Perlu Kemauan Politik
Untuk Laksanakan Jamkesmas

 

www. yahoo.com Antara - Jumat, 27 Agustus

Jakarta
(ANTARA) - DPR-RI telah menyetujui agar ada program Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) bagi seluruh rakyat, namun perlu kemauan politik dari
pemerintah untuk mewujudkan program tersebut.

 

Demikian
dikemukakan Wakil Ketua DPR bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Taufik
Kurniawan dalam diskusi bertajuk "Memastikan Jamkesmas untuk Seluruh
Rakyat" di Jakarta, Kamis.

 

Acara itu juga
dihadiri Staf Ahli Kementerian Kesehatan (Kemkes) Bidang Pembiayaan Khaliq
Masulili, Surya Tjandra dari Komite Aksi Jaminan Sosial (KAJS) dan Hermawanto
dari Koalisi Jaminan Sosial Pro-rakyat.

 

Taufik
mengemukakan, program ini diperlukan untuk memberikan kemudahan bagi rakyat
untuk berobat ketika terkena penyakit. Namun, untuk mewujudkan itu semua saat
diperlukan kemauan politik (political will) dari pemerintah.

 

Persoalan
Jamkesmas saat ini adalah persoalan politcal will bukan persoalan UU. Orang
sakit tidak berpikir itu. Yang penting masuk Rumah Sakit ditangani, tidak perlu
ditanya-tanya tentang DP atau segala macam prosedur, tapi cukup menyerahkan
KTP, katanya.



 

Taufik juga
mengungkapkan keprihatinannya atas penanganan pasien berkategori miskin. Dalam
kunjungannya di berbagai daerah selama ini, pasien sering sekali ditelantarkan
oleh pihak rumah sakit dengan alasan prosedural. Padahal, yang terpenting bagi
pasien miskin adalah tertolong jiwanya.

 

Karena itu, Wakil
Ketua DPR RI ini mengharapkan agar Kemkes bekerja keras untuk mengoptimalkan
pekerjaan dalam memudahkan pelayanan jamkesmas. Sebaliknya, Kemkes jangan
terlalu sibuk untuk membuat Undang Undang (UU).

 

Mau berapa
banyak UU kalau memble percuma. Ke depan, Jamkesmas jangan dikaitkan dengan 
kepentingan politik. Karena
rakyat sakit tidak ditanya dari partai apa. Ke depan perlu kebijakan yang
substansi agar standardisasi pelayanan di permudah. Bupati sudah bicara
kesehatan gratis, kenapa Kemkes tidak bisa? katanya.

 

Ia menegaskan,
Jamkesmas merupakan satu-satunya alternatif dari negara untuk melayani
rakyatnya. Dengan Jamkesmas tak akan ada lagi pengkotak-kotakan masyarakat.
Dengan demikian, Jamkesmas tidak selayaknya dikelola oleh perusahaan asuransi.
Apalagi, selama ini sudah terbukti, peserta asuransi tidak mendapatkan
kemudahan dalam akses kesehatan. Mereka tetap dipungut biaya dan tak jarang
jumlahnya sangat tinggi.

 

"Askes dan
Jamsostek provite orientednya terlalu tinggi, saya tahu betul tentang
itu," katanya.

 

Masulili
menambahkan, untuk melaksanakan Jamkesmas pada seluruh rakyat dibutuhkan
sekitar Rp 28,8 triliun. Saat ini, dana jamkesmas yang ada baru sebesar Rp5,1
triliun yang mencakup 76,2 juta jiwa. Dana itu melebihi cukup karena dalam
praktik, pihak yang menggunakannya baru sekitar 10 juta jiwa.

 

Namun, dia juga
mengingatkan, jika Jamkesmas dilaksanakan secara menyeluruh kepada rakyat, maka
rumah sakit swasta juga akan dilibatkan dalam persoalan itu. Hal itu karena
mengandalkan rumah sakit pemerintah saja, tidak akan cukup meng-cover banyak
pasien.

 

Sementara itu,
Surya mengatakan, jika seluruh rakyat ditangani oleh Jamkesmas maka manipulasi
tentang pelayanan kesehatan akan berkurang. Rumah sakit tidak memiliki alasan
lagi untuk melakukan penolakan terhadap pasien.

 

"Tapi saya
tidak setuju jika rakyat dibiarkan enak. Rakyat harus diajari untuk bekerja
keras dan melakukan upaya politik," katanya.

 

Adapun Hermawanto
mengatakan, pendekatan Jamkesmas bukan pendekatan asuransi, melainkan pajak.
Rakyat selama ini sudah membayar pajak, sehingga negara wajib untuk
mengembalikannya dalam bentuk jaminan sosial kepada rakyatnya.

 

Aturan yang ada di dalam UU Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) justru membuka peluang untuk penarikan iuran kepada rakyat. Pengelolanya
adalah PT Asuransi. "Kita tahu bagaimana dana Jamsostek selama ini larinya
kemana-mana," katanya.



Kirim email ke