Oleh: Alihozi  (Praktisi)

Satu minggu yang lalu tepatnya hari senin , saya diminta untuk
mendampingi staff marketing Bank Syariah tempat saya bekerja Capem
Depok untuk melihat asset yang akan menjadi jaminan pembiayaan KPR di
daerah depok . Karena yang dituju lebih dari tiga tempat, saya meminta
dijemput sekitar jam 8:30 di Bank Syariah Cab.Fatmawati. Pada hari
senin jam 8:00 ternyata supir yang menjemput saya ke depok telah
datang, kebetulan supir tsb telah lama saya kenal namanya Pak Ismail
usianya sekitar 37 tahun.

Saya berkata kepada Pak Ismail bahwa saya baru bisa keluar kantor pada
pukul 8:30 dan saya melihat wajah Pak Ismail agak kesal mendengar saya
bisa baru keluar jam 8:30 bukan jam 8:00 sambil berkata,

“ Bagaimana ini Ali , kata marketing Depok saya suruh datang pagi-pagi
jam 8:00 ternyata kamu baru bisa jalan jam 8:30, saya ini sudah
terburu-buru dari rumah untuk mengambil mobil di daerah Lenteng Agung
agar bisa sampai di sini tepat waktu menjemput kamu”

Saya bilang kepadanya bahwa saya berpesan kepada staff marketing depok
untuk menjemput saya jam 8:30 bukan jam 8:00, ternyata hal itu tidak
meredakan kekesalannya. Begitu kami berangkat kira-kira jam 8:30
menuju Depok , Pak Ismail terlihat masih kesal dengan kejadian ini, ia
menceritakan bahwa di rumah ia tidak punya pembantu sehingga kalau
pagi-pagi ia terburu â€" buru harus membantu istrinya untuk mencuci
pakaian tiga anaknya yang masih kecil-kecil, menjemur kasur dan
mengajak jalan-jalan anaknya agar tidak menangis begitu ia berangkat
ke kantor dan ia merasa terbebani melakukan hal itu semua. Saya
mendengarkan dengan seksama semua keluhan Pak Ismail, lalu saya
berkata kepadanya untuk berusaha menghilangkan kekesalannya,

“ Pak Ismail harus ingat dengan kisah Sayidina Fatimah Azzahra putri
Rasulullah, SAW yang meminta pembantu kepada Rasulullah Ayahandanya
karena ia merasa terlalu lelah untuk mengurusi rumah tangganya baik
mengurus anak-anaknya yang masih kecil maupun membantu suaminya
Sayidina Ali sampai tangannya itu berdarah ketika menggiling gandum
untuk dijadikan roti. Akan tetapi Rasulullah tidak memberikan apa yang
diinginkannya, yang diberikan Rasulullah adalah bacaan tasbih,tahmid
dan takbir yang masing-masing 33 kali untuk diamalkan putrinya
tercinta tsb. Mengapa Rasulullah melakukan hal itu semua? Tentu saja
bukan karena Rasullah tidak kasihan melihat keadaan putrinya tsb,
tetapi Rasulullah selain menginginkan agar putrinya bisa menjadi
teladan bagi ummat islam, juga karena Rasulullah menyadari bahwa
beliau tidak bisa menebus putri tercintanya di hadapan Allah, SWT pada
hari pembalasan nanti, sehingga beliau menginkan agar putrinya
mendapatkan pahala yang banyak dengan mengurusi rumah tangganya tanpa
dibantu orang lain dan mendapatkan pahala yang banyak dari mengamalkan
zikir yang diajarkannya.”

Setelah saya menjelaskan kisah hidup Fatimah putrid Rasulullah tsb,
Pak Ismail tidak lagi terlihat kesal dan berhenti mengeluh, ia mulai
menyadari kesalahannya selama ini, yang selalu mengeluh karena
mengurusi rumah tangganya.

Dari cerita di atas saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam kehidupan
ini kita harus selalu saling nasehat-menasehati dalam kebenaran agar
iman selalu terjaga seperti yang tercantum di dalam Al-Qur’an surat
Al‘Ashr. Begitu pula dalam dunia perbankan syariah di tanah air yang
sedang tumbuh pesat seperti saat ini, agar bank syariah itu terjaga
kemurnian syariahnya diperlukan peran serta masyarakat muslim untuk
mengawasi kegiatan bank syariah di tanah air, apabila terjadi
penyimpangan dari konsep syariah pada kegiatan bank syariah,
masyarakat muslim bisa langsung mengingatkan/menasehati bank syariah.
Tentu saja bank syariah yang diingatkan untuk tidak menutup diri dari
masukkan-masukkan dari masyarakat yang bertujuan menjaga kemurnian
syariah pada praktek bank syariah, dengan melaksanakan hal ini saya
yakin kapitalisme berjubah syariah bisa dicegah pada praktek bank
syariah di tanah air tercinta ini.

Wallahu’alam

Jakarta, 23 Juni 2008

Al-Faqir

Alihozi

Kirim email ke