Khutbah Wukuf Arafah 1426 H (1)
Bersama KH. Abdullah Gymnastiar
9 Januari 2005 / 9 Zulhijjah 1426 H



Bismillahirrahmanirrahim

Saudara-saudaraku, hari ini adalah hari yang sangat dirindukan oleh semua
orang yang beriman. Hari dimana kita dibanggakan oleh Alloh dihadapan para
malaikat yang walaupun mata kita tidak bisa melihat, tapi pasti malaikat
berada di sekitar kita.

Entah mengapa Alloh mengundang kita ke Tanah Suci ini, padahal pasti banyak
yang jauh lebih shalih, lebih baik daripada kita. Yang air matanya sering
berderai, yang sujudnya tidak pernah luput, yang malamnya sering berlinang
air mata, yang lisannya selalu basah menyebut nama Alloh, banyak yang jauh
lebih mulia, lebih baik, tapi belum sampai ke tempat ini.

Mengapa kita diundang ? Mungkin karena kita termasuk orang yang paling
banyak dosanya, yang harus segera diampuni. Mungkin kita termasuk orang yang
paling lalai dalam ibadah, yang harus segera diingatkan. Mungkin kita
termasuk orang yang sangat kikir, sehingga harus segera dibukakan. Tidak ada
jalan bagi kita untuk merasa lebih dari yang lain. Hadirnya kita di tanah
suci ini, sama sekali bukan untuk merasa mulia. Saudaraku mengapa Alloh
mengundang kita, berada di tempat ini, inilah yang harus kita renungkan.

Ingatlah saudaraku, "khairunnas anfa'uhum linnas"  Manusia yang paling mulia
adalah manusia yang paling banyak membawa manfaat. Kita lihat sampah saja
bermanfaat, sampah jadi pupuk, kotoran juga bemanfaat. Berarti manusia yang
tidak bermanfaat, lebih hina dan lebih menjijikan daripada sampah, lebih
hina dan lebih menjijikan daripada kotoran. Kurang lebih demikianlah haji
yang tidak bermanfaat.

Saudaraku sekalian, yang tidak bermanfaat adalah racun. Andai kata kita
memiliki harta, tapi harta kita tidak manfaat, sebetulnya kita memiliki
racun yang membuat hidup kita akan hina dan nista. Siapapun yang memiliki
kedudukan tapi tidak manfaat, dia adalah penyakit, dia adalah racun, yang
dengan kedudukannya dia menjadi dzalim. Barang siapa yang memiliki
penampilan tapi tidak manfaat, maka dia akan menjadi racun.

Demikian pula kita berangkat haji, jika sepulang dari tempat ini tidak
bertambah kemanfaatan kita, kita meracuni orang lain dengan contoh buruk
diri kita. Pertanyaannya saudaraku, hari ini adalah hari kejujuran kepada
diri kita, manfaat apa yang sudah kita berikan dalam hidup kita ? Jujurlah,
manfaat apa yang telah kita berikan kepada Ibu-Bapak kita, yang sudah
berlelah, melahirkan bersimbah darah, air mata, keringat. Apakah kita
bermanfaat atau kita menjadi racun bagi orang tua kita ? Saudara-saudaraku,
inilah kesempatan kita untuk jujur.

Telah datang seseorang kepada Umar bin Khatab, yaa Umar saya bela dan rawat
orang tua saya yang telah tua dan udzur seperti orangtua saya menyayangi dan
memelihara saya saat kecil, bagaimana menurutmu ya, amirul mukminin, apakah
sama pahalanya ? Tidak.. Karena orang tua membela dan merawatmu agar engkau
panjang umur, tapi jika orang tua menjadi tanggunganmu, pikiranmu justru
sebaliknya,  sampai sejauh mana saudaraku kita bisa membawa manfaat bagi
Ibu-Bapak kita.

Ada orang yang tidak pernah peduli kepada orang tuanya sendiri. Orang tua
tidak pernah mendapat waktu, jarang diberikan senyuman, bahkan dalam doa pun
jarang dipanjatkan. Manusia yang mulia adalah yang manfaat bagi orang
tuanya. Tidak tahu berapa lama lagi melihat wajah Bapak-Ibu kita. Apakah
ketika keduanya wafat beliau puas melahirkan kita ? Atau menyesal melahirkan
kita ?

Saudaraku Haji yang mabrur adalah haji yang bermanfaat, lihatlah sanak
keluarga kita. Apakah anak-anak kita merasa manfaat dari orang tuanya.
Kemanakah mereka kelak pulang andaikata kita telah tiada ? Jangan-jangan
mereka tidak mengenal jalan pulang ke Surga, karena kita tidak bisa memberi
contoh yang benar.

Wahai Bapak Ibu sekalian tataplah anak-anak kita, kemana mereka akan pulang
? Jangan sampai kita hanya memberikan harta, tapi tidak memberikan kasih
sayang dan perhatian. Kita kadang merasa puas jika telah memberikan uang,
padahal yang mereka butuhkan adalah perhatian, suri tauladan dan kasih
sayang.

Haji yang mabrur adalah haji yang bermanfaat bagi keluarganya, lihatlah
guru-guru kita. Kita sekarang bisa memiliki gaji, kita dihargai, kita
dihormati, karena jasa-jasa guru kita. Tapi apa yang sudah kita lakukan
kepada guru kita, sanak saudara, tetangga, kaum dhuafa ? "Alat ukur
kesuksesan hidup kita bukan dari apa yang kita miliki, melainkan dari
manfaat apa yang kita berikan".


Bersambung...



Download MP3 :
* Khubah Wukuf Arafah 1
http://dtjkt.home.comcast.net/060109i_KhutbahWukufArarfah1a.zip (1092 Kb)
* Khubah Wukuf Arafah 2 (Do'a - Muhasabah)
http://dtjkt.home.comcast.net/060109i_KhutbahWukufArarfah1b.zip (961 Kb)


----------------------------------------------------- 
Disiarkan langsung dari Padang Arafah Mekkah melalui Radio Delta 99.1 FM dan
MQ FM 102.6 Bandung.
Humas Daarut Tahuiid Jakarta - http://jkt.detik.com/kolom/aagym/








===================================================================
        Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
=================================================================== 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke