http://www.indomedia.com/bpost/062007/13/opini/opini1.htm
EKOSISTEM TERUMBU KARANG KOTABARU Antara Potensi dan Ancaman Selain itu, pengaruh aktivitas di darat yang walaupun tidak langsung tetapi berakibat sangat besar bagi kelangsungan hidup terumbu karang. Oleh: Aan Alfihadi Anggota Mapala Piranha Salah satu potensi terbesar yang dimiliki Kabupaten Kotabaru adalah terumbu karang yang sangat berperan menopang kelangsungan hidup ekosistem lain di sekitarnya. Di samping merupakan salah satu faktor utama pembangunan kelautan, juga menjadi tumpuan hidup masyarakat. Terumbu karang memang unik sifatnya di antara asosiasi dan masyarakat biota laut, yang dibangun seluruhnya oleh kegiatan biologik. Ia merupakan timbunan masif dari kapur CaCO3, terutama dihasilkan oleh hewan karang dengan tambahan penting dari algae berkapur (zooxanthellae) dan organisme lain penghasil kapur. Terumbu karang merupakan ekosistem laut pantai yang paling produktif di perairan tropis. Produktivitas primernya rata-rata sekitar 20.000 Kcal/m2 per tahun atau 10 g/m2 per hari, artinya perairan tersebut sangat subur. Tingginya produktivitas primer di perairan, terumbu karang sering menjadi tempat pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground) dan mencari makan (feeding ground) dari kebanyakan ikan dan makhluk air lainnya. Secara otomatis produktivitas sekunder (ikan) termasuk biota laut lainnya seperti udang-udangan (lobster), octopus, kerang-kerangan (oyster) di kawasan terumbu karang juga sangat tinggi. Umumnya, produksi ikan karang di kebanyakan perairan antara 4-5 ton/km2 per tahun. Dilihat dari kedalaman tempat tumbuhnya, sebagian besar terumbu karang di wilayah Kabupaten Kotabaru tergolong terumbu karang tepi (fringing reef) dengan kedalaman kurang dari 40 meter. Tersebar di Kecamatan Pulau Laut Barat, Pulau Laut Selatan dan Pulau Sembilan. Di perairan ini terdapat beberapa variasi bentuk pertumbuhan terumbu karang yang beragam dan mempunyai nilai estetis tinggi, seperti jenis atau koloni Hard Coral Acropora dan Nonacropora. Terumbu karang sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan baik yang bersifat fisik maupun kimia. Pengaruh itu dapat mengubah komunitas terumbu karang dan menghambat kelangsungan hidupnya secara keseluruhan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mapala Piranha (1996 - 2007) diketahui, kondisi terumbu karang secara umum tergolong rusak sampai baik bahkan ada beberapa kawasan di antaranya kritis. Umumnya kerusakan terumbu karang yang terjadi disebabkan: Pertama, faktor fisik yang bersifat alami seperti perubahan suhu dan badai musim, sedimentasi pasir pada musim tenggara yang menutupi polip karang sehingga pertumbuhan tidak maksimal. Kedua, faktor biologis, pemangsaan oleh Bulu Babi (acanthaster planci) yang relatif kecil. Ketiga, aktifitas manusia berupa penambangan karang, penangkapan ikan yang bersifat merusak terumbu karang, aktivitas pelabuhan serta lalu lintas kapal/tongkang di sekitar perairan terumbu karang. Selain itu, pengaruh aktivitas di darat yang walaupun tidak langsung tetapi berakibat sangat besar bagi kelangsungan hidup terumbu karang. Contohnya seperti aktivitas di daerah atas: pertambangan dan pembabatan hutan yang mengakibatkan peningkatan sedimentasi di perairan. Pemanfaatan terumbu karang oleh beberapa warga yang berdiam di sekitar wilayah ekosistem terumbu karang dengan melakukan penambangan karang yang digunakan sebagai bahan bangunan hanya dalam skala kecil, tetapi akan berakibat fatal. Pada dasarnya, pemanfaatan itu dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pertumbuhan karang yang berlangsung cukup lama untuk membentuk satu koloni karang. Secara umum, pengetahuan masyarakat tentang terumbu karang sangat minim. Mereka tidak jelas mengetahui pengertian dan peranan terumbu karang terhadap ekosistem di sekitarnya, kecuali sebagai penahan gempuran ombak di pantai. Namun demikian ada beberapa penduduk yang mempunyai pandangan yang lebih maju mengenai ekosistem terumbu karang. Mereka mengetahui fungsi terumbu karang sebagai tempat tinggal beberapa biota laut yang bernilai ekonomis tinggi. Bahkan, sebagian mereka berharap potensi ekosistem terumbu karang itu dijadikan objek wisata. Ini akan menjadi salah satu alternatif peningkatan pendapatan masyarakat pesisir. e-mail: [EMAIL PROTECTED] [Non-text portions of this message have been removed]