68H: Pertama kali sampai di Plantungan gimana? Mujiati: Kita gak dicampur dengan teman-teman terdahulu. Kita dipisah selama kurang lebih sebulan, baru kemudian dikumpulkan jadi satu dengan yang lain. Kita khan pakai nomer, nah saya dapat nomer 358. Artinya adalah orang yang 358 tiba di Plantungan. Pengasingan terhadap Tapol berakhir pada 1979 ketika dunia Internasional mengecam Indonesia. Tekanan datang terutama dari Amnesti Internasional dan negara-negara donor. Mereka mendesak Indonesia untuk membebaskan para tahanan politik sebagai prasyarat cairnya bantuan internasional bagi pemerintah Indonesia. Mujiati masuk kloter terakhir yang keluar dari Plantungan. Pembebasan bukan berarti kebebasan tanpa syarat bagi bekas tapol. Hingga memaksa Mujiati dan suaminya mengubur sejarah kelam itu. Soal Anak dan PKI Mujiati: Pada waktu masih ada ayahnya kita rahasiakan, agar anak-anak tak tahu. Tadinya dia bilang, Bu kita tanggal 1 Oktober nonton film G30S/PKI, Bu PKI itu jahat, bunuh jenderal, ya kita diam saja. Setelah ayahnya meninggal pada 1994, saya berterus terang, daripada nanti dengar dari orang, lebih baik saya yang kasih tahu. Memang betul nak, enam Jenderal dibunuh, ditambah 1 perwira. Tapi yang membunuh itu tentara, bapak dan ibumu menjadi korban dituduh menjadi anggota PKI. Ribuan teman-teman bapak dan ibumu jadi korban. Sejak saat itu mereka tahu soal bapak dan ibunya. Di usia lebih 60 tahun, Mujiati kini masih sibuk dengan aktivitas bersama teman-teman seperjuangannya. Nenek satu cucu ini masih berjuang meluruskan sejarah. Rekaman kesewenang-wenangan rezim Orde Baru diimbanginya dengan kisah yang dia tuturkan sebagai pelaku sejarah. Tanggapan Atas Napak Tilas KBR68H: Sehari ini kita napak tilas, lalu kemudian kita bertemu dengan warga dan para saksi sejarah, bagaimana perasaan eyang? Mujiati: Terharu ya, teryata mereka terhadap kami tidak ada kesan yang jelek. Begitu cintanya dengan kita, sampai pertemuan tadi yang begitu hangatnya. Gak bisa terkatakan, haru, bangga yang masih mengenal kita. Mereka mengenang baiknya, merasa ditolong. Soal Sejarah Mujiati: Inilah dari kami seperti ini, lalu yang kalian dengar dari versi pemerintah. Anda-andalah yang menentukan. Itu terserah anda yang menilainya Laporan ini disusun oleh Reporter KBR68H, Suryawijayanti, untuk Radio Nederland Wereldomroep. --------------------------------------------------------------------- Radio Nederland Wereldomroep, Postbus 222, 1200 JG Hilversum http://www.rnw.nl/id/bahasa-indonesia Anda bisa berhenti berlangganan dengan mengirim email ke: berita-sign...@listserv.rnw.nl Keterangan lebih lanjut mengenai siaran radio kami dapat Anda peroleh melalui ran...@rnw.nl Copyright Radio Nederland Wereldomroep. ---------------------------------------------------------------------