BENCANA IKLIM DAN MUSIM

  Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi
  kamu dari Allah jika Dia menghendaki bencana
  atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?"
  QS. Al Ahzab (33) : 17

  Ya, musim dan iklim telah mengalami kekacauan. Ini tidak bisa tidak, 
disebabkan oleh terjadinya pergeseran mekanisme keseimbangan di permukaan Bumi. 
Penyebabnya adalah aktifitas manusia sendiri. Kerusakan lapisan ozon, 
meningkatnya gas-gas rumah kaca, kerusakan hutan dan menipisnya jumlah 
pepohonan, telah mengacaukan mekanisme sempurna itu.

  QS. Ar Ruum (30) : 41
  Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan 
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) 
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

  Padahal, dengan mekanisme musim itulah Allah memberikan berbagai rahmat 
kepada manusia. Di antaranya adalah munculnya berbagai jenis buah-buahan, 
sayuran, perkembangbiakan segala macam jenis binatang di darat maupun di 
lautan. Dengan iklim dan musim itu juga Allah memberikan suasana yang indah dan 
nikmat dalam kehidupan manusia.

  Musim hujan yang sejuk, musim kemarau yang panas, musim semi yang indah 
berwarna-warni, musim panas yang bertaburan cahaya matahari, musim rontok yang 
meranggas, dan musim dingin yang eksotik. Semuanya itu memberikan nuansa 
kehidupan yang dinamis penuh keindahan. Enak dipandang mata.

  QS. Qaaf (50) : 7
  Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang 
kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata

  Bagi kalangan petani, nelayan, dan pekerja yang dekat dengan alam, pergerakan 
musim telah memberikan gerak kehidupan yang penuh dengan harapan. Mereka 
bercocok tanam dan melaut di waktu-waktu tertentu. Dan menikmati hasilnya di 
waktu-waktu yang lain.

  Semuanya berjalan secara alami dan teratur seiring dengan perputaran Bumi 
sepanjang tahun. Seorang petani mengatakan: "Dulu iklim dan musim berjalan 
secara teratur. Sehingga memudahkan kami untuk bercocok tanam dan berkebun. 
Kini semuanya jadi serba sulit dan tidak bisa diduga," paparnya.

  Ia menjelaskan, di kalangan petani Jawa ada yang disebut sebagai Pranoto 
Mongso. lni adalah patokan para petani ketika menjalankan pekerjaannya. Mereka 
tahu persis, kapan harus memulai menanam bibit padi. Kapan menuai. Kapan 
menggantinya dengan tanaman palawija. Kapan dan bagaimana memberantas hama 
secara alamiah. Dan seterusnya.

  Tapi semua itu kini telah kacau. Manusia lebih mengandalkan teknologi, 
zat-zat kimiawi, dan pemaksaan-pemaksaan atas kondisi alam. Yang terjadi bukan 
produktifitas yang meningkat. Melainkan semakin kacaunya proses produksi 
pertanian. Hama lebih sulit dikendalikan. Unsur-unsur hara di dalam tanah 
mengalami kerusakan. Dan yang paling merepotkan, iklim dan musim kini semakin 
sulit diprediksi.

  Hujan salah musim. Volume air yang turun jauh melebihi biasanya. Banyak 
lahan-lahan gundul yang memicu terjadinya tanah longsor. Lapisan subur 
permukaan tanah pun mengelupas, sehingga semakin banyak daerah kritis dan 
tandus. Maka, Indonesia yang demikian subur dan luas ini pun terpaksa harus 
mengimpor beras, gula, sayuran dan berbagai macam buah-buahan dari 
negara-negara tetangga yang lebih kecil ... !!?

  Sebenarnya, Bumi kita ini telah memiliki mekanisme sempurna untuk 
mengendalikan musim dan iklim. Rezeki yang disediakan Allah di muka Bumi untuk 
kehidupan manusia ini tidak akan habis sampai tujuh turunan. Asal saja manusia 
tidak serakah. Mementingkan diri sendiri.

  QS. Al Baqoroh (2) : 22
  Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, 
dan Dia menurunkan air dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu 
segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan 
sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui

  QS. An Nahl (16) : 11
  Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, 
anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu 
benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.

  QS. An Nahl (16) : 14
  Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan 
daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu 
perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan 
supaya kamu mencari (keuntungan) dari karuniaNya, dan supaya kamu bersyukur.

  QS. Al An'aam (6) : 142
  Dan di antara binatang ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan 
ada yang untuk disembelih. Makanlah dari rezki yang telah diberikan Allah 
kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya 
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

  Jadi, mekanisme alam sudahlah sangat jelas. Ada sebuah keseimbangan yang 
mengatur iklim, cuaca, dan musim agar bermanfaat dan mengenakkan kehidupan 
manusia.

  Tapi akibat perbuatan kita sendiri mekanisme yang memberi nikmat itu kini 
berubah menjadi bencana yang setiap saat mengincar kita.

  Mekanisme air bersih mengalami gangguan yang sangat serius. Sehingga, kalau 
abad lalu manusia bertengkar karena berebut minyak dan sumber energi lainnya, 
maka diperkirakan abad ini manusia akan banyak bertengkar untuk berebut air 
bersih. Air bersih menjadi kebutuhan yang sangat langka. Buka hanya karena 
jumlahnya yang semakin sedikit, namun kualitas air yang ada pun telah tercemar 
oleh berbagai macam polusi bahan-bahan kimia yang berbahaya. Baik karena limbah 
industri, transportasi, maupun dampak kehidupan sehari-hari lainnya.

  Selain langka air, udara bersih juga semakin sulit. Udara perkotaan penuh 
polusi. Sedangkan jumlah pepohonan dan hutan semakin menyusut seiring dengan 
bertambahnya penduduk Bumi.
  Bayangkan, jumlah manusia di muka planet Bumi sekarang telah mencapai angka 6 
miliar. Padahal seabad sebelumnya baru sekitar 1,5 miliar. Hanya dalam kurun 
waktu 100 tahun penduduk Bumi telah meningkat 4 kali lipat. Betapa berat beban 
planet Bumi.

  Secara drastis Bumi harus menyediakan dalam waktu yang bersamaan: bahan 
pangan, air bersih, udara segar, sumber energi, dan berbagai kebutuhan pokok 
kehidupan lainnya, empat kali lipat dari biasanya. Padahal, dalam waktu yang 
sama manusia telah merontokkan sendi-sendi keseimbangan bumi itu sendiri, 
dengan cara merusak ekosistemnya secara brutal.

  Bumi mulai limbung. Setidak-tidaknya mulai terlihat pada rusaknya iklim, 
cuaca dan musim. Di beberapa negara Utara - Eropa dan Amerika -, dikabarkan 
sedang diserang cuaca panas yang menyengat. Dan ratusan orang meninggal dunia.

  Bencana iklim dan musim kini semakin sering menerpa kehidupan manusia. 
Barangkali karena kita semakin jauh dari alam. Tidak bersahabat dengan alam. 
Padahal alam setiap saat memberikan milik terbaiknya untuk kebahagiaan manusia.

  QS. Al Ahqaf (46) : 24
  Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah 
mereka, berkatalah mereka: "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada 
kami". (Bukan)! bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera 
(yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih,


  BENCANA ANGIN

  Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi
  kamu dari Allah jika Dia menghendaki bencana
  atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?"
  QS. Al Ahzab (33) : 17

  Bencana lain yang selalu mengintai manusia di Bumi adalah angin. Sebenarnya 
angin sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan manusia. Akan tetapi, ia bisa 
juga menjadi musuh yang sangat menakutkan, karena bisa menghancurkan kota dan 
permukiman. Hal itu telah terjadi di berbagai wilayah permukaan Bumi dan 
memakan korban yang tidak sedikit. Nyawa maupun harta.

  Angin terbentuk karena adanya perbedaan suhu dan tekanan di berbagai wilayah 
permukaan Bumi. Sebenarnya ini sangat bermanfaat buat manusia. Di antaranya 
adalah untuk mendistribusikan suhu antara wilayah kutub dan daerah sepanjang 
katulistiwa. Ada perbedaan suhu sekitar 100° celsius di antara kedua wilayah 
itu, disebabkan pemanasan matahari sepanjang tahun.

  Sebagaimana kita ketahui musim panas dan dingin berganti-ganti antara wilayah 
selatan dan utara. Ini dikarenakan kemiringan posisi Bumi terhadap matahari. 
Perbedaan suhu itu menimbulkan tekanan yang berbeda antara wilayah-wilayah 
tersebut. Dengan adanya angin, suhu atmosfer Bumi selalu dalam keadaan seimbang 
dan hangat, sesuai untuk berlangsungnya kehidupan. Jika tidak, akan menjadi 
masalah, yaitu terjadi penumpukan panas di daerah-daerah tertentu, dan lainnya 
akan bertambah dingin dari waktu ke waktu.

  QS. Al Jaatsiyah (45) : 5
  dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari 
langit lalu dihidupkanNya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada 
perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda bagi kaum yang berakal.

  QS. Al Baqoroh (2) : 164
  Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan 
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan 
apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia 
hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala 
jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan 
bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan.

  Perlu diketahui, perbedaan suhu 100° derajat antara kutub dengan katulistiwa 
itu sebenarnya bisa menyebabkan munculnya angin berkecepatan tinggi, sampai 
1000 km per jam. Dan, pasti akan menimbulkan masalah besar buat manusia.

  Akan tetapi kenapa tidak? Ternyata Allah mengendalikan agar tidak terjadi 
angin badai terus menerus. Caranya Allah menciptakan gunung-gunung dan lembah, 
sehingga angin menjadi terhalang dari pergerakan bebasnya. Bergerak lebih 
lambat mengikuti lekuk permukaan Bumi. Seandainya permukaan Bumi ini datar, 
bisa dipastikan manusia akan mengalami masalah besar disebabkan kecepatan angin 
yang demikian tinggi.

  Ditambah lagi adanya perbedaan kondisi antara permukaan daratan dan lautan. 
Daerah di atas lautan lebih cepat mengalami perubahan suhu disebabkan oleh 
pantulan sinar matahari dari permukaan laut. Ketika siang hari, udara di atas 
lautan lebih cepat panas, sehingga angin akan bergerak ke daratan. Sebaliknya, 
pada malam hari udara di atas lautan lebih cepat dingin, sehingga angin 
bergerak dari daratan ke lautan.

  Begitulah Allah nnengatur pergerakan angin, di antaranya, sangat bermanfaat 
untuk para nelayan yang ingin melaut dengan perahu layarnya. Malam hari mereka 
berangkat mencari ikan, dan esok harinya mereka pulang. Betapa besar nikmat 
Allah kepada manusia.

  QS. Ar Ruum (30) : 46
  Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahwa Dia mengirimkan angin 
sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari 
rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintahNya dan supaya kamu 
dapat mencari karuniaNya, semoga kamu bersyukur.

  Dengan pergerakan angin yang demikian itulah Allah memberikan rezeki kepada 
para nelayan. Dan kemudian ikannya bisa kita nikmati, meskipun kita tidak 
mencarinya langsung dari lautan. Mudah-mudahan manusia bersyukur, begitu 
firman-Nya.

  Sayangnya tidak banyak yang mau bersyukur. Sehingga Allah mengingatkan kepada 
kita agar tidak lupa atas perlindunganNya saat kita kritis di lautan lepas. 
Angin yang tadinya jinak, lembut dan membawa rezeki itu bisa saja lantas 
berubah menjadi ganas dan mengancam keselamatan kita. Menjadi angin topan bagi 
mereka yang tak pandai bersyukur atas segala nikmat yang diberikan.

  QS.Al Israa' (17) : 69
  atau apakah kamu merasa aman dari dikembalikanNya kamu ke laut sekali lagi, 
lalu Dia meniupkan atas kamu angin topan dan ditenggelamkan-Nya kamu disebabkan 
kekafiranmu. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun dalam hal ini 
terhadap Kami.

  Di ayat yang lain, Allah juga bercerita bahwa angin itu sangat bermanfaat 
buat tumbuh-tumbuhan. Agar terjadi perkembangbiakan. Dan akhirnya untuk 
mencukupi kebutuhan manusia yang juga terus berkembang biak.

  QS. Al Hijr (15) : 22
  Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuhan) dan Kami turunkan 
hujan dari langit lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali 
bukan kamu yang menyimpannya.

  Namun bagi mereka yang tidak pandai bersyukur, angin pun bisa menjadi bencana 
bagi para petani. Atau bahkan bagi kita semua. Tanaman pangan yang kita 
harap-harapkan untuk dipanen pun hancur musnah diterpa bencana.

  QS. Ar Ruum (30) : 51
  Dan sungguh, jika Kami mengirimkan angin lalu mereka melihat (tumbuh-tumbuhan 
itu) menjadi kuning (kering), benar-benar tetaplah mereka sesudah itu menjadi 
orang yang ingkar.

  QS. Fush Shilat (41) : 16
  Maka Kami meniupkan angin yang amat gemuruh kepada mereka dalam beberapa hari 
yang sial, karena Kami hendak merasakan kepada mereka itu siksaan yang 
menghinakan dalam kehidupan dunia. Dan sesungguhnya siksaan akhirat lebih 
menghinakan sedang mereka tidak diberi pertolongan.

  Jadi, kehidupan di Bumi ini memang butuh angin. Akan tetapi sekali waktu akan 
diporakporandakan oleh angin juga. Ada angin badai, angin topan, puting 
beliung, angin panas dan dingin, angin berdebu dan berbatu, dan berbagai macam 
angin lainnya. Bumi senantiasa diincar oleh bencana angin.

  Prinsip dasar semua itu adalah keseimbangan alamiah di permukaan Bumi. Jika 
karena sesuatu hal tekanan udara di suatu wilayah jauh lebih tinggi dari 
wilayah di sekitarnya, maka bakal muncul angin yang kekuatannya seiring dengan 
besarnya perbedaan suhu dan tekanan di wilayah itu.

  Jadi, ada beberapa faktor yang harus kita hindarkan, agar kita tidak sampai 
merusak keseimbangan mekanisme alamiah itu. Misalnya, jangan sampai kita 
berbuat kerusakan yang akan menjadi penyebab naiknya suhu atmosfer bumi. 
Seperti meningkatnya polusi dan gas-gas rumah kaca. Atau penggundulan hutan, 
merusak lapisan ozon, dan lain sebagainya.

  Kenaikan suhu global itu akan menyebabkan perubahan tekanan udara, kecepatan 
angin, mekanisme hujan, dan proses-proses tertentu yang merusak keseimbangan. 
Akhirnya, kita sendiri yang bakal menuai akibatnya...






 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke