http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/112007/01/0903.htm


Marcos Hanya Bersenjatakan Kata-kata 
PADA 12 Oktober 2000, surat kabar bergengsi di AS, The Washington Post 
menurunkan berita di halaman A18, dengan satu pertanyaan di samping dateline, 
"MEXICO CITY, Oct. 11 -- Where is Marcos?"

Di mana Marcos? Siapa pula Marcos yang ditanyakan The Washington Post? Mengapa 
dia begitu penting untuk ditanyakan?

Rupanya, pada saat itu, wartawan The Washington Post mulai rindu atas komunike, 
tanggapan, atau apa pun yang dikeluarkan juru bicara dan pemimpin pemberontak 
Zapatista di Chiapas, Meksiko Selatan, Subcomandante Marcos.

Ketenaran Marcos mungkin sudah setaraf dengan bintang rock. Nama Subcomandante 
Marcos dieluk-elukan bagai bintang. Hal itu terjadi setelah kaum Zapatista 
melancarkan pemberontakan bersenjata untuk memperjuangkan hak adat kaum Indian, 
Januari 1994, dan saat Marcos mulai memberondongkan kata-kata melalui berbagai 
komunike dan buku. Fotonya dicetak di atas kaos, fotonya ditempel di berbagai 
restoran di Meksiko, namanya diperbincangkan sebagai pembela kaum yang lemah, 
orang yang memberi suara bagi mereka yang tidak bisa bersuara. 

Saat militer Meksiko semakin keras menekan kaum Zapatista, dukungan dunia 
internasional malah semakin bertambah bagi pihak pemberontak. Dukungan 
internasional datang, karena karya Marcos --yang diterjemahkan ke dalam 
berbagai bahasa-- disebarkan melalui internet. Mereka yang membacanya akan 
terkagum dengan gaya Marcos menulis: ringan, mengasyikkan, satirnya membuat 
orang meringis, guyonannya membuat pembaca tertawa. Empu sastra realis-magis, 
pemenang hadiah Nobel Sastra, Gabriel Garcia Marquez, bahkan mengatakan, "Apa 
yang terjadi di Chiapas membuat saya ingin membuang semua buku saya ke laut."

Selain sebagai pemimpin pemberontak, Marcos memang penulis sejati. Sejak tahun 
1992 hingga 2006, Marcos telah menulis lebih dari 200 esai dan cerita, serta 
menulis 21 buku dengan total 33 edisi. Isi karyanya beragam dari politik, 
pergerakan kaum Zapatista, hingga cerita untuk anak-anak. Dia bisa menulis 
dengan gaya romantik, menulis fabel, menulis gaya yang kasar dan mungkin kurang 
ajar, tetapi tetap menunjukkan intelektualitasnya. Misalnya pada tahun 2003, 
dia menulis surat kepada pemberontak ETA (Euskadi Ta Askatasuna) di Basque, 
Spanyol. Surat itu dia beri judul "I Shit on All the Revolutionary Vanguards of 
This Planet (Aku Beraki Semua Garda Depan Revolusioner di Planet Ini)".

Sosok misterius

Tidak pernah ada yang tahu seperti apa wajah Marcos. Dia selalu menggunakan 
balaclava (penutup wajah) atau topeng ski, tak lupa pipa tembakau yang selalu 
menempel di bibirnya. Pemerintah Meksiko menduga kuat bahwa Marcos adalah 
Rafael Sebastian Guillen Vicente, seorang mantan profesor filsafat di National 
Autonomous University of Mexico (UNAM). Demikian pula situs ensiklopedi 
en.wikipedia.com, cenderung mengatakan, Marcos sebagai Rafael. Disebutkan di 
wikipedia, Rafael adalah anak imigran Spanyol, tetapi dia lahir di Meksiko. Dia 
menempuh pendidikan tinggi di Metropolitan Autonomous University (UAM), dan 
meraih gelar master di bidang filsafat di UNAM. Akan tetapi, tiba-tiba saja 
Rafael menghilang. Keluarganya pun tidak tahu di mana Rafael berada.

Namun demikian, Marcos membantah bahwa dirinya adalah Rafael. Ketika ditanya 
apakah dia berasal dari Tamaulipas (tempat kelahiran Rafael), dengan guyonan 
Marcos menjawab, dia pernah berada di tempat itu untuk bekerja sebagai 
bodyguard di salah satu rumah bordil.

Pada tahun 2001, ketika kaum Zapatista melakukan long march dari Chiapas ke 
Mexico City, Marcos mengunjungi UNAM. Saat berpidato di perguruan tinggi itu, 
Marcos menegaskan bahwa dia memang pernah berada di sekolah itu sebelumnya.

Dari berbagai wawancara yang pernah dilakukan terhadapnya, diperoleh sedikit 
penjelasan bahwa Marcos adalah lelaki kulit putih. Dia datang ke Chiapas 
belasan tahun yang lalu dengan membawa setumpuk buku di ranselnya.

"Bayangkan seseorang yang datang dari budaya perkotaan, dari salah satu kota 
terbesar di dunia, dengan latar belakang pendidikan di universitas, terbiasa 
dengan kehidupan kota. Ketika saya datang di sini ibarat mendarat di planet 
lain. Bahasa, dan lingkungannya benar-benar baru. Anda akan terlihat seperti 
mahluk asing di sini. Segala sesuatu di tempat ini mengatakan, 'Pergi. Ini 
suatu kesalahan. Kamu tidak berasal di tempat ini.' Masyarakatnya, cara mereka 
bersikap, cuaca, curah hujan, sinar matahari, tanah, lumpur, penyakit, 
serangga, homesick, semua mengatakan 'Kamu bukan berasal dari tempat ini.' 
Kalau bukan sebuah mimpi buruk, apalagi istilah untuk semua ini," kata Marcos 
dalam salah satu film dokumenter tentang Chiapas.

Marcos dan Zapatista masih terus bergerilya di Meksiko. Jika dulu mereka 
bergerilya dengan memanggul senjata di hutan belantara Chiapas, kini --dengan 
perubahan iklim politik Meksiko-- Marcos dan Zapatista mulai bergerilya di 
wilayah perkotaan. Yang dibawanya bukan lagi senapan mesin buatan AS atau 
Eropa, tetapi ide dan kata-kata.

Saat diwawancarai koran The Guardian dari Inggris pada 12 Mei 2007, Marcos 
memberi kabar bahwa dia sedang menulis novel baru. "Buku baru saya mungkin akan 
terbit pada bulan Juni. Tidak ada muatan politik di dalamnya. Hanya seks. Murni 
pornografi," kata Marcos, nyeleneh. "Tampaknya buku ini akan laku kalau kita 
menempelkan lebih banyak tanda'X' di sampulnya."

Sepanjang tahun 2007 ini, dia melakukan tur ke seluruh Meksiko, tetap dengan 
membawa wacana hak kaum adat di dalam sistem negara Meksiko. Perjalanannya 
dilakukan secara rahasia, dengan menggunakan sepeda motor warna hitam. Dia 
mungkin sedang beromantisme dengan perjalanan idolanya, Ernesto "Che" Guevara, 
yang pernah melakukan perjalanan keliling Amerika dengan sepeda motor. Bedanya 
dengan Che Guevara, wajah dan identitas Marcos yang sebenarnya hingga saat ini 
masih misterius. Topeng itu --dan juga pipa tembakaunya-- masih tetap dia 
kenakan saat tampil di depan publik. (Zaky Yama-ni/"PR")

Kirim email ke