kepada para peserta diskusi, harap membahas topik ini dulu secara intens, mohon 
jangan membuat topik baru, supaya diskusi kita lebih fokus. tq





On Wednesday, October 9, 2013 11:41 AM, Puti Aulia Rahma 
<putiauliara...@gmail.com> wrote:
 
  
Dear all


Minggu lalu, kebijakan mengenai KIA telah mulai dibahas, Banyak yang 
berpendapat termasuk mahasiswa-mahasiswa S2 IKM FK UGM dari berbagai profesi 
yang membahas mengenai situasi daerah masing-masing. Pendekatan analisis memang 
dianjurkan menggunakan Segitiga Kebijakan yang mencakup: Isi, Konteks, Aktor, 
dan Proses. Karena masih banyak yang ingin berpendapat, kami silahkan terus 
mendiskusikan di miling list.
Sambil membahas analisis kebijakan, kita masuk ke diskusi Pemetaan Intervensi 
KIA. Apa yang disebut Pemetaan Intervensi? Pengembangan Pemetaan Intervensi KIA 
diilhami oleh pemikiran yang dipaparkan oleh Kay Bartholomew, Guy S. Parcel & 
Gerjo Kok.  Dalam usaha memetakan intervensi yang efektif, sejak tahun 2009, 
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK UGM telah mengembangkan 
berbagai program intervensi dan inovasi di dalam KIA secara komprehensif. 
Hasilnya adalah sebuah model intervensi untuk mengatasi berbagai masalah KIA 
yang kompleks.
Model Pemetaan Intervensi KIA pada sebuah kabupaten/kota dapat digambarkan 
sebagai usaha menggambarkan berbagai intervensi dengan menggunakan pendekatan 
continuum of care dari hulu ke hilir. Hasil intervensi diukur dengan angka 
absolut kematian bayi dan ibu di kabupaten/kota. Ditegaskan bahwa outcomenya 
adalah kematian, bukan cakupan-cakupan sehingga membutuhkan data yang baik. 
Dengan indikator data kematian setempat, maka “adrenalin dalam program 
penurunan kematian ibu dan bayi” dapat ditingkatkan.
      Pendekatan ini dimulai dengan memetakan permasalahan yang terjadi di 
masyarakat sampai ke rumah sakit. Mohon klik diwww.kesehatan-ibuanak.net. 
Pemetaan ini menggambarkan permasalahan dari hulu ke hilir. (Lihat sebelah 
kiri, berwarna Oranye). Dari permasalahan tersebut, dengan menggunakan metode 
akar permasalahan, akan dicari intervensi yang sesuai dengan permasalahannya 
(Sebelah kanan). Intervensi dapat dibagi menjadi dua kelompok besar:
1.    Intervensi kegiatan langsung ke masyarakat (berwarna hijau tua), dan
2.    Intervensi penguatan sistem manajemen dalam program (berwana biru tua).
Intervensi kelompok pertama mengacu ke artikel di Lancet seperti intervensi di 
masyarakat secara terjadwal, intervensi keluarga, dan intervensi klinik sampai 
ke RS PONEK.
Pemetaan intervensi ini bertujuan agar kebijakan dan program KIA di sebuah 
kabupaten dapat dijalankan secara komprehensif dan mempunyai besaran kebijakan 
yang sesuai dengan permasalahan. Oleh karena itu ikon intervensi dilambangkan 
dengan sebuah tombol yang dapat diputar. Anda dapat melakukan penilaian sendiri 
akan intensitas program dan keadaan sistem manajemen sesuai permasalahan dengan 
mengklik tombol-tombol tersebut.
         Jika dilihat pelakunya, maka tombol-tombol intervensi di hulu sebagian 
besar dilakukan bukan oleh Dinas Kesehatan namun lebih lintas sektor. Hal ini 
memang logis karena pendekatan hulu untuk mencegah orang sehat menjadi sakit 
banyak dilakukan oleh sektor lain misal pangan dan gizi, sanitasi, lingkungan  
keluarga, dan sebagainya. Di hilir lebih mengarah pada pelayanan kesehatan dari 
pelayanan primer sampai rujukan di rumahsakit yang tentunya dilakukan oleh 
pelaku sektor kesehatan.
Peta ini tentunya berbeda-beda di setiap kabupaten. Secara garis besar di 
Indonesia dapat dibagi menjadi 3 daerah yang berbeda sekali. Daerah tipe 
pertama seperti Papua dimana kematian ibu dan bayi banyak terjadi di 
masyarakat. Daerah tipe kedua seperti di NTT di kematian ibu dan bayi sedang 
beralih dari rumah/masyarakat ke fasilitas kesehatan dan akhirnya meningkat di 
rumahsakit. Daerah tipe ketiga, contohnya  adalah DIY dimana kematian ibu dan 
bayi sebagian besar (90% lebih) berada di rumahsakit.
Intervensi di daerah-daerah yang berbeda tersebut tentunya berbeda intensitas 
di hulu dan hilirnya. Papua sangat membutuhkan perbaikan hulu karena memang 
masih sangat buruk. Akan tetapi di DIY pendekatan hulu relatif lebih ringan, 
sementara justru masalah pelayanan rumahsakit dan rujukan menjadi factor 
penting yang menentukan jumlah kematian ibu dan bayi. Walaupun berbeda-beda 
intensitasnya, tetap dianjurkan intervensinya merupakan kombinasi hulu dan 
hilir dengan baik. Koordinasi hulu dan hilir sangat dibutuhkan. Sebagai 
gambaran dengan pelayanan yang baik di rumahsakit, maka penyebab kematian dapat 
diketahui secara lebih rinci. Dengan demikin  intervensi di hulunya menjadi 
lebih tepat dan dapat didukung oleh seluruh stakeholders.
Dengan  pemahaman hulu dan hilir yang terintegrasi ini maka intervensi KIA 
dapat berupa pelayanan promotif dan preventif di masyarakat, keluarga, dan 
fasilitas kesehatan, serta pelayanan kuratif di puskesmas dan rumahsakit. Oleh 
karena itu dibutuhkan kerjasama antar profesi dalam menurunkan kematian ibu dan 
bayi, termasuk peran aktif para bidan, dokter umum, spesialis obsgin, spesialis 
anak, sampai ke promotor kesehatan dan perencana keuangan di pemerintah 
kabupaten.
Bagaimana komentar anda dengan model berfikir ini? Apakah masuk akal?  Kami 
melihat bahwa model ini sangat penting untuk menjadi dasar penyusunan policy 
brief dan usulan berbagai strategi operasional untuk penurunan kematian ibu dan 
bayi. Silahkan anda komentari model berfikir ini. Dengan komentar anda 
diharapkan model semakin baik dan semakin berguna untuk aplikasi di lapangan.

Regards,



drg. Puti Aulia Rahma, MPH

Ph.     : +628151679052 
          +6281329358583 
YM      : putiauli...@yahoo.com
Skype ID: putiauliarahma1



Kirim email ke