Kearifan Ibu Penjual Nasi

By: agussyafii

setiap makan siang saya lebih suka makan diwarteg. Selain cukup untuk kantong 
saya, saya juga berkesempatan untuk berbincang. Makan diwarteg memiliki banyak 
kelebihan, orang bisa makan dulu dengan nikmatnya setelah itu baru membayarnya. 
bahkan terkadang ada orang yang besok bayarnya. Biasanya anak kos-kosan atau 
anak mahasiswa yang suka ngutang, kata ibu penjual nasi.

Ibu itu bertutur bahwa dirinya membantu orang lain merupakan kebahagiaan 
tersendiri. kebahagiaan ibu penjual nasi bisa membantu orang lain adalah wujud 
kearifan ditengah kehidupan dikota Jakarta yang seolah semua menggunakan tolok 
ukur materi, untung dan rugi. 'Apa cukup buat kebutuhan hidup bu? kalo hutang 
modalnya habis dong' tanya saya.

'Kalo orang merasa tidak cukup ya tidak cukup, kalo merasa cukup berapapun 
rizki yang kita terima akan cukup. Membantu orang yang kesusahan, rizki saya 
melimpah loh mas..' begitu ucap ibu penjual nasi. Rasa kecukupan inilah yang 
menjadi kekuatan dirinya untuk bisa membantu orang lain dan ibu penjual nasi 
menyakini karena itulah rizkinya melimpah dan warung nasinya selalu rame. Buat 
saya hidup ini menjadi indah dengan orang-orang yang arif seperti beliau, 
mereka banyak berada disekeliling kita. 

Sambil menikmati makan siang ini saya dan meneladani kearifan Ibu penjual nasi, 
saya teringat satu ucapan yang indah dari Imam Syafii Rodhiyallahu anha (semoga 
Alloh meridhoinya). 'Bila bertemu dengan orang baik teladanilah, namun bila 
bertemu dengan orang jahat periksalah pikiran anda.'

Wassalam,
agussyafii

--
Tulisan ini dalam rangka kampanye program 'Peduli Kasih Amalia (PKA)'. Mari 
kirimkan dukungan anda pada program 'Peduli Kasih Amalia (PKA)' melalui 
http://agussyafii.blogspot.com, 
http://id-id.facebook.com/people/Agus-Syafii-Muhamad/861635703 atau sms 087 
8777 12431




      

Kirim email ke