Mengenal Allah: Meraih Ikhlas dan Ridha Allah Materi "Dialog tentang Ketuhanan" di Masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia; Jumat, 25 November 2011
Pemateri: Dr. Ahmad Rahman, MAg* dan Dr. Zubair Ahmad, M.Ag** Sesungguhnya ikhlas itu adalah upaya mengarahkan keinginan dan harapan untuk meraih ridha Allah dalam melakukan sesuatu; keridhaan itu adalah kerelaan menerima apa yang menjadi ketetapan dan ketentuan Allah yang berlaku pada diri dan kerelaan melakukan apa saja yang dapat menyenangkan Allah. Ikhlas dan ridha itu sendiri adalah buah dari cinta kepada Allah. Hanya hamba yang memiliki cinta yang dapat ikhlas dalam segala pikiran, ucapan, dan perbuatannya; serta hanya orang yang memiliki cinta yang siap melakukan apa saja yang dapat menyenangkan Sang Kekasih dan menerima setiap ketetapan dan ketentuan-Nya. Ikhlas menurut bahasa berarti membersihkan sesuatu dan mengaturnya, sedangkan menurut istilah adalah mencabut segala keinginan dan harapan dari dalam hati kecuali keinginan dan harapan kepada Allah Swt; atau mengosongkan hati dari ketergantungan kecuali kepada Allah sebagai satu-satu tuhan maha mengatur dan berhak untuk disembah. Inilah yang diajarkan di dalam surat al-Ikhlas: 1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, 4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." Iblis telah bersumpah untuk menyesatkan manusia dan memohon diberi tangguh oleh Allah hingga hari kiamat untuk membuktikan sumpahnya; dan Allah pun meloloskan permintaannya. Iblis mengakui bahwa kecuali hamba-hamba Allah yang telah ditanamkan rasa ikhlas di dalam hatinya yang tidak akan terlena oleh godaannya. Allah berfirman: Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlas (orang yang diikhlaskan Allah) di antara mereka. (QS. Shad, 38:82-83) Berdasarkan ayat tersebut di atas, keikhlasan sesungguhnya adalah bonus yang diberikan kepada orang yang telah berusaha mengosongkan hatinya dari rasa ketergantungan kepada dunia dan hanya semata-mata menggantungkan diri kepada Allah. Segala kemauan dan kehendaknya mengikuti kemauan dan kehendak Allah. Orang yang mampu melakukan hal ini hanyalah orang memiliki cinta kepada Allah. Artinya, keikhlasan adalah buah dari cinta ilahi itu sendiri. Perhatikan Ilham Sirriyah Maulana Syekh Muhammad Ali Hanafiah berikut: Wahai Hamba-Ku: Tanda yang utama bagi si pecinta adalah keluar dari pada apa-apa yang ia cintai dari kemauan dan kehendaknya sendiri, dan berjalan jauh dari pada apa-apa yang ia harapkan dari dirinya sendiri. Karena sesungguhnya pecinta akan selalu meletakkan dirinya kepada apa-apa yang mendekati kemauan dan kehendak dari pada Aku yang dicintainya. (Sastra Ilahi: Kalam Sirriyah, Tuangku Syekh Muhammad Ali Hanafiah No. 46) Perlu diketahui bahwa keikhlasan itu tidak memandang kecil atau besarnya sesuatu. Misalnya, menyumbang dengan uang seratus perak dengan menyumbang sekaligus dalam jumlah besar. Bila keduanya dilakukan sama-sama ikhlasnya, maka di sisi Allah, nilainya sama saja. Tentu saja, besar kecilnya sumbangan itu sesuai dengan keterbatasannya masing-masing yang menyumbang. Shalat yang dilakukan lima kali sehari semalam merupakan pintu-pintu yang dapat memupuk keikhlasan yang dapat meningkatkan kualitas ruh kita. Begitu juga dengan ibadah-ibadah yang telah disyariatkan Allah lainnya. Ridha adalah kerelaan menerima ketentuan Allah, yaitu kerelaan melaksanakan apa yang diperintahkan Allah, rela meninggalkan apa yang dilarang Allah, dan kerelaan apa pun yang menjadi ketetapan yang Allah berlakukan pada dirinya. Orang yang rela menerima ketentuan Allah yang akan merasakan ketenangan dalam jiwanya. Seorang hamba yang telah mendulang cinta ilahi akan senantiasa menikmati surga di dunia ini berupa ketenangan jiwa, bebas dari stress, terlepas dari segala bentuk ketakutan, yaitu takut akan penderitaan, takut akan sakit, takut akan kehilangan, dan takut akan kematian. Menunut Tuanku Muhammad Ali Hanafiah, kerelaan atau ridha adalah buah dari cinta itu sendiri. Allah Swt berfirman: Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu'min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu Allah menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). (QS. Al-Fath/48: 18) Alangkah indahnya sapaan Allah kepada kekasihnya yang telah mendapatkan cinta-Nya dan telah berbuah keridhaan atas segala ketentuan dan ketetapan-Nya. Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (QS. Al-Fajr/89: 27-30) Surga adalah gambaran kenikmatan dimana tidak ada lagi sedih, tidak ada kesulitan, tidak ada penderitaan dan nestapa. Yang ada hanyalah kebahagian, suka cita, ketenagan batin, dan riang gembira. Inilah surga yang akan dinikmati oleh hamba-hamba yang telah mendapatkan cinta ilahi sehingga memiliki keikhlasan dan kerelaan terhadap apa yang datang dan pergi dari dirinya. Surga yang dapat dinikmati di dunia ini. Siapa yang tidak menemukan surga di dunia ini jangan berharap mendapatkan surga di akhirat kelak. Siapa yang tidak pernah memandang Allah di dunia ini maka dia akan buta di akhirat untuk memandang wajah Allah yang maha indah. Siapa yang tidak merasakan kerinduan kepada Allah di dunia ini juga tidak akan mendapatkan pelepas rindu di akhirat kelak. Ya Allah Terkasih dan Maha Pengasih, berikan pengetahuan tentang diri-Mu dan berikan cinta-Mu. Jagalah rasa penasaran terhadap keagungan dan keindahan-Mu. Jagalah harapan kami untuk hanya berharap pada-Mu. Ya Allah Tersayang dan Maha Penyayang, Engkaulah harapan kami, Engkaulah tujuan kami. Ya Allah Maha Dicinta, anugrahi kami keikhlasan dan kerelaan menerima apa yang menjadi ketentuan-Mu sehingga kami dapat merasakan surga-Mu di dunia ini. Ajari kami cara terbaik untuk menyebut nama-Mu, ajari kami cara terindah membuktikan cinta pada-Mu, dan ajari kami cara yang paling Engkau ridhai dalam mengabdi dan bersujud pada-Mu. Amin, ya Rabbal Alamiin. ------------------------------------------------------- *Ahli Peneliti Utama Balitbang Kemenag RI & Pembimbing TICI. **Dosen UIN Syarif Hidayatullah. DISKUSI TENTANG KETUHANAN (MUKHATHABAH ILAHIYAH) adalah kerjasama Tasawuf Islamic Centre Indonesia (TICI) dengan Manajemen Masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia (MMBI). Diselenggarakan rutin setiap hari Jumat mulai pukul 17.00 WIB, dilanjutkan shalat Maghrib s/d Shalat Isya. Bertempat di Basement Mesjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia, Jl. Budi Kemuliaan No. 23, Jakarta Pusat, Telp. 381 8457. Tasawuf Islamic Centre Indonesia (TICI). Pusat: Jl. Lurah Disah No.27 Pisangan Ciputat 15419. Pondok Pesantren Tasawuf Rabbani, Kasiak Kotosani, Solok Sumatera Barat. E-mail: dialog.ketuha...@yahoo.com <mailto:dialog.ketuha...@yahoo.com> http://www.sufi-centre.net/ <http://www.sufi-centre.net/> http://suficenter.wordpress.com <http://suficenter.wordpress.com/> [Non-text portions of this message have been removed]