Assalamu alaikum  rekan2 sekalian,
 
Sekian lama di negeri gurun pasir ini, ada hal menarik mengamati bagaimana 
mesjid dikelola disini yang saya kira bisa jadi pelajaran berharga juga untuk 
meningkatkan pengelolaan mesjid di negeri kita.
 
Hal yg menarik antara lain, ialah tentang orang2 yg ditunjuk mengelola mesjid, 
Imam, Muazin sampai tukang bersih2 mesjid yg diatur dg baik dan mendapat 
tunjangan yg layak pula ( gaji yg layak, rumah, tunjangan keluarga dll ) . 
Dimana pada sebagian mesjid kecil di Indonesia, hal tsb ( Imam, muazin, tukang 
bersih2 ) dilakukan oleh 1 orang yg sama saja.
 
Berkaca pada cerita2 lama pada cara pengelolaan mesjid besar di beberapa tempat 
spt sumatera barat atau keraton2 di pulau jawa, dimana ada Imam mesjid resmi, 
bahkan ada perumahan khususnya spt kauman di Jogjakarta, sebenarnya dulu sudah 
ada system pengelolaan mesjid yg bagus, namun sayang tak terlanjutkan sampai 
saat ini.
 
Berikut tulisan ttg pengelolaan mesjid semoga bermanfaat ;
 
http://hdmessa.wordpress.com/2011/10/02/sajadah-panjang-luas-terhampar-management-mesjid/
 
Salam
HM, Abu Dhabi, UAE
 
----------------
 
Angin semilir dari lereng gunung menghantarkan alunan suara azan dari surau di 
tepi kolam di balik kebun yg indah, mengingatkan diri  pada waktu sholat, 
subhanallah menakjubkan sekali suasana menjelang waktu sholat di surau yg asri 
di  Bukittinggi, sumatera barat, memori masa kecil yg selalu teringatkan.
 
Dari kesibukan kerja sehari2 , biasanya orang2 baru teringatkan dengan mesjid 
setelah mendengar suara azan tsb. Mesjid sebagai tempat ibadah biasanya baru 
ramai saat waktu sholat, hari jumat atau perayaan kegiatan2 keagamaan lain nya. 
Namun sebenarnya dibalik itu semua, kegiatan pengelolaan mesjid tak hanya saat 
itu saja dan banyak pula  orang yg terlibat dalam pengelolaan kegiatan di 
mesjid. Setelah sekian lama di negeri  gurun pasir, Abu Dhabi, UAE  ini, 
mengamati bagaimana mesjid dikelola, ada hal menarik yg bisa jadi pelajaran 
bagi kita2 di Indonesia, yaitu bagaimana mesjid dikelola.
 
Mesjid kalau diandaikan bagai sebuah computer, ada hardware dan software nya, 
hardware, perangkat keras, adalah mengenai bangunan mesjid dan berbagai 
fasilitas nya. Software pada mesjid, adalah berupa kegiatan2 dan pengelola 
mesjid, mulai dari Imam, muazin, pengelola mesjid ( DKM) sampai pembersih 
mesjid.
 
Kalau mengenai bangunan, secara umum bangunan mesjid relatif sama di berbagai 
tempat, hanya berbeda dalam arsitektur dan kelengkapan nya, masing2 negara/ 
daerah memiliki ciri khas arsitekturnya tersendiri. Di Abu Dhabi sini, saya 
perhatikan mesjid dibangun dengan perancangan yg baik dan besar ukuran nya, 
karena sebagian besar mesjid di bangun oleh negara, sebagian kecil  dibangun 
secara mandiri oleh masyarakat.
 
Hal yang berbeda dengan Indonesia , saya kira ialah mengenai perangkat / 
pengelola mesjid. Kalau di Indonesia, dikenal DKM ( Dewan keluarga mesjid ) 
sebagai pengelola mesjid yg biasanya berasal dari masyarakat sekitar, disini 
kegiatan mesjid dikelola oleh Awqaf, semacam badan wakaf negara. Jadi tak ada 
semacam DKM karena semua diatur negara, yg pasti ada di tiap mesjid adalah Imam 
mesjid, Muazin dan pembersih mesjid ( cleaning service ), semuanya mendapat 
gaji dari Negara. Imam masjid adalah kedudukan yang penting dan ada persyaratan 
tersendiri untuk bisa diangkat menjadi Imam. 
 
Imam mesjid mendapat gaji yg cukup dan layak. Saya perhatikan Imam mesjid di 
mesjid jami,  hidup berkecukupan, ada rumah, punya mobil, pendidikan dan 
kesehatan tercukupi pula. BIsa dikatakan menjadi  Imam mesjid , kehidupan 
keluarganya bisa tercukupi dengan baik, sehingga ia bisa menjalankan tugasnya 
dengan tenang. Tugas utamanya adalah memimpin sholat 5 kali sehari , memberikan 
ceramah jumat, tarawih, memberikan nasehat dan jadi tempat bertanya masalah 
agama  dari jamaah mesjid yg biasa suka bertanya langsung selepas sholat.
 
Sebenarnya di beberapa mesjid besar di Indonesia pun, ada Imam mesjid yg 
diangkat oleh Negara dan mendapat gaji dari Negara pula, tapi sebagaimana kita 
fahami, seringkali gaji tersebut tak cukup, sehingga mereka pun sibuk mencari 
penghasilan tambahan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, sehingga tak mudah 
untuk menemui Imam mesjid, biasanya bisa kita temui saat sholat jum’at atau 
sholat malam hari, semisal magrib, isya & Subuh. Siang hari, saat sholat dzuhur 
atau ashar, seringkali Imam mesjid tak ada di mesjid.
 
Disini karena memang tugas utamanya memimpin kegiatan keagamaan di mesjid dan 
kebutuhan hidupnya tercukupi dengan baik, ia tak perlu sibuk mencari tambahan 
penghasilan dan bisa fokus dalam kegiatan di mesjid. Dan kalau sampai , sholat 
di mesjid tersebut tak ada imam nya, ia bisa mendapat penilaian yg jelek, 
mendapat teguran. Di Indonesia, sering kita temui mesjid tak begitu ramai saat 
sholat siang , dzuhur dan ashar , antara lain karena Imam tak hadir di mesjid.
Karena bisa focus di mesjid, di waktu senggang nya Imam, bisa menambah keilmuan 
nya, hapalan al qur’an nya, atau melakukan pengajaran al quran.
 
Persyaratan menjadi Imam mesjid cukup ketat pula, antara lain ; memiliki 
pengetahuan agama yg dalam, hafal al qur’an 30 juz, hafal hadits nabi dan 
persyaratan lain nya. Karena persyaratan yg berat tersebut, tak mudah untuk 
mendapatkan nya, sehingga di sebagian mesjid di Abu Dhabi sini, Imam mesjid 
berasal dari luar negeri, biasanya dari Negara arab sekitar pula, spt Mesir, 
Syria, Yaman, Sudan dll, sampai dulu di  Abu dhabi ada juga Imam mesjid yg 
berasal dari Indonesia. Di mesjid jami dekat rumah, Imam mesjid berasal dari 
Syria, muazin nya dari Pakistan dan cleaning service nya dari Bangladesh. Hal 
yg biasa di UAE sini bahwa para pekerja banyak dari luar negeri, karena 
penduduk asli setempat hanya 20 % dari populasi total Negara.
 
Mungkin sebagian orang berpikir, Imam mesjid pekerjaan yg ringan saja, hanya 
memimpin sholat, sehingga tak perlu ada orang khusus yg jadi Imam, itulah yg 
banyak terjadi di mesjid kecil di negeri kita, dimana tak ada Imam mesjid yg 
ditunjuk khusus dan hanya itu kerja nya. Kalau muazin dan penjaga mesjid 
biasanya ada, tapi itupun banyak yg sukarela atau dibayar ala kadar nya. 
Sehingga kegiatan2 perangkat mesjid tersebut ( Imam, muazin, petugas 
kebersihan) dianggap sebagai kerja ringan atau sampingan saja , sehingga 
bayaran nya pun ala kadar nya. Sehingga selain kegiatan mengurus mesjid, mereka 
sibuk pula mencari tambahan penghasilan, sehingga seringkali kegiatan mesjid 
terbengkalai.
 
Begitulah yg banyak terjadi selama ini, dimana orang lebih terfokus dalam 
pembangunan fisik ( bangunan ) mesjid, namun tak begitu menganggap penting  
perangkat mesjid spt Imam, muazin dan petugas kebersihan, kalaupun mendapat 
gaji/ honor, rendah saja nilai nya, sehingga ia tak bisa focus dalam mengelola 
kegiatan mesjid, akhirnya akan berdampak pada kualitas kegiatan mesjid.
 
Hal itu menggambarkan pula, seberapa penting kita menilai ibadah sholat, kalau 
kita memandangnya sekedar melaksanakan kewajiban, kita lakukan sekedarnya saja, 
asal kewajiban sudah tertunaikan, siapapun Imam nya tak jadi masalah. Namun  
kalau kita memandang ibadah sholat sebagai sebuah kegiatan penting dan utama, 
kita akan berusaha menyiapkan nya sebaik mungkin mulai dari mesjid yg bagus 
sampai Imam sholat yg bagus pula. Sebagai bandingan untuk profesi2 lain semisal 
penyanyi, pembawa acara (mc), dosen, motivator, trainer, tukang masak ( chef), 
sampai supir dll , dilakukan oleh orang2 yg  professional , khusus melakukan 
hal tsb, agar hasil performance bagus pula, masa untuk urusan memimpin sholat, 
kita tak melakukan hal yg sama ( Imam professional )
 
Kalau dianalogikan naik kendaraan, Imam adalah bagaikan supir kendaraan, kita 
sebagai penumpang bisa merasakan sendiri betapa nyaman dan aman, kalau 
kendaraan dikemudikan oleh supir professional yg bagus dan berpengalaman, beda 
sekali kalau disupiri oleh supir omprengan angkot yg suka bawa mobil ugal2an.  
Dari pengalaman saya sendiri sholat 5 di pimpin Imam yg berkualitas tersebut, 
tinggi pemahaman agamanya, hapal al Qur’an dan khusus kerjanya memang memimpin 
sholat, terasa sekali betapa kualitas sholat kita pun bagus karena nya, lebih 
khusyu dalam ibadah. Beda sekali kalau Imam sholat kita orang sembarangan saja.
 
Seperti pengalaman saya sholat tarawih disini, dimana Imam nya adalah seorang 
ulama dari Syria yg hapal al qur’an serta bagus dan merdu pula bacaan Al Qur’an 
nya ( qiroa’ah ), sholat pun menjadi pengalaman batin yg mendalam, sholat yg 
berkualitas yang kelak akan memberi dampak kebaikan nyata dalam kehidupan 
sehari. Suasana mesjid pun tenang, karena tempat sholat utama ( laki ) 
dipisahkan dengan tempat sholat wanita dan anak2. Coba kita bandingkan dengan 
suasana sholat tarawih di mesjid2 di perumahan kita yg seringkali gaduh dg 
suara anak yg main2, imam nya cukup bacaan sholatnya tak begitu bagus, selain 
itu cepat2 lagi bacaan nya. Bagaimana kita bisa mendapatkan kualitas sholat yg 
bagus dalam kondisi seperti itu ?. tapi karena sudah terbiasa dengan hal tsb, 
kita anggap biasa saja, padahal sebenarnya kita bisa melakukan perbaikan, 
sungguh disayangkan ibadah ramadhan kita terlewat dg kualitas yg biasa2 saja.
 
Di beberapa daerah di Indonesia sebenarnya jaman dahulu, sudah ada tradisi 
dimana Imam mesjid mendapat kedudukan yg tinggi dan tercukupi pula kehidupan 
nya, sehingga ia bisa focus dalam kegiatan dakwah dan ibadah. Di beberapa 
pesantren di daerah jawa barat, semisal Garut dan Tasikmalaya, Kiyai / Ajengan 
pesantren, adalah juga imam di mesjid pesantren atau mesjid pada suatu 
perkampungan. Kegiatan sang Kiyai bisa terfokus di pesantren . Ia bisa memimpin 
sholat berjamaah di mesjid jami/ pesantren 5 kali sehari, sholat jumat , 
tarawih, ied dll, karena kehidupan keluarga nya telah tercukupi.
 
Di beberapa tempat, pesantren memiliki tanah wakaf, berupa sawah/kebun/kolam, 
dimana hasil nya adalah untuk mencukupi biaya hidup keluarga kiyai. Selain itu 
biasanya suka ada sumbangan wakaf dari para pengusaha yg adalah juga alumni 
dari pesantren tersebut.  Di beberapa tempat di Sumatera barat, di dekat mesjid 
biasanya ada sawah/kebun/ tanah ladang yg diwakafkan untuk  Imam dan petugas 
mesjid, dari sanalah ia mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, dan ia bisa 
focus dalam kegiatan ibadah dan dakwah di mesjid tsb. Kultur seperti itu masih 
berlangsung di pesantren2 tradisional di berbagai daerah di Indonesia, namun 
sudah mulai banyak ditinggalkan di kota2 besar.
 
Dalam jaman modern saat ini, dimana pembagian peran kerja dilakukan secara 
profesioanl , tiap2 pekerjaan dilakukan secara spesialis oleh orang2 yg 
memiliki keahlian tersendiri, mulai dari dokter spesialis, mekanik, trainer , 
seniman sampai tukang masak professional  (chef ) , sudah pada tempatnya pula, 
mesjid memiliki Imam yg profesional pula dan masjid dikelola dengan manajemen 
modern. 
 
Bagi seorang muslim, ibadah adalah kegiatan yg penting dalam hidup ini, maka 
kita perlu melakukannya dengan baik pula, seperti kegiatan ibadah sholat di 
mesjid. Mesjid yg dikelola dengan manajemen modern dan ibadah sholat dipimpin 
oleh Imam yg dalam ilmu agamanya, hafal al Qur’an dan focus pada pekerjaan nya 
, akan menghasilkan ibadah yg berkualitas pula. Dan kalau kita sadar bahwa 
kualitas ibadah adalah penting dalam pencapaian kebahagiaan dunia dan akhirat, 
sudah pada tempatnya kita untuk mementingkan nya dibanding hal2 lain nya.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke