Seharusnya memang demikian, RS tidak profit oriented.



>________________________________
> From: Billy N. <bi...@mediator.web.id>
>To: 
>Sent: Wednesday, 18 September 2013, 0:09
>Subject: [des-kes] Fwd: RSUD Akan Jadi Rumah Sakit Warga Miskin
> 
>
>
>  
>Sudah ada JKN masih perlu ada RS khusus: warga miskin, buruh, dst?
>---
>
>http://www.tempo.co/read/news/2013/09/17/083514211/RSUD-Bekasi-Akan-Jadi-Rumah-Sakit-Warga-Miskin
>RSUD Bekasi Akan Jadi Rumah Sakit Warga Miskin
>
>Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi diarahkan menjadi rumah
>sakit warga miskin. Direktur RSUD Kota Bekasi Titi Masrifahati
>mengatakan kompoisi pelayanan diubah dengan memberikan porsi 70 persen
>untuk warga miskin dan 30 persen untuk kepentingan bisnis.
>"Sebelumnya pelayanan RSUD 70 persen untuk bisnis dan untuk warga
>miskin hanya 30 persen, sekarang komposisinya kami balik," kata Titi
>kepada Tempo, Selasa, 17 September 2013.
>Perubahan fungsi pelayanan itu tidak terlepas dari semakin banyaknya
>program kesehatan gratis. Di antaranya, Jaminan Kesehatan Masyarakat
>(Jamkesmas), Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda), Jaminan Persalinan
>Gratis (Jampersal), Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), dan Kartu
>Sehat (KS).
>Dengan begitu, kata dia, beban biaya untuk warga miskin otomatis
>meningkat. Tahun ini, beban biaya diperkirakan mencapai Rp 30 miliar
>dengan jumlah pasien sekitar 22 ribu orang. Jumlah tersebut naik dari
>tahun sebelumnya yang mencapai Rp 15 miliar, dan 2011 sebesar Rp 10
>miliar. "Rujukan warga miskin tidak ada lagi selain ke sini (RSUD),
>karena di sini satu-satunya yang melayani penanganan medis secara
>gratis," ujarnya.
>Meski demikian Titi mengaku tidak khawatir sumber keuangan RSUD akan
>seret. Dia optimistis memperoleh keuntungan dengan mengoptimalkan
>layanan bersifat bisnis dengan prosentase 30 persen itu. Umumnya
>layanan tersebut untuk pelayanan medis bersifat serius, seperti bedah.
>"Rata-rata pendapatan keseluruhan rumah sakit bisa mencapai Rp 75
>miliar, itu sudah termasuk bantuan APBD, Provinsi, dan Pusat,"
>katanya.
>Untuk meningkatkan kualitas pelayanan, manajemen RSUD merekrut tenaga
>medis profesional non-PNS. Yakni, sebanyak 15 dokter spesialis yang
>meliputi spesialis kulit, radiologi, anastesi, bedah, dokter telinga
>hidung tenggorokan (THT), jantung, dan dokter penyakit dalam. Dua
>orang dokter umum, dan 120 tenaga perawat.
>Terhadap para pegawainya, manajamen rumah sakit juga mensyaratkan
>adanya pendidikan dalam bentuk pelatihan selama 20 jam. Komposisi
>materi pelatihan 50 persen pelayanan teknis, dan 50 persen pengetahuan
>teknis bidang masing-masing.
>Selain itu, tujuh dokter yang saat ini mendapat fasilitas untuk
>melanjutkan pendidikan sub spesialis, terdiri dari tiga dokter anak,
>dua dokter penyakit dalam, dua kebidanan, dan satu dokter paru.
>
> 
>
>

Kirim email ke