*Sekularime Hadang Pembangunan Masjid Boston*
/Pembangunan masjid terbesar di Boston terhenti karena mendapat gugatan 
kaum Yahudi. Penggugat menilai pembangunan itu melanggar prinsip 
sekluler. Kehawatiran berkembangnya Islam?
/
Senin, 09 Jan 2006

Hidayatullah.com--Kehawatiran kalangan Yahudi dan Barat berkembangnya 
Islam terbukti setelah rencana pembangunan sebuah masjid terbesar di 
belahan timur laut AS digugat. Rumah Allah yang berencana menjadi pusat 
kegiatan 70 ribu Muslim di Boston, digugat kaum Yahudi.  Alasannya, 
pembangunan itu melanggar prinsip sekuler. Asalan lain yang tak kalah 
keji, dikait-kaitkan dengan terorisme.

Para rabi Yahudi yang tergabung dalam Komite Yahudi Amerika (AJC) itu 
menuding pengurus Masyarakat Islam Boston (ISB) --yang membangun masjid 
seluas 6.500 meter persegi itu- - tersangkut dengan aksi terorisme. ISB 
juga dianggap tidak dapat menghindari pernyataan radikal anti-Yahudi.

Salah satu ulama paling disorot adalah Ulama Mesir, Sheikh Yusuf 
Qaradhawi. Katanya, mantan ketua ISB ini pernah memuji pejuang Hamas dan 
Hizbullah. Organisasi anti-AS ini memang dimasukkan daftar teroris Deplu AS.

"Ada kecemasan besar di sini," dalih Larry Lowenthal, direktur Eksekutif 
AJC Cabang Boston. "Menurut saya, jarak yang terbentang antara ulama 
sekarang dengan rekan mereka yang mengeluarkan pernyataan meresahkan... 
jarak itu jelas harus dibedakan dan dipisah," sambung dia.

ISB jelas membantah tuduhan AJC. Mereka menegaskan tidak pernah 
berhubungan dengan terorisme sama sekali. Tapi, justru menjadi korban 
cara-cara tertentu yang menodai masjid, karena dikaitkan dengan ajaran 
radikal Islam. ISB berkali-kali mengatakan ulamanya telah menjauhi 
pernyataan anti-Yahudi.

Kasus ini menyedot perhatian muslim Amerika. "Sayangnya, saya melihat 
kasus Boston merupakan indikasi semakin maraknya tren antimuslim, yang 
menguat setelah (tragedi) 9/11," terang Arsalan Iftikhar, direktur hukum 
Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) kelompok pembela HAM muslim Amerika 
terbesar yang bermarkas di Washington.

"Kasus ini berdampak terhadap komunitas muslim setempat terutama dalam 
pembangunan masjid mereka," tambah Iftikhar. "Berkumpulnya populasi 
muslim yang banyak melahirkan kesulitan hanya untuk menjalankan ibadah 
mereka," kritik dia. Ada sekitar enam juta muslim di AS.

Akibat gugatan tersebut, kini masjid berbata merah itu ditunda. Tidak 
jelas kapan pembangunannya akan dilanjutkan lagi. Kondisi ini dianggap 
bisa berdampak juga kepada kepercayaan pendonor masjid.

Padahal, masjid bersejarah itu telah menelan biaya USD 24,5 juta 
(sekitar Rp 245 miliar) dan pembangunannya sudah mencapai 70 persen.

"Ada ketakutan terhadap komunitas pengumpul dana yang akan menyumbang ke 
organisasi Islam," ujar Asisten Direktur ISB, Salma Kazmi. "Mereka cemas 
nama mereka akan muncul dalam daftar dan akan didatangi FBI," lanjutnya.

Kondisi itu muncul setelah ada desakan dari kelompok Yahudi untuk 
membeberkan pendonor masjid. "Kalau kami menuruti permintaan itu, kami 
mungkin tidak akan pernah disumbang lagi karena pendonor takut akan 
menjadi sasaran tindak pelecehan."

Kamis lalu (5/1), harian Advokasi Yahudi Boston memuat iklan satu 
halaman penuh yang menuding ISB memanfaatkan proses pengadilan untuk 
membungkan perdebatan. Mereka juga dianggap tak merespon pernyataan rabi 
Yahudi yang menyatakan bom 7 Juli 2005 di London makin menambah 
kecemasan terhadap masjid dan terorisme.

Tekanan terhadap muslim tidak hanya datang dari Yahudi. Seorang penduduk 
kota berpenduduk Yahudi terbesar kelima AS dengan 240 ribu jiwa itu, 
ikut menggugat ISB. Dia meminta agar ISB mengembalikan tanah tempat 
masjid dibangun ke pemerintah kota.

Alasannya, Otoritas Pembangunan Boston (BRA) dianggap telah melanggar 
Konstitusi AS yang memisahkan urusan pemerintahan dan agama 
(sekularisme) dengan menjual tanah itu di bawah harga pasar.

Pada 2000, pemerintah kota Boston menjual tanah itu seharga USD 400 ribu 
(sekitar Rp 4 miliar). Niat semula diperuntukkan membangun pusat publik. 
Namun, ISB menjelaskan Boston telah menyumbangkan tanah itu kepada 
sebuah organisasi keagamaan di masa lalu.

"Ini bukan kali pertama (pemerintah) kota menghibahkan tanahnya ke 
sebuah institusi keagamaan. Tapi, (justru) kami satu-satunya yang harus 
menjalani proses pemaparan terbuka (public hearing)," keluh Kazmi.

Penghadapangan kaum Yahudi terhadap masjid ini  boleh jadi karena 
ketakutan terhadap semakin berkembangnya populasi Islam di negeri itu.

Sebagaimana diketahui, pupulasi warga Muslim Amerika mencapai 6 juta 
orang lebih. Termasuk agama besar kedua setelah Katolik yang percepatan 
jumlahnya maskin menanjak.

Pupulasi ini semakin naik setelah kasus 11 September di mana Islam 
selalu menjadi tuduhan Barat. Menurut pantauan IRNA, sebagaimana dimuat 
di media ini kemarin, ada sekitar 20 ribu muallaf yang hatinya tertambat 
Islam dalam setiap tahunnya. (rtr/jp/hid/cha)
-- 








===================================================================
        Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
=================================================================== 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke