Kursus Narasi - Pantau
Angkatan VIII
25 Nop 2009 - 31 Maret 2010

KURSUS
ini dirancang untuk orang yang ingin belajar menulis panjang yang
memikat sekaligus mendalam. Ia juga diperuntukkan bagi mereka yang
berminat menulis esai atau narasi. 

Ia mengedepankan
dasar-dasar etika jurnalisme serta belajar memahami mekanisme
verifikasi, teknik wawancara, riset, menganalisis struktur bacaan,
bahasa, penelusuran data serta editing. Ia menjadi landasan penting
dalam belajar menulis yang baik, mulai tulisan feature hingga narasi.

Pantau
mulai menawarkan pengajaran genre ini pada media tahun 2001, setiap
semester sekali, selama dua minggu. Peserta maksimal 16 orang. Jumlah
ini dianggap optimal untuk sebuah metode pelatihan, yang berlangsung
selama 12 hingga 16 sesi. Setiap sesi 90-menit diformat serius namun
santai. Peserta bisa berdiskusi langsung. Total, Pantau sudah
mengadakan 16 kali kursus ini. Peserta datang dari berbagai kota, dari Banda 
Aceh hingga Jayapura, dari Pontianak
hingga Kucing, dari Ende hingga Kupang. Alumninya, kini mulai
bermunculan. Ada yang menulis buku. Ada yang jadi pemimpin redaksi. Ada
yang sekolah lanjut. 

Pada 2006, paket semesteran tersebut
ditambah dengan paket empat bulan (lima bulan bila terpotong hari libur
nasional). Kursus ini berlangsung di Jakarta, mulai setiap Mei dan November. 
Pantau telah menyelenggarakan enam kali kursus dengan total peserta 108 orang. 

Kursus juga terkadang diadakan di luar Jakarta berdasarkan permintaan. Di 
Jakarta, kursus ini diikuti berbagai kalangan.
 Baik itu aktivis, pengacara, dokter, dosen, mahasiswa, arsitek, pekerja 
pertambangan, NGO dan lain-lain. 

Harapannya,
merangsang peserta membuat tulisan yang dalam, memikat dan analitis,
enak dibaca dan mengalir. Cerita yang analitis dibutuhkan masyarakat
untuk mengambil sikap terhadap pokok masalah.

Kursus diadakan
sebanyak 18 sesi dengan frekuensi pertemuan mingguan, setiap Rabu malam
pukul 19.00-21.00. Ini sengaja dibuat agar peserta punya waktu
mengendapkan materi belajar, membaca dan mengerjakan tugas.  Kelas
ditekankan pada banyak latihan. Kelas ini juga akan membicarakan
karya-karya klasik nonfiksi Joseph Mitchell, Truman Capote, John
Hersey, Gay Talese dan Ryszard Kapuscinski serta Pham Xuan An dari Saigon. 

Tugas akhir setiap peserta menulis sebuah narasi sekitar 5.000 kata. 

Kursus ini juga telah menghadirkan banyak tokoh penulis sebagai pembicara tamu. 
Mereka adalah Arief
 Budiman,
Bre Redana, Daoed Joesoef, Donald K Emmerson, Fadjroel Rahman, Jean
Jacques Kusni, Julia Suryakusuma, Putu Oka Sukanta, Riri Riza, Samuel
Mulia, Martin Aleida dan Maria Hartiningsih.


INSTRUKTUR

Andreas Harsono --
Wartawan Jakarta, anggota International Consortium of Investigative
Journalists. Pada 1999 mendapatkan Nieman Fellowship di Universitas
Harvard. Menyunting buku "Jurnalisme Sastrawi: Antologi Liputan
Mendalam dan Memikat." Kini menyelesaikan buku "From Sabang
to Merauke: Debunking the Myth of Indonesian Nationalism," yang
membahas hubungan media dengan kekerasan etnik, agama dan nasionalisme
di Indonesia dan Timor Lorosae.

Budi Setiyono -- wartawan Jakarta , pernah bekerja untuk Suara Merdeka 
(Semarang ) dan majalah Pantau ( Jakarta ). Dia co-editor buku "Revolusi
Belum Selesai" yang berisi kumpulan pidato politik Presiden Soekarno
serta "Jurnalisme Sastrawi: Antologi Liputan Mendalam dan Memikat."
Kini menyelesaikan buku soal penyair A.S. Dharta dari Lembaga
Kebudayaan Rakyat.


INSTRUKTUR TAMU

Justina Ayu Utami -- novelis dan aktivis. Banyak karya yang telah dihasilkan, 
salah satunya Saman,
menjadi juara sayembara penulisan roman Dewan Kesenian Jakarta 1998.
Dalam waktu tiga tahun novel tersebut terjual hingga 55 ribu eksemplar,
dan mengantarkan dirinya mendapat kehormatan Prince Claus Award 2000
dari Prince Claus Fund, sebuah yayasan yang bermarkas di Den Haag, Belanda.
Di awal 2002, Ayu meluncurkan novel Larung, dan menulis kumpulan Esai
Si Parasit Lajang, yang diterbitkan Gagas Media, Jakarta, 2003.

Ayu juga pernah menjadi wartawan di majalah Humor, Matra, Forum Keadilan dan 
D&R. Di masa Orde Baru, ia turut mengagas berdirinya organisasi wartawan 
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) yang memprotes pembredelan majalah Tempo, 
Editor dan Detik pada Juni 1994. Ayu, yang juga mantan Finalis Wajah Femina 
1990 itu, kini bekerja di jurnal kebudayaan Kalam dan di Teater Utan Kayu. 

Arswendo Atmowiloto -- penulis dan wartawan yang aktif di berbagai majalah dan 
surat kabar. Pada 1990, ketika menjabat sebagai pemimpin redaksi tabloid 
Monitor, ia 'dipenjarakan' karena satu jajak pendapat yang dianggap menghina 
kaum tertentu. 

Selama dalam tahanan, Arswendo menghasilkan
tujuh buah novel, puluhan artikel, tiga naskah skenario dan sejumlah
cerita bersambung. Sebagian dikirimkannya ke berbagai surat kabar
dengan menggunakan alamat dan identitas palsu.

Ia juga pernah mengelola tabloid Bintang
bersama Sudwikatmono, lalu mendirikan perusahaan sendiri, PT Atmo Bismo
Sangotrah. Selain masih aktif menulis, Arswendo memiliki sebuah rumah
produksi sinetron dan memproduksi sejumlah sinetron dan film.


SYARAT DAN BIAYA

Peserta
bisa dari berbagai latar belakang disiplin ilmu, minat atau profesi.
Kursus ini banyak diikuti oleh kalangan aktivis, wartawan, dokter,
pengacara, mahasiswa, dosen, peneliti, manajer dan sebagainya. Biaya
kursus 4 juta rupiah dan bisa diangsur selama kursus.


PESERTA
Peserta
dibatasi 18 orang untuk memudahkan lalu-lintas ide dalam kelas. Peserta
diharapkan mengirim biodata dan contoh tulisan agar instruktur bisa
mengenal background dan kebutuhan masing-masing peserta. Peserta juga
diminta mengerjakan tugas membaca, latihan meliput, serta menulis
pekerjaan rumah.

Informasi hubungi:
Siti Nurrofiqoh 
Program Officer 
P a n t a u
Jl. Raya Kebayoran Lama
No 18 CD Jakarta Selatan 12220
Telp/Fax. 021 722-1031/021- 7221055
Website. www.pantau.or. id
Mobile. 0813 82 460 455 – 0858 1414 5669




      Bersenang-senang di Yahoo! Messenger dengan semua teman. Tambahkan mereka 
dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! 
http://id.messenger.yahoo.com/invite/

Kirim email ke