Salah satu kekhususan Syadziliyah

Salah satu ciri dari mursyid kamil dan mukammil yang saya ketahui adalah sama 
sekali tidak memberatkan murid-muridnya, amalan yang diberikan pun pasti pas 
sesuai dengan volume ruhani masing-masing murid. Para murid bebas untuk menjadi 
apa saja, bebas memiliki apa saja dalam masing-masing kondisi yang Allah 
takdirkan untuk mereka, tetapi dalam kondisi tersebut mereka pun pasti juga 
bisa menemukan jalan menuju Allah. Hal itulah yang menurut saya merupakan salah 
satu kekhususan dari Tarekat Syadziliyah.


Syaikh Abdul Djalil Mustaqim pernah dawuh bahwa mengamalkan tarekat sebagai 
seorang sufi bukan hanya memegang tasbih, berdzikir di masjid, atau melakukan 
zawiyah/uzlah tanpa mempedulikan kehidupan duniawi dan kepentingan masyarakat. 
Menurut Beliau, sholat 5 waktu dengan disiplin, mencari nafkah dengan jujur, 
menuntut ilmu dengan bersungguh-sungguh, merupakan kehidupan bertarekat. Tetapi 
itu semua jangan sampai menyebabkan kita melupakan Allah SWT. Tidak ada 
larangan berbisnis bagi pengikut tarekat. Bisnis tidak menghalangi seseorang 
untuk masuk surga, sebab ada berjuta jalan menuju Allah.


Syaikh Abu al-Abbas al-Mursi juga pernah dawuh kepada Syaikh Ibnu Athaillah : 
"Jika kau berteman dengan seorang pedagang, jangan berkata kepadanya : 
‘Tinggalkan daganganmu dan kemarilah !' Juga jangan berkata kepada seorang 
pekerja : 'Tinggalkan pekerjaanmu dan kemarilah !' Dan jangan berkata kepada 
pelajar : 'Tinggalkan pelajaranmu dan kemarilah !' Posisikan setiap orang 
sesuai dengan posisi yang Allah berikan untuknya. Bagian seseorang yang Allah 
berikan lewat diri kita pasti akan sampai kepadanya. Para sahabat menyertai 
Rasulullah saw dengan setia. Namun, Rasul tidak pernah berkata kepada [sahabat 
yang] pedagang : `Tinggalkan daganganmu !’ tidak juga kepada pekerja : 
`Tinggalkan pekerjaanmu !' Rasulullah membiarkan mereka dengan usahanya 
masing-masing seraya memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah." 
Selanjutnya Beliau juga dawuh : “Tetaplah dalam posisi yang Allah berikan 
kepadamu. Bagian untukmu yang Allah berikan lewat diriku pasti
 akan sampai kepadamu. Itulah ahwal kaum shiddiqin. Mereka keluar dari sesuatu 
ketika Allah SWT sendiri yang mengeluarkan mereka.”


Karena itu dalam al-Hikam Syaikh Ibnu Athaillah mengingatkan : "Keinginanmu 
untuk memasuki alam tajrid (meninggalkan urusan dunia, tidak terikat 
sebab-akibat) padahal Allah masih menempatkanmu pada alam asbab (masih terikat 
sebab-akibat), adalah termasuk syahwat yang tersembunyi. Sebaliknya, 
keinginanmu untuk masuk ke alam asbab padahal Allah telah menempatkanmu pada 
alam tajrid, adalah suatu kemerosotan dari himmah (tekad spiritual) yang luhur."


      Get your preferred Email name!
Now you can @ymail.com and @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke