Tahajud Cinta       

By: sigit wahyu

Sebelum memejamkan mata untuk tidur dalam rangka mengakhiri aktifitas 'dua 
puluh empat jam' ini, mari kita melihat dan merenungkan suasana tahajud kita 
masing-masing.
 
Apakah tahajud kita sebagai tahajudnya seorang hamba yang mencintai 
penciptanya, ataukah sekedar tahajud tanpa makna. Yang melakukan shalat hanya 
sekedarnya, setelah itu selesai dan bangga, karena sudah melaksanakan sebuah 
'ritual' shalat tahajud. Untuk mengetahui hal itu, marilah kita mencoba 
mengukur diri masing-masing.

1. Tentang niat,

Apakah yang melatarbelakangi kita bangun malam?
Apakah kita shalat tahajud karena terpaksa. Mungkin dikarenakan saudara kita, 
anak kita, istri / suami kita, atau ada orang dekat kita, yang bangun malam 
melakukan shalat tahajud. Dan kita pun ikut bangun malam lalu kita lakukan 
shalat tahajud itu.
 
Ataukah tiba-tiba kita ingin ke kamar mandi, lalu kita sekalian mengambil air 
wudhu' dan kitapun melaksanakan shalat tahajud.
Atau kita sebelum tidur sudah berdo'a kepada Allah, agar Allah membangunkan 
diri kita untuk melakukan shalat tahajud.
 
Apapun yang menyebabkan kita bangun malam, dan kita lanjutkan dengan shalat 
tahajud, maka semuanya merupakan perilaku istimewa di hadapan Allah SWT. Karena 
kita melakukan sesuatu yang memang istimewa.
 
Kalau kita hitung, pada saat di sepertiga malam menjelang pagi, sekitar jam 
tiga malam wib, kira-kira ada berapa orang yang bangun untuk melakukan shalat 
tahajud? Misalnya di sebuah kota? Atau di sebuah kampung? Sungguh amatlah 
sedikitnya!
 
Tetapi marilah kita melihat diri kita masing-masing! Dimanakah posisi kita? Apa 
yang menyebabkan kita melakukan shalat tahajud? Apakah demi kecintaan kita 
kepada Allah Swt, sehingga kita begitu rindunya ingin bertemu denganNya, ketika 
semua orang lelap dalam tidurnya? Ataukah karena alasan lainnya? Setiap posisi 
itu tentu mempunyai nilai yang berbeda...
 
2. Tentang pakaian,

Setelah kita melakukan wudhu' di waktu malam yang cukup dingin itu, ketika kita 
mengambil pakaian untuk melakukan shalat, apakah kita mengenakan pakaian yang 
seadanya saja, ataukah pakaian tidur saja. Ataukah kita mengenakan pakaian yang 
bagus, yang bersih, dan yang Allah menyenanginya.
 
Ketika suatu saat kita shalat tahajud, dan waktu itu pakaian yang kita kenakan 
adalah pakaian yang seadanya saja, maka bandingkanlah dengan ketika kita pergi 
ke masjid untuk melakukan shalat jum'at. Begitu indah pakaian kita, begitu 
harum tubuh kita...
 
Untuk siapa pakaian kita yang bagus dan indah itu? Kalau untuk Allah Swt, 
mengapa ketika shalat tahajud sendirian saat tidak ada orang yang melihatnya, 
kita justru mengenakan pakaian yang tidak indah? Seorang yang mencintai 
sesuatu, tentu ia akan memberikan yang terbaik buat si Dia...
 
3. Tentang bacaan dan gerakan,

Demikian juga tentang bacaan dan gerakan shalat yang kita lakukan di malam 
hari, ketika semua orang tidak ada yang mengetahuinya. Bagaimana kondisi kita?
 
Apakah bacaan kita begitu `mesra' saat kita bertemu dengan Dzat yang kita 
cintai, ataukah bacaan kita terburu-buru agar shalat cepat selesai?
 
Apakah gerakan shalat kita begitu sempurna layaknya seorang prajurit yang 
sedang berada di hadapan komandannya, ataukah gerakan kita semaunya saja?
 
Setelah kita mengembara mulai saat bangun pagi, selanjutnya melakukan 
perjalanan seharian di luar rumah, dan akhirnya kembali lagi ke rumah untuk 
tidur lagi, begitu seringnya kita bertemu dengan Allah Swt dalam berbagai macam 
peristiwa. Maka harapan kita tentulah saat ini kita telah menjadi seorang hamba 
yang begitu dekat dengan Allah Swt. Kecintaan dan kerinduan kepada Allah Swt 
akan tercermin dalam tahajud kita.

Tahajud cinta seorang hamba adalah tahajud kerinduan, bukan tahajud paksaan. 
Tahajud cinta seorang hamba adalah tahajud yang mencerminkan jiwa yang tenang, 
dan hati yang tentram,..
 
Itulah saat ending yang paling indah dalam hidup kita selama dua puluh empat 
jam setiap hari. Kalaulah ending hidup setiap hari, kita disuruh Rasul untuk 
dekat dengan Allah dalam tahajud, maka demikian pula dengan ending hidup 
seluruhnya, kitapun harus berupaya untuk dekat dengan Allah Swt.
 
Orang yang berhasil dalam hidupnya, adalah mereka yang pada akhir hayatnya 
dipanggil oleh Allah SWT, dengan panggilan yang sangat mesra :
"yaa ayyatuhan nafsul muthmainnah,irji'i ilaa rabbiki raadhiyatam mardhiyyah, 
fad khulli fii tibaadii wad khulii jannatii.."

Inilah tanda cinta yang sebenar-benarnya cinta...

Wassalam,
agussyafii
  



      

Kirim email ke