Definisi bid'ah

13 Oktober 2011 oleh mutiarazuhud | Sunting

Sebuah kesalahpahaman yang terjadi selama ini dan berlarut-larut adalah 
kesalahpahaman tentang bid'ah. Kesalahpahaman inilah yang membuat segelintir 
muslim menghujat saaudara muslimnya sendiri dengan hujatan sebagai "ahlul 
bid'ah". Kesalahpahaman yang membuat mereka berlepas diri dan memutuskan tali 
silaturahmi dengan mereka yang telah jelas-jelas bersyahadat alias saudara 
muslim sendiri. Salah satu ciri-ciri mereka adalah setiap datang bulan Rabiul 
awal tidak lagi bergembira menyambutnya  atau mereka tidak mau memperingati 
bulan kelahiran Nabi Sayyidina Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.

Definisi bid'ah yang berlaku sejak Nabi Adam a.s sampai sekarang dan sampai 
akhir zaman adalah

Perkara baru diluar apa yang telah ditetapkanNya atau diwajibkanNya

Perkara yang telah ditetapkanNya atau diwajibkanNya adalah perkara yang wajib 
dijalani dan wajib dijauhi  atau perkara syariat (syarat) atau disebut sebagai 
"urusan kami" atau disebut dengan agama atau disebut amal ketaatan

Amal ketaatan adalah ibadah yang terkait dengan menjalankan kewajibanNya 
(perkara kewajiban) dan menjauhi laranganNya (perkara larangan dan pengharaman).
Amal ketaatan adalah perkara mau tidak mau harus kita jalankan atau kita taati.
Amal ketaatan jika tidak dijalankan atau tidak ditaati akan mendapatkan 
akibat/ganjaran,  ganjaran baik (pahala) maupun ganjaran buruk (dosa).
Amal ketaatan adalah bukti ketaatan atau "bukti cinta" kita kepada Allah Azza 
wa Jalla dan RasulNya.

Orang yang menjalankan amal ketaatan atau "bukti cinta" adalah disebut orang 
beriman (mukmin)

Firman Allah ta'ala yang artinya
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya 
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha 
Penyayang." (QS Ali Imron [3]:31 )

"Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka 
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir" (QS Ali Imron [3]:32 )

"dan ta'atlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang 
beriman." (QS Al Anfaal [8]:1 )

Amal ketaatan adalah apa yang ditetapkanNya  yakni perkara kewajiban, 
batas/larangan dan pengharaman

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah telah 
mewajibkan beberapa kewajiban, maka jangan kamu sia-siakan dia; dan Allah telah 
memberikan beberapa batas/larangan, maka jangan kamu langgar dia; dan Allah 
telah mengharamkan sesuatu, maka jangan kamu pertengkarkan dia; dan Allah telah 
mendiamkan beberapa hal sebagai tanda kasihnya kepada kamu, Dia tidak lupa, 
maka jangan kamu perbincangkan dia." (Riwayat Daraquthni, dihasankan oleh 
an-Nawawi).

Dari Ibnu `Abbas r.a. berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, 
"Sesungguhnya di masa kemudian akan ada peperangan di antara orang-orang yang 
beriman." Seorang Sahabat bertanya: "Mengapa kita (orang-orang yang beriman) 
memerangi orang yang beriman, yang mereka itu sama berkata: `Kami telah 
beriman'." Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Ya, karena 
mengada-adakan di dalam agama (mengada-ada dalam perkara yang merupakan hak 
Allah ta'ala menetapkannya yakni perkara kewajiban, larangan dan pengharaman) , 
apabila mereka mengerjakan agama dengan pemahaman berdasarkan akal pikiran, 
padahal di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, 
sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya." (Hadits 
riwayat Ath-Thabarani)

Bagian akhir hadits di atas menyampaikan bahwa "sesungguhnya agama itu dari 
Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya" serta telah sempurna atau telah selesai 
segala perkara yang ditetapkanNya atau diwajibkanNya atau telah selesai segala 
perkara yang wajib dijalankan manusia dan wajib dijauhi manusia ketika Nabi 
Sayyidina Muhammad Shallallahu alaihi wasallam di utus.

Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya, "Pada hari ini telah Kusempurnakan 
untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah 
Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu" ( QS Al Maaidah [5]:3 )

Secara umum bid'ah atau perkara baru atau perkara diluar apa yang telah 
ditetapkanNya atau diwajibkanNya ada dua kategori yakni bid'ah dlolalah dan 
bid'ah hasanah (mahmudah)

Bid'ah dlolalah adalah perkara baru yang bertentangan dengan apa yang telah 
ditetapkanNya atau diwajibkanNya
Bid'ah hasanah adalah perkara baru yang tidak bertentangan dengan apa yang 
telah ditetapkanNya atau diwajibkanNya.

Imam Asy Syafi'i ~rahimahullah berkata "Apa yang baru terjadi dan menyalahi 
kitab al Quran atau sunnah Rasul atau ijma' atau ucapan sahabat, maka hal itu 
adalah bid'ah yang dhalalah. Dan apa yang baru terjadi dari kebaikan dan tidak 
menyalahi sedikitpun dari hal tersebut, maka hal itu adalah bid'ah mahmudah 
(terpuji)"

Bahkan al- Imam Nawawi membaginya dalam 5 status hukum.

أن البدع خمسة 
أقسام واجبة 
ومندوبة 
ومحرمة 
ومكروهة 
ومباحة

"Sesungguhnya bid'ah terbagi menjadi 5 macam ; bid'ah yang wajib, mandzubah 
(sunnah), muharramah (bid'ah yang haram), makruhah (bid'ah yang makruh), dan 
mubahah (mubah)" [Syarh An-Nawawi `alaa Shahih Muslim, Juz 7, hal 105]

Contoh sederhana bid'ah hasanah (mahmudah) adalah peringatan Maulid Nabi.

Peringatan Maulid Nabi adalah perbuatan yang tidak diwajibkanNya namun tidak 
bertentangan dengan apa yang telah diwajibkanNya maka termasuk amal kebaikan

Amal kebaikan adalah segala perkara diluar apa yang telah diwajibkanNya yang 
tidak bertentangan dengan apa yang telah diwajibkanNya

Amal kebaikan adalah ibadah diluar amal ketaatan yang tidak bertentangan dengan 
Al Qur'an dan Hadits.
Amal kebaikan adalah perkara yang dilakukan atas kesadaran kita sendiri untuk 
meraih kecintaan atau keridhoan Allah Azza wa Jalla.
Amal kebaikan adalah ibadah yang jika dilakukan dapat pahala dan tidak 
dilakukan tidak berdosa.
Amal kebaikan adalah "ungkapan cinta" kita kepada Allah Azza wa Jalla dan 
RasulNya.
Amal kebaikan adalah upaya kita untuk mendekatkan diri  kepada Allah Azza wa 
Jalla.

Orang yang beriman (mukmin) dan menjalankan amal kebaikan atau mereka yang 
mengungkapkan cintanya kepada Allah Allah Azza wa Jalla dan RasulNya adalah 
disebut muhsin / muhsinin, muslim yang ihsan atau muslim yang baik atau 
sholihin. 

Firman Allah ta'ala yang artinya,
"Inilah ayat-ayat Al Qura'an yang mengandung hikmah, menjadi petunjuk dan 
rahmat bagi muhsinin (orang-orang yang berbuat kebaikan), (yaitu) orang-orang 
yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri 
akhirat. Mereka itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya 
dan mereka itulah orang-orang yang beruntung" (QS Lukman [31]:2-5)

Mereka itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka 
itulah orang-orang yang beruntung.

Firman Allah ta'ala yang artinya,

"Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah 
memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui 
segala sesuatu." (QS An Nuur [24]:35)

"Barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia 
mempunyai cahaya sedikitpun". (QS An Nuur [24]:40 )

"Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama 
Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu 
hatinya) ? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya 
untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata." (QS Az Zumar 
[39]:22)

Muslim yang beriman (mukmin) dan berbuat amal kebaikan (muhsin/muhsinin) atau 
sholihin adalah mereka yang termasuk manusia disisiNya. Mereka yang telah 
dikarunia  ni'mat oleh Allah Azza wa Jalla. Mereka yang terbukti tetap 
istiqomah pada jalan yang lurus

Firman Allah ta'ala yang artinya

"Tunjukilah kami jalan yang lurus" (QS Al Fatihah [1]:6 )

" (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat kepada mereka…." (QS 
Al Fatihah [1]:7 )

"Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan 
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat oleh Allah, yaitu : 
Nabi-nabi, para shiddiiqiin,  para syuhada, dan orang-orang saleh. Dan mereka 
itulah teman yang sebaik-baiknya ." (QS An Nisaa [4]: 69 )

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyampaikan bahwa amal kebaikan (amal 
sholeh) sangat luas sekali.

Dari Abu Dzar r.a. berkata, bahwasanya sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu 
alaihi wasallam berkata kepada beliau: "Wahai Rasulullah shallallahu alaihi 
wasallam, orang-orang kaya telah pergi membawa banyak pahala. Mereka shalat 
sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun 
mereka dapat bersedekah dengan kelebihan hartanya." Rasulullah shallallahu 
alaihi wasallam bersabda, "Bukankah Allah telah menjadikan untukmu sesuatu yang 
dapat disedekahkan? Yaitu, setiap kali tasbih adalah sedekah, setiap tahmid 
adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, menyuruh pada kebaikan adalah 
sedekah, melarang kemungkaran adalah sedekah, dan hubungan intim kalian (dengan 
isteri) adalah sedekah." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah salah 
seorang di antara kami melampiaskan syahwatnya dan dia mendapatkan pahala?" 
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab, "Bagaimana pendapat kalian 
jika ia melampiaskan syahwatnya pada yang haram, apakah ia berdosa? Demikian 
juga jika melampiaskannya pada yang halal, maka ia mendapatkan pahala." (HR. 
Muslim 1674) Sumber: 
http://www.indoquran.com/index.php?surano=13&ayatno=50&action=display&option=com_muslim

Al-Qur'an dan Hadits pada hakikatnya memuat amal ketaatan atau ketetapan yang 
menjadi hak Allah Azza wa Jalla yakni ketetapan berupa kewajiban dan larangan 
(batas/larangan dan pengharaman).

Dalam Al-Qur'an dan Hadits memang disebutkan beberapa contoh amal kebaikan 
(amal sholeh) namun tidak seluruh amal kebaikan (amal sholeh) yang akan 
dikerjakan manusia sejak Nabi Adam a.s sampai kiamat nanti diuraikan dalam 
Al-Qur'an maupun Hadits. Kalau diuraikan seluruhnya akan membutuhkan lembaran 
Al-Qur'an maupun Hadits yang luar biasa banyaknya.

Amal kebaikan tidak harus atau tidak selalu terkait dengan apakah telah 
dicontohkan/dilakukan atau tidak dicontohkan/dilakukan oleh Rasulullah atau 
Salafush Sholeh.  Amal kebaikan sejak Nabi Adam a.s sampai akhir zaman tetap 
perkara baik selama tidak bertentangan dengan apa yang telah ditetapkanNya atau 
diwajibkanNya atau tidak bertentangan dengan amal ketaatan.

Kaidah "LAU KAANA KHOIRON LASABAQUNA ILAIHI" (Seandainya hal itu baik, tentu 
mereka, para sahabat akan mendahului kita dalam melakukannya) tidak 
berlandaskan Al Qur'an dan Hadits. Kesalahpahaman kaidah ini telah kami uraikan 
dalam tulisan pada
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/05/08/lau-kaana-khoiron/
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/05/04/apa-kaitannya/
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/04/20/jika-itu-baik/

Segala amal kebaikan atau amal sholeh atau amalan sunnah adalah yang dimaksud 
dengan dzikrullah.

Dalam suatu riwayat. "Qoola a'liyy bin Abi Thalib: Qultu yaa Rosuulolloh ayyun 
thoriiqotin aqrobu ilallohi? Faqoola Rasullulohi: dzikrullahi". artinya; "Ali 
Bin Abi Thalib berkata; "aku bertanya kepada Rasullulah, jalan/metode(Thariqot) 
apakah yang bisa mendekatkan diri kepada Allah? "Rasullulah menjawab; 
"dzikrulah."

Amal kebaikan adalah segala sikap dan perbuatan yang dilakukan bukan di 
wajibkanNya namun atas kesadaran sendiri karena Allah ta'ala semata atau karena 
mengingat Allah atau wujud dari kecintaan hamba kepada Allah ta'ala dan Allah 
ta'ala pun mencintai hambaNya maka jadilah kekasih Allah atau wali Allah dengan 
berbagai tingkat kedekatan atau tingkat kewalian sebagaimana yang disampaikan  
dalam tulisan pada 
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/09/28/maqom-wali-allah/

Tujuan amal kebaikan adalah untuk mendekatkan diri kita atau memperjalankan 
diri kita agar sampai (wushul) kepada Allah ta'ala. Hal ini telah diuraikan 
dalam tulisan pada 
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/10/05/perjalankanlah-diri-kita/

Dalam sebuah haditas Qudsi, Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda: 
"Allah berfirman; Siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku umumkan perang 
kepadanya, dan hamba-Ku tidak bisa mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu 
yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku wajibkan (amal ketaatan), jika 
hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan kebaikan (amalan 
sunnah), maka Aku mencintai dia, jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah 
pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia 
jadikan untuk memandang, dan tangannya yang ia jadikan untuk memukul, dan 
kakinya yang dijadikannya untuk berjalan, jikalau ia meminta-Ku, pasti Kuberi, 
dan jika meminta perlindungan kepada-KU, pasti Ku-lindungi. Dan aku tidak ragu 
untuk melakukan sesuatu yang Aku menjadi pelakunya sendiri sebagaimana 
keragu-raguan-Ku untuk mencabut nyawa seorang mukmin yang ia (khawatir) 
terhadap kematian itu, dan Aku sendiri khawatir ia merasakan kepedihan 
sakitnya. (HR Muslim 6021)  Link: 
http://www.indoquran.com/index.php?surano=61&ayatno=89&action=display&option=com_bukhari

Boleh jadi mereka yang membenci peringatan Maulid Nabi atau  mereka yang 
men-syirik-kan sholawat nariyah, sholawat badar, qashidah burdah, maulid 
barzanji  adalah mereka yang terkena ghazwul fikri atau terkena upaya adu domba 
yang dilakukan oleh orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap 
orang-orang yang beriman.  Hal ini telah diuraikan dalam tulisan sebelumnya 
pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/10/11/puritan-radikalisme/ 

Firman Allah yang artinya,
"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap 
orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik" (Al 
Maaidah: 82)

Untuk itulah kaum Yahudi dan orang-orang musyrik yakni kaum Zionis Yahudi terus 
melakukan upaya ghazwul fikri (perang pemahaman)  agar umat muslim pada umumnya 
tidak memperjalankan dirinya untuk sampai (wushul) kepada Allah ta'ala atau 
tidak tahu bagaimana yang dimaksud mendekatkan diri kepada Allah ta'ala.

Kaum Zionis Yahudi sangat  takut kepada umat Islam yang jika berdoa kepada 
Allah ta'ala dan  pasti dikabulkanNya. Inilah adalah hakikat dari doa adalah 
senjata kaum mukmin.

Namun yang harus kita ingat bahwa kita tetap harus berlaku adil kepada mereka 
atau kepada kaum non muslim atau kaum kafir.  Pada hakikatnya mereka menjadi 
seperti itu adalah kehendak Allah Azza wa Jalla juga. Perlakukan dengan baik 
sebagaimana perlakuan kita kepada ciptaanNya yang lain selama mereka berlaku 
baik kepada kita.

Islam mengajarkan damai dan berbuat baik bukan hanya terhadap manusia, akan 
tetapi sampai terhadap hewan dan tumbuh-tumbuhan. Bukankah dalam hadist Nabi 
shallallahu alaihi wasallam telah diriwayatkan bahwa seorang wanita masuk 
neraka karena telah menganiyaya seekor kucing? Begitu pula seorang pelacur 
masuk sorga karena telah memberi minum seekor anjing yang kehausan?.

Rahmat Islam rupanya benar-benar lil `alamin (bagi semesta alam). Tidak hanya 
manusia, tetapi hewan, tumbuh-tumbuhan dan lingkungan hidup, semua memperoleh 
rahmat Islam.

Ibnu Abbas ra. meriwayatkan, ada seorang lelaki yang merebahkan kambingnya 
sementara dia masih menajamkan pisaunya. Lalu Rasulullah bersabda, "Apakah 
engkau ingin membunuh kambing itu dua kali? Jangan lakukan itu. Tajamkan 
pisaumu sebelum kamu merebahkan kambingmu."

Ibnu Sirin juga meriwayatkan bahwa Khalifah Umar bin Khattab pernah melihat 
seseorang sedang menyeret kaki kambing untuk disembelih. Beliau marah dan 
menegur orang tsb., "Jangan lakukan itu! Giringlah hewan itu menuju kematiannya 
dengan baik." (HR Imam Nasai)

Allah Azza wa Jalla akan memasukan muslim yang beriman (mukmin) dan beramal 
kebaikan / beramal sholeh (muhsin/muhsinin/sholihin) kedalam jannah dan  Allah 
Azza wa Jalla mengibaratkan  orang-orang kafir bagaikan binatang dan memasukkan 
mereka kedalam jahannam.

Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya

"Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mu'min dan beramal saleh ke dalam 
jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang kafir 
bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan 
jahannam adalah tempat tinggal mereka."  (QS Muhammad [47]:12 )

Masihkan kita menjadikan "binatang" sebagai  "teman kepercayaan", sebagai 
pelindung, sebagai penasehat atau bahkan sebagai pemimpin dunia ?

Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya,
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu 
orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya 
(menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. 
Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati 
mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat 
(Kami), jika kamu memahaminya" , (Ali Imran, 118)

"Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan 
kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka 
berkata "Kami beriman", dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung 
jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): 
"Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi 
hati". (Ali Imran, 119)

Wassalam

Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830

Kirim email ke