Kemaksiatan dan Pengaruhnya
Oleh: Tim dakwatuna.com

  Sesungguhnya seorang hamba jika melakukan dosa, maka terbentuklah
  noda hitam dalam hatinya. Jika ia melepaskan dosa, istighfar dan taubat,
  bersihlah hatinya. Ketika mengulangi dosa lagi, bertambahlah noda hitamnya,
  sehingga menguasai hati. Itulah Roon (rona) yang disebutkan dalam Al-Qur’an,
  “Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu
  menutupi hati mereka.” (HR At-Tirmidzi).

  Maksiat dan dosa mempunyai pengaruh yang sangat dahsyat dalam kehidupan
  umat manusia. Bahayanya bukan hanya berpengaruh di dunia tetapi sampai
  dibawa ke akhirat. Bukankah Nabi Adam a.s. dan istrinya Siti Hawwa
  dikeluarkan dari surga dan diturunkan ke dunia karena dosa yang dilakukannya?
  Dan demikianlah juga yang terjadi pada umat-umat terdahulu.

  Disebabkan karena dosa, penduduk dunia pada masa Nabi Nuh a.s.
  dihancurkan oleh banjir yang menutupi seluruh permukaan bumi.
  Karena maksiat, kaum ‘Aad diluluhlantakkan oleh angin puting beliung.
  Karena ingkar pada Allah, kaum Tsamud ditimpa oleh suara yang sangat keras
  memekakkan telinga sehingga memutuskan urat-urat jantung mereka dan mati
  bergelimpangan. Karena perbuatan keji kaum Luth, buminya dibolak-balikkan
  dan semua makhluk hancur, sampai malaikat mendengar lolongan anjing dari
  kejauhan. Kemudian diteruskan dengan hujan bebatuan dari langit yang
  melengkapi siksaan bagi mereka. Dan kaum yang lain akan mendapatkan siksaan
  yang serupa. Jika tidak terjadi di dunia, maka di akhirat akan lebih pedih 
lagi.
  (Al-An’am: 6)

  Desember 2005 dunia juga baru menyaksikan musibah yang maha dahsyat
  terjadi di Asia: Tsunami menghancurkan ratusan ribu umat manusia.
  Terbesar menimpa Aceh. Semua itu harus menjadi pelajaran yang mendalam
  bagi seluruh umat manusia, bahwa Allah Maha Kuasa. Disebutkan dalam
  musnad Imam Ahmad dari hadits Ummu Salamah, Saya mendengar
  Rasulullah saw. bersabda, “Jika kemaksiatan sudah mendominasi umatku,
  maka Allah meratakan adzab dari sisi-Nya”. Saya berkata, “Wahai Rasulullah,
  bukankah di antara mereka ada orang-orang shalih?” Rasulullah menjawab,
  ”Betul.” “Lalu bagaimana dengan mereka?” Rasul menjawab, “Mereka akan
  mendapat musibah sama dengan yang lain, kemudian mereka mendapatkan
  ampunan dan keridhaan Allah.”

  Akar Kemaksiatan

  Semua kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia, baik yang besar
  maupun yang kecil, bermuara pada tiga hal. Pertama; terikatnya hati
  pada selain Allah, kedua; mengikuti potensi marah, dan ketiga; mengikuti
  hasrat syahwat. Ketiganya adalah syirik, zhalim, dan keji. Puncak seseorang
  terikat pada selain Allah adalah syirik dan menyeru pada selain Allah.

  Puncak seseorang mengikuti amarah adalah membunuh; dan puncak
  seseorang menuruti syahwat adalah berzina. Demikianlah Allah swt.
  menggabungkan pada satu ayat tentang sifat ‘Ibadurrahman, ”Dan
  orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah
  dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
  kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa
  yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan)
  dosa(nya).” (Al-Furqaan: 68)

  Dan ciri khas kemaksiatan itu saling mengajak dan mendorong
  untuk melakukan kemaksiatan yang lain. Orang yang berzina maka
  zina itu dapat menyebabkan orang melakukan pembunuhan; dan
  pembunuhan dapat menyebabkan orang melakukan kemusyrikan.
  Dan para pembuat kemaksiatan saling membantu untuk mempertahankan
   kemaksiatannya. Setan tidak akan pernah diam untuk menjerumuskan
  manusia untuk melakukan dosa dan kemaksiatan. Setan senantiasa
  mengupayakan tempat-tempat yang kondusif untuk menjadi sarang
  kemaksiatan.

  Oleh karena itu agar terhindar dari jebakan kemaksiatan, manusia harus
  melakukan lawan dari ketiganya, yaitu: pertama; menguatkan keimanan
  dan hubungan hati dengan Allah swt. dengan senantiasa mengikhlaskan
  segala amal perbuatan hanya karena Allah. Kedua; mengendalikan
  rasa marah, karena marah merupakan pangkal sumber dari kezhaliman
  yang dilakukan oleh manusia. Dan ketiga; menahan diri dari syahwat
  yang menggoda manusia sehingga tidak jatuh pada perbuatan zina.

  Pengaruh Maksiat

  Seluruh manusia mengakui bahwa kesalahan yang terkait dengan
  hubungan antar manusia di dunia secara umum dapat mengakibatkan
  kerusakan secara langsung. Orang-orang yang membabat hutan hingga
  gundul akan menyebabkan kerusakan lingkungan, longsor, dan kebanjiran.
  Sopir yang mengendalikan mobilnya secara ugal-ugalan dan melintasi
  rel kereta yang dilalui kereta, berakibat sangat parah, ditabrak oleh kereta.
  Orang yang membunuh orang tanpa hak, maka dia akan senantiasa dalam
  kegelisahan dan penderitaan. Orang yang senantiasa bohong, hidupnya
  tidak akan merasa tenang.

  Dan pada dasarnya pengaruh kesalahan, dosa, dan kemaksiatan
  bukan saja yang terkait antar sesama manusia, tetapi antara manusia
  dengan Allah. Siapakah orang yang paling zhalim, ketika mereka diberi
  rezki oleh Allah dan hidup di bumi Allah kemudian menyekutukan Allah,
  tidak mentaati perintah-Nya, dan melanggar larangan-Nya. Jika kesalahan
  yang dibuat antar sesama manusia akan menimbulkan bahaya, maka
  kesalahan akibat tidak melaksanakan perintah Allah atau melanggar
  larangan-Nya, maka akan lebih berbahaya lagi, di dunia sengsara dan
  di akhirat disiksa. “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku,
  maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan
  menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.”

  Beberapa pengaruh maksiat diantaranya:

  1. Lalai dan keras hati

  Al-Qur’an menyebut bahwa orang-orang yang bermaksiat hatinya keras
  membatu. “Karena mereka melanggar janjinya, kami kutuki mereka,
  dan kami jadikan hati mereka keras membatu. mereka suka mengubah
  perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan
  sebagian dari apa yang mereka Telah diperingatkan dengannya, dan kamu
  (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali
  sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), Maka maafkanlah mereka
  dan biarkan mereka, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
  berbuat baik.” (Al-Ma-idah: 13)

Berkata Ibnu Mas’ud r.a., “Saya menyakini bahwa seseorang lupa pada
  ilmu yang sudah dikuasainya, karena dosa yang dilakukan.”

  Orang yang banyak berbuat dosa, hatinya keras, tidak sensitif, dan susah
  diingatkan. Itu suatu musibah besar. Bahkan disebutkan dalam sebuah
  riwayat bahwa orang yang senantiasa berbuat dosa, hatinya akan dikunci
  mati, sehingga keimanan tidak dapat masuk, dan kekufuran tidak dapat keluar.

  2. Terhalang dari ilmu dari rezeki

  Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba diharamkan
  mendapat rezeki karena dosa yang dilakukannya”
  (HR Ibnu Majah dan Hakim)

  Berkata Imam As-Syafi’i, “Saya mengadu pada Waqi’i tentang buruknya
  hafalanku. Beliau menasihatiku agar meninggalkan maksiat.
  Dan memberitahuku bahwa ilmu adalah cahaya. Dan cahaya Allah
  tidak diberikan kepada orang yang bermaksiat.”

  Orang yang banyak melakukan dosa waktunya banyak dihabiskan
  untuk hal-hal yang sepele dan tidak berguna. Tidak untuk mencari ilmu
  yang bermanfaat, tidak juga untuk mendapatkan nafkah yang halal.
  Banyak manusia yang masuk dalam model ini. Banyak yang menghabiskan
  waktunya di meja judi dengan menikmati minuman haram dan
  disampingnya para wanita murahan yang tidak punya rasa malu.
  Sebagian yang lain asyik dengan hobinya. Ada yang hobi memelihara
  burung atau binatang piaraan yang lain. Sebagian lain, ada yang hobi
  mengumpulkan barang antik meski harus mengeluarkan biaya tak sedikit.
  Sebagian yang lain hobi belanja atau sibuk bolak-balik ke salon kecantikan.
  Seperti itulah kualitas hidup mereka.

  3. Kematian hati dan kegelapan di wajah

  Berkata Abdullah bin Al-Mubarak, “Saya melihat dosa-dosa itu mematikan
  hati dan mewariskan kehinaan bagi para pelakunya. Meninggalkan dosa-dosa
  menyebabkan hidupnya hati. Sebaik-baiknya bagi dirimu meninggalkannya.
  Bukankah yang menghancurkan agama itu tidak lain para penguasa dan
  ahli agama yang jahat dan para rahib.”

  Sungguh suatu musibah besar jika hati seseorang itu mati disebabkan
  karena dosa-dosa yang dilakukannya. Dan perangkap dosa yang dikejar
  oleh mayoritas manusia adalah harta dan kekuasaan. Mereka mengejar
  harta dan kekuasaan seperti laron masuk ke kobaran api unggun.

  Tanda seorang bergelimangan dosa terlihat di wajahnya. Wajah orang-orang
  yang jauh dari air wudhu dan cahaya Al-Qur’an adalah gelap
  tidak enak dipandang.

  4. Terhalang dari penerapan hukum Allah

  Penerapan hukum Allah berupa syariat Islam di muka bumi adalah
  rahmat dan karunia Allah dan memberikan keberkahan bagi penduduknya.
  Ketika masyarakat banyak yang melakukan kemaksiatan, maka mereka
  akan terhalang dari rahmat Islam tersebut.
  (Lihat Al-Maa-idah: 49 dan Al-A’raaf: 96)

  5. Hilangnya nikmat Allah dan potensi kekuatan

  Di antara nikmat yang paling besar yang diberikan Allah kepada
  hamba-Nya adalah pertolongan dan kemenangan. Sejarah telah
  membuktikan bahwa pertolongan Allah dan kemenangan-Nya
  diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang taat. Sebaliknya,
  kekalahan dan kehancuran disebabkan karena maksiat dan ketidaktaatan.

  Kisah Perang Uhud harus menjadi pelajaran bagi orang-orang beriman.
  Ketika sebagian pasukan perang sibuk mengejar harta rampasan dan
  begitu juga pasukan pemanah turun gunung ikut memperebutkan
  harta rampasan. maka terjadilah musibah luar biasa. Korban berjatuhan
  di kalangan umat Islam. Rasulullah saw. pun berdarah-darah.

  Kisah penghancuran Kota Baghdad oleh pasukan Tartar juga terjadi
  karena umat Islam bergelimang kemaksiatan. Khilafah Islam pun runtuh,
  selain dari faktor adanya konspirasi internasional yang melibatkan Inggris,
  Amerika Serikat, dan Israel, karena umat Islam berpecah belah dan
  kemaksiatan yang mereka lakukan.

  Umar bin Khattab berwasiat ketika melepas tentara perang: ”Dosa yang
  dilakukan tentara (Islam) lebih aku takuti dari musuh mereka. Sesungguhnya
  umat Islam dimenangkan karena maksiat musuh mereka kepada Allah.
  Kalau tidak demikian kita tidak mempunyai kekuatan, karena jumlah kita
  tidak sepadan dengan jumlah mereka, perlengkapan kita tidak sepadan
  dengan perlengkapan mereka. Jika kita sama dalam berbuat maksiat,
  maka mereka lebih memiliki kekuatan. Jika kita tidak dimenangkan
  dengan keutamaan kita, maka kita tidak dapat mengalahkan mereka
  dengan kekuatan kita.”

  Oleh karena itu umat Islam dan para pemimpinnya harus berhati-hati
  dari jebakan-jebakan cinta dunia dan ambisi kekuasaan. Jauhi segala
  harta yang meragukan apalagi yang jelas haramnya. Karena harta yang
  syubhat dan meragukan, tidak akan membawa keberkahan dan akan
  menimbulkan perpecahan serta fitnah. Kemaksiatan yang dilakukan
  oleh individu, keluarga, dan masyarakat akan menimbulkan hilangnya
  nikmat yang telah diraih dan akan diraih. Dan melemahkan segala potensi
  kekuatan. Waspadalah!

  
http://www.dakwatuna.com/index.php/tazkiyatun-nafs/2007/kemasiatan-dan-pengaruhnya/


---------------------------------
Yahoo! oneSearch: Finally,  mobile search that gives answers, not web links.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke