Rekan-rekan, 
    Dulu waktu masih zaman orba, saya lupa majalah Star Weekly atau Pancawarna 
pernah memuat beberapa artikel yang mendiskusikan dari mana kata owe itu 
berasal?  Kata itu dalam masyarakat Tionghoa Jawa Barat dipergunakan sebagai 
kata "saya" untuk laki-laki, tapi dipakai juga sebagai kata "ya" untuk 
laki-laki. Kaum Tionghoa totok yang menggunakan bahasa Indonesia juga 
menggunakan kata owe , tentu tidak kalau ia menggunakan bahasa daerah Tiongkok. 
Orang Tionghoa non Hokkian jarang menggunakan kata itu, kecuali ia berbicara 
dengan orang peranakan Hokkian dalam bahasa Indonesia atau Melayu Tionghoa. 
    Sampai sekarang saya tidak dapat menemukan jawaban yang tepat. Menurut  
perkiraan saya, kata "owe" yang berarti saya berasal dari kata gua dalam dialek 
Hokkian. Orang yang berdialek Melayu Jakarta, mengucapkan gua menjadi gue. Kata 
gue ini yang berubah bunyi menjadi owe. Dalam dialek Hokkian bunyi w itu dari 
segi linguistik agak beda dengan w Indonesia, tapi lebih dekat ke o.  Kata gwan 
lebih tepat diucapkan goan, jadi owe itu berasal dari o-e, yang bunyinya dekat 
dengan gue Jakarta. Karena oe zaman Belanda dibaca u, maka o-e tidak ditulis oe 
tapi ditambah w, menjadi owe. 
     Owe juga digunakan sebagai kaya "ya" dalam menjawab pertanyaan atau 
perintah orang. Kalau orang tua memerintah kita: " Kau pulang cepat yah."  Si 
anak akan menjawab "Owe, ne!"  ne adalah ibu dari dialek Hokkian.  Sedang  
kalau perempuan akan menjawab, "Saya, ne:".  Baik owe maupun saya di sini 
berarti "ya."  Lalu dari mana datangnya owe di sini ? Kita lihat dalam dialek 
Hokkian kalau diperintah demikian orang akan menjawab: "Ho! kadang "ho e!"
Ho berarti baik 好, e adalah akhiran, yang berfungsi seperti lah dalam bahasa 
Indonesia. Bunyi ho-e ini menjadi owe. Jadi jawaban : "owe" berarti "ya" atau 
"baiklah." Dalam bahasa Mandarin  dikatakan: "好” atau  "好的“ 。 Dalam dialek 
Hokkian hao adalah ho, de adalah e. 
     Lama-lama terjadilah pembagian kerja, kalau gue atau gua dianggap kasar 
hanya digunakan terhadap orang yang setingkat atau lebih rendah, owe digunakan 
kepada orang yang lebih tinggi. Jadi owe halus, sedang gue atau gua kasar. 
Mengapa untuk perempuan owe diganti saya atau ya? Maaf, saya tak dapat menjawab.
    Tolong diperhatikan, gua atau gue dianggap kasar kalau bicara dalam bahasa 
Indonesia atau Melayu Tionghoa, dialek Betawi dll. Tapi gua dianggap tidak 
kasar sebab berarti saya dalam dialek Hokkian.  Saya sendiri kalau ada anak 
muda yang berkata. "Apeq, itu punya gua."  Hati langsung agak tersinggung, 
kasar benar, kalau bicara dalam dialek Hokkian: "Hallo, li  apeq aq,  gua 
Abeng."  merasa tidak apa-apa. Kata yang sama dalam dua bahasa yang berbeda 
menghasilkan arti yang berbeda, itu tak aneh, yang penting kita tahu di mana 
dan kapan kita gunakan. 
    Tolong masukan lain atau sanggahan dari teman yang Hokkian native speaker.
    Kiongchiu
    




________________________________
From: Tjandra Ghozalli <ghozalli2...@yahoo.com>
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Fri, March 19, 2010 2:29:49 PM
Subject: [budaya_tionghua] ASAL OWE DARI MANA?

  
Dear member,
Kata ganti orang pertama "OWE" yang dipakai warga Tionghoa - ternyata tidak 
dipakai oleh warga Tionghoa luar pulau Jawa.  Kata "OWE" hanya dipakai oleh 
warga Tionghoa peranakan (babah) yang lahir di Jawa terutama dari suku Hokkian. 
Kata "OWE" hanya untuk laki laki, perempuan tetap pakai kata "SAYA".  Di 
Tiongkok tidak dikenal kata "OWE".  Mohon pencerahan dari para pakar bahasa 
Tionghoa; sesungguhnya kata "OWE" berasal dari mana? Dan sejak kapan digunakan 
secara luas?  RGDS.TG 




      

Kirim email ke