Endless Life-Segala Sesuatu yang Tidak Membuatku Mati, Akan Membuatku Semakin Kuat
Kehidupan sering menghantarkan kita pada sebuah kenyataan dimana kita tak dapat memilih. Kita tak mampu menghindari apalagi melawannya. Kita hanya bisa menjalaninya dengan ikhlas. Apakah itu takdir? Mungkin saja, tetapi bukankah kita sebagai manusia harus terus berusaha? Kisah demi kisah kehidupan kerap menyentuh dan menginspirasi siapa saja. Begitu juga dengan kisah ini. Ketika anak manusia berikhtiar untuk kesembuhan dan mengisi harinya dengan berkarya secara nyata. Diantaranya adalah menulis sebuah buku, yang kini ada di tangan Anda. Buku ini merupakan sebuah biografi seorang Wahyu Ajeng Suminar, seorang pengidap Marfan’s Syndrome, sebuah penyakit yang tak biasa. Ketika buku ini diterbitkan, Ajeng tidak smepat menikmati hasilnya. Takdir menentukan lain. Suatu siang hari ke-18 bulan Ramadhan 1429 H (18 September 2008), Ajeng meninggalkan kefanaan di belakangnya untuk menyongsong kehidupan yang lebih baik. Ajeng memiliki harapan yang luar biasa besar dengan terbitnya buku ini. Buku ini merupakan salah satu impiannya untuk mengantarkan pada impian-impiannya yang lain. Impian yang paling sering ia ungkapkan dalam setiap sesi wawancara dengan penulis adalah ia ingin menjadi seorang inspirator. Ajeng menganggap buku ini adalah sebuah milestone pencapaian prestasi hidupnya yang sarat dengan pengikatan hikmah dan makna. Ia percaya setiap orang adalah inspirator bagi yang lain, bahwa kebaikan kecil seseorang pada yang lain akan selalu berbalas, dan nilai luhur terbaik manusia adalah adanya kesadaran untuk menjadi lebih bermanfaat bagi sekelilingnya. Menarik untuk disimak, perjalanan panjang seorang pengidap Marfan’s Syndrome yang tak menyerah kalah sampai detik terakhir kehidupannya. Ajeng memilih untuk berdamai dengan penyakitnya yang langka, berdamai dengan ujian kehidupan yang seakan tak kunjung reda menerpa, serta berdamai dengan mimpi-mimpinya sebagai manusia normal yang memiliki keinginan, cita, dan cinta. Menelusuri kisah kehidupan gadis yang tubuhnya terus ini membawa kita pada satu kesimpulan; hidup harus serta layak diperjuangkan, seberat dan sesulit apapun jalannya. Dan hubungan yang sangat harmonis serta kompak antara Ajeng dengan Bu Yuni, ibunya, membuat sebagian diri kita menjadi malu dan meninjua ulang hubungan kita dengan orang tua, khususnya ibu. Tak penting apa dan bagaimana hidup memberikan berbagai macam ujian pada kita, namun yang terpenting adalah bagaimana kita tak menyerah olehnya. Untuk itulah kami ingin berbagi dengan Anda pada acara : Talkshow “Endless Life, Mensikapi Ujian Berupa Penyakit Berat serta Vonis Mati - Napaktilas Kisah Perjuangan Hidup Wahyu Ajeng Suminar, Seorang Pengidap *Marfan’s Syndrome*” Hari/Tanggal : Sabtu, 30 Mei 2009 Waktu : Pukul 19.00 - 20.45 WIB Tempat : Panggung Utama Surabaya Book Fair 2009, Jl.Basuki Rahmat 93-105 Pembicara : - Ibu Yuni (Ibunda Wahyu Ajeng Suminar) - Nalini Muhdi Agung (Psikolog) - Rizka Marianna dan Kartika Pemilia (Tim penulis buku) - dr.Rukma (dokter yang merawat Ajeng) Konfirmasi : Kartika (0857-31-787-550)