Kompas, Kamis, 17 Maret 2005

James S Turley soal Integritas Ernst & Young

BERBICARA soal pemberantasan korupsi yang sudah begitu akut di negeri ini, James S Turley dapat menjadi salah seorang yang bisa dimintai pendapat. Bukan mengada-ada. Pasalnya, semua perbuatan korupsi atau manipulasi berawal dari lemahnya sistem akuntansi, amburadulnya pengelolaan keuangan. Untuk soal ini, James Turley salah satu jagoannya.

ITU sebabnya Turley yang juga pimpinan dan Chief Executive Officer (CEO) Ernst & Young Global, ketika ditemui di Jakarta akhir bulan Februari lalu, tegas-tegas mengatakan bahwa korupsi bisa terjadi karena tidak pernah diterapkannya sistem akuntansi berstandar global dan integritas. "Kami sering temui hal itu di Indonesia," ujarnya.

Tentu saja semua ini menimbulkan kesulitan bagi Ernst & Young dalam memberikan jasa konsultasi akuntansi, audit, bisnis, asuransi, dan keuangan (pajak) dalam praktiknya di Indonesia belakangan ini. "Itu sebabnya kami sering kali meminta para pemilik perusahaan atau manajemen untuk mengungkapkan semua persoalan yang ada. Ini sesuai dengan keharusan standar global," tutur Turley.

Bagi pria murah senyum yang memimpin perusahaan dengan 106.000 karyawan dan tersebar di lebih dari 140 negara ini tidak bisa lain adalah konsistensi menegakkan standar global dalam memberikan jasa keuangan dan jasa audit di mana saja. Tentu saja hal-hal seperti ini menjadi semakin rumit apabila berhadapan dengan pihak-pihak yang cenderung tidak konsisten dengan hal yang standar.

Pada posisi ini, integritas pun menjadi harga mati. "Kalau memang tidak bisa dipenuhi, ya dengan berat hati kami mundur. Ini suatu keputusan yang jelas dan tegas," papar Turley. Tidak ada kata ampun jika ada staf Ernst & Young yang diketahui berkolaborasi untuk meloloskan suatu laporan yang ternyata di luar prosedur standar dan kualitas.

Bukan apa-apa, ini karena Ernst & Young harus menjaga reputasinya yang sudah berusia hampir satu abad ini, antara lain dengan terus menerapkan suatu standar global dan integritas. Ini jelas soal mati dan hidup bagi perusahaan yang menawarkan jasa sebagaimana Ernst & Young.

BERBICARA soal akuntansi dan audit yang berstandar global bukan semata berkaitan dengan upaya menekan korupsi. "Hal ini juga erat berkaitan dengan upaya menarik modal, menarik investor," ujar pria yang kini menetap di New York bersama istrinya, Lynne, dan putra mereka, Jay (20).

Bagi Indonesia, jelas hal ini semakin penting dan harus apabila dikaitkan dengan rencana negara ini menarik investor sehubungan dengan rencana pembangunan infrastruktur yang dicanangkan melalui Infrastructure Summit bulan Januari lalu. "Ini suatu langkah awal yang baik, namun belum cukup," ujarnya.

Menarik investor asing tidak hanya berhenti pada konferensi, tetapi juga perlu langkah lanjutan, seperti penerapan standar akuntansi global. "Kami sudah sukses melakukan hal ini di Rusia dan kini investasi ke Rusia cukup bagus," kata Turley.

Sukses Ernst & Young di Rusia diakuinya bisa berjalan karena pemerintah dan pihak swasta di Rusia mau bekerja sama, terutama dalam penerapan standar-standar akuntansi global. Semuanya dikeluarkan dan diletakkan di atas meja. Tak ada yang disembunyikan.

Bagaimana di Indonesia? Turley agak diplomasi. "Saya rasa Pemerintah Indonesia juga mulai memperlihatkan hal yang sama karena komitmen mereka untuk mendatangkan investor ke negara ini. Demikian juga dalam pemberantasan korupsi, mereka sudah pada jalur yang tepat," ujarnya.

Ernst & Young yang berkantor pusat di New York, Amerika Serikat, sejauh ini memang banyak terlibat dalam jasa audit di Indonesia. Audit dana bantuan bagi korban bencana tsunami juga dipercayakan kepada Ernst & Young yang kerap dikenal dengan E & Y. Demikian juga audit atas Pertamina dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Masih banyak lagi pekerjaan audit yang mereka lakukan di negeri ini.

Turley mengakui bahwa dalam pekerjaannya sering kali ditemui sesuatu hal yang tidak konsisten dengan standar global dan integritas. Meskipun demikian, pihaknya tak pernah putus asa dan terus melakukan pendekatan kepada pihak yang diaudit guna memberikan semua informasi yang ada. "Ini yang coba kami ingatkan kepada semua pihak," tegasnya.

BAGI pria yang senang golf dan tenis ini, pengalaman panjang dari Ernst & Young ini perlu ditularkan dalam praktik audit ataupun akuntansi di Indonesia. "Ini karena pengalaman kami yang demikian panjang dan banyak di sektor keuangan, industri gas, telekomunikasi, dan teknologi," ujar James.

Ernst & Young yang berasal dari nama pendirinya, AC Ernst dan Arthur Young, jelas sejak awal menekankan integritas, kualitas, dan nilai. Dan, James Turley yang bergabung sejak tahun 1977 harus berkeliling ke 140 negara di mana perusahaannya berada guna meneguhkan konsistensi pada integritas, kualitas, dan nilai tadi.

Kehadirannya di Jakarta antara lain untuk menularkan semua hal tadi ke perwakilannya di Indonesia. Dia juga mengemukakan pentingnya standar global tadi kepada kalangan pengusaha Amerika di Indonesia. Dalam suatu wawancara, Turley mengungkapkan keyakinannya bahwa dalam dua atau tiga tahun mendatang standar audit dan akuntansi global ini akan mencatat kemajuan.

"Bukan apa-apa, standar global ini bukan saja untuk bisa menarik investor, tetapi juga penting dalam menciptakan iklim bisnis dan tata kelola perusahaan yang yang lebih baik," kata James. Dan, terus terang, Indonesia juga harus melakukan hal yang sama di masa mendatang.

"Tentu saja saya optimistis, Indonesia ke depan juga akan melakukan hal yang sama. Apalagi pemerintah anda sudah bertekad mau memberantas korupsi sekaligus menarik investor asing. Tidak bisa lain, sistem akuntansi berstandar global harus diterapkan," ujarnya.

Boleh saja ada yang berpendapat apa yang dikatakan Turley ini bagian dari jual jasa perusahaan yang dipimpinnya. Namun, sehubungan dengan pengelolaan keuangan yang baik, tidak bisa diingkari pesan Turley tadi benar.

Banyak pengalaman menunjukkan kehancuran sebuah usaha skala besar maupun kecil karena lemahnya manajemen keuangan. Korupsi dan manipulasi tumbuh subur.

Dan, James Turley benar. Indonesia baru saja dipredikatkan oleh The Political and Economic Risk Consultancy Ltd sebagai negara paling korup di Asia. Ini karena tata kelola keuangan yang keliru. (Pieter P Gero)


Do you Yahoo!?
Yahoo! Small Business - Try our new resources site!
Yahoo! Groups Sponsor
ADVERTISEMENT
click here


Yahoo! Groups Links

Kirim email ke