Berdebat Harus Ada Patokannya Bukan Debat Kusir !!!
                                        
Muslim2 extreemist pendukung teror jihad banyak yang mengajak aku berdebat, 
padahal sudah berulangkali debat pun ternyata mereka kalah, mereka tersungkur 
enggak bisa menyanggah argument2 yang merupakan kenyataan2 yang aku susun dalam 
bentuk kata2.

Mereka enggak ngerti berdebat, mereka cuma memfitnah, mencaci maki, kemudian 
mempropagandakan ayat2 Quran yang sudah usang yang enggak bisa jadi rujukan 
apapun juga.

Oleh karena itu, sekali lagi aku tegaskan disini, bahwa AKU bersedia meladeni 
segala bentuk perdebatan apapun topiknya, TAPI DENGAN SYARAT, yaitu, apapun 
topik perdebatannya harus ada rujukan yang sama sehingga landasan perdebatannya 
jadi jelas dan tidak akan bisa disesatkan jadi debat kusir seperti yang 
dilakukan para pedakwah2 Islam pada umumnya.

Pendakwah2 agama Islam itu modal debatnya ngawur, landasannya bisa pindah2 dari 
kepercayaan bisa jadi logika, dan dari logika bisa jadi hati nurani, dan akhir 
kesemuanya mereka bilang itu kemauan Allah, padahal Allahnya itu sendiri tidak 
bisa dibuktikannya.  Jadi berdebat dengan kelas ulama2 kerdil begini sudah tahu 
aku kemana akhirnya, nama Allah itulah yang jadi keranjang sampah mereka untuk 
se-olah2 menjadi menang.

Naaah...  Aku enggak bisa diakalin model debat kusir seperti itu, oleh karena 
itu kita harus bikin patokan yang sama sehingga enggak bisa lari dari patokan 
itu, enggak bisa dipelintir lagi jadi debat kusir.

Patokannya juga harus diterima dan disetujui semua orang diseluruh dunia bukan 
cuma muslimin saja, karena kalo patokan yang dibuat muslimin itu cuma Quran dan 
hadisnya saja yang selain tafsirnya beda2, juga Qurannya tidak sama, lalu mau 
kemana akhirnya selain jadi debat Kusir ????

Demikianlah, patokannya harus universal, yaitu landasannya Demokrasi dan 
Deklarasi HAM, karena hal ini sudah diterima diseluruh dunia termasuk semua 
negara2 Islam juga.

Jadi jangan coba bedebat kalo enggak ada patokannya, dan jangan harap bisa 
menang berdebat dengan rujukan Quran dan hadisnya, karena hadis itu cuma tafsir 
bukan kenyataan bukan kepercayaan, karena tafsir itu berasal dari kata bahasa 
Arab, yang dalam bahasa Indonesianya berarti "tebak2an".

Demikianlah, berdebat itu bukan tebak2an, jadi tidak bisa pakai landasan Quran 
dan Hadisnya, apalagi enggak ada didunia yang pernah menanda tangani menerima 
Syariah Islam, bahkan Arab Saudia saja yang menggunakan Syariah Islam tapi 
ternyata menolak Syariah Islamnya buatan Iran.  Jadi yang begini bukan 
dinamakan patokan melainkan debat kusir, dan debat kusir itu bukan perdebatan 
melainkan akal2an saja menipu pendengarnya DAN itulah cara2 umum dakwah dalam 
agama Islam.

Ny. Muslim binti Muskitawati.



Kirim email ke