----- Original Message -----
From: Deva
Sent: Thursday, March 17, 2005 1:53 PM
Subject: [Dharmajala] Re: Aku Pulang Retreat ! Ada yang lain lagi.

Dear Cang le,
Saya mau berbagi satu pemikiran.
- Kenapa kebanyakan orang setelah meditasi di retret-retret khusus
tersebut seperti enggan untuk berinteraksi dalam masyarakat?
Rekan "Deva",
Wah anda menanyakan suatu pemikiran yang sejujurnya saya sendiri tidak melihatnya ada yang seperti itu, bahkan sama sekali tidak pernah terpikir seperti itu. Jadi maaf saya tidak bisa memberi input soalnya kayanya gak masuk akal tuch.
Memang selama pengalaman anda mengikuti meditasi metode Goenka, metode Mahasi Sayadaw, metode Shwe U Min Sayadaw, Metode Pa Auk Sayadaw, Metode Ajhan Mun,Metode Ajhan Chah, dll sampai melihat gejala seperti itu??Apa itu mewakili 5%nya dari yang sudah pernah bermeditasi??
Yang saya agak heran mengapa selalu disebut "kebanyakan orang" menjadi seperti itu, anda melihat tapi saya dan beberapa rekan lainnya juga tidak melihat adanya seperti itu.
Mungkin lebih baik di statistik aja kali yach.....misalnya dari lebih 150 orang yang pernah ikut latihan yang kita adakan, berapa orang yang seperti itu yah??
Rata-rata orang yang habis meditasi, begitu hari terakhir juga sudah pada bercanda riang, apalagi pengalaman yang seru-seru. Justru merekalah yang mengeluh karena setelah meditasi diteruskan di rumah masing-masing, konsentrasinya tidak mudah didapat karena banyak gangguan dari luar.
 
 
- Kadang berfikir perbuatan menolong, membantu orang yang dalam
kesulitan seperti yang dilakukan Tzu Chi dianggap sebagai perbuatan
kebajikan tingkat rendah??
Nah ini lagi yang saya kagak abis pikir, setau saya selama ini aktif di vihara saya belum pernah menemui orang yang kaya gitu tuch, he..he.he. Hampir semua kagum ama apa yang dilakukan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi.
Bagi Sang Buddha sendiri saja kebajikan sekecil apapun nilainya, tetap suatu kebajikan.
 
 
- Kadang saya perhatikan mereka lebih sulit untuk mendengar pendapat
orang, merasa lebih hebat (saya bicara mental bukan apa yang mereka
pikirkan), merasa pengalaman mereka paling benar???
Nah kalo ini mungkin ada tuch..........yang saya tau sampai kesucian Anagami saja masih mempunyai ke Aku an meskipun sudah sedikit, apalagi yang belum mencapai Anagami tuch.
Nah contohnya di milis ini saja, seringkali kita merasakan yang paling benar. Jadi tidak usah jauh-jauh melihat orang lain, diri kita sendiri aja kadang-kadang masih seperti itu, he..he..he. Mari kita renungkan ayat Dhammapada dibawah ini:
Bila orang bodoh dapat menyadari kebodohannya, maka ia dapat dikatakan bijaksana; tetapi orang bodoh yang menganggap dirinya bijaksana, sesungguhnya dialah yang disebut orang bodoh. (DHAMMAPADA, syair 63)
Menurut saudara Cang le bagaimana????
Menurut saya mereka terbiasa untuk hidup tenang (cuek) di dalam
tempat retret meditasinya, tidak bisa melihat bahwa penderitaan itu
juga ada di tempat lain, di orang lain.
Pak, Sang Buddha aja bermeditasi meninggalkan semuanya, anak, istri, keluarga, harta, dll untuk men-sucikan diri beliau. Baru setelah itu beliau menolong kita semua dengan memberikan jalan tengah untuk mencapai kesucian.
Ada bhikkhu yang memberi tahu "Diri sendiri saja masih terbenam didalam lumpur, bisakah anda menolong orang lain supaya terbebaskan dari benaman lumpur yang sama??".
Latihan meditasi yang dilakukan hanyalah 10 hari. Tidak ada artinya dibandingkan mereka yang bermeditasi di pusat latihan meditasi dan juga di hutan-hutan di berbagai negara. Di Thailand saja ada istilah "Tudong" dimana para bhikkhu tersebut tidak mempunyai tempat tinggal tetap dan hidup bermeditasi di hutan-hutan.
Anda sendiri yang sudah berpengalaman melakukan retreat meditasi dari berbagai metode itu, tentu sudah melihat sendiri seperti itu. Apakah anda menganggap mereka egois??
Anda dapat membayangkan ada rekan kita yang sudah lebih dari 2,5 tahun terus bermeditasi di Myanmar dimana tidurnya saja cuma sekitar 3 jam/hari.
Saya sendiri kagum akan apa yang telah mereka lakukan dimana saya sendiri juga belum mampu untuk melakukannya, merupakan suatu kebahagiaan tersendiri melihat ada yang bisa seperti itu.
 
Jangan-jangan mereka berfikir bila satu orang sudah tenang berarti
melenyapkan satu masalah yang muncul dari satu orang, memangnya orang
yang tinggal dalam meditasi itu orang yang suka bikin masalah yah?????
(biasanya ada salah satu bhikkhu yang terus menerus menekankan hal
ini padahal dia sendiri tidak mengerti apa yang ia lakukan)
Kalau saya sich tidak pernah ada kepikiran muncul asumsi seperti itu yach, he..he..he.
Coba anda khan sering mengikuti retreat meditasi seperti yang anda katakan sebelumnya, kalau boleh saya ingin bertanya kenapa hal itu anda lakukan??Untuk apa???Apakah memang anda suka bikin masalah sehingga bisa kesimpulan seperti itu??
Nah setelah anda keluar dari retreat anda, apakah anda sudah merasa lebih baik daripada yang masih tinggal di tempat retreat tersebut???
 
Apa tidak mungkin mereka juga salah mengira, menganggap meditasi
adalah jalan untuk melarikan diri dari masalah hidup??????
Lain dengan Siddharta Gautama sang pangeran, beliau pergi untuk
mencari penyelesaian dari masalah bukan untuk melarikan diri, karena
tidak ada yang mengajarkan beliau. Setelah memperoleh penyelesaian,
beliau kembali ke masyarakat (apakah obat yang Beliau peroleh adalah
cara untuk melarikan diri dari masyarakat?).
Sekali lagi kalo saya sich tidak berani mengira seperti itu, lebih baik anda tanyakan ke orang tersebut secara langsung. Jadi khan anda tau apa yang dipikiran mereka.
Mungkin saja yang anda temui itu memang melarikan diri dari masalah hidup, he..he.he.
Apakah menurut anda, Sang Buddha ketika telah mencapai kesempurnaan, tidak mengajarkan meditasi kepada para muridnya.
Sekarang beliau sudah tidak ada, bukankah para bhikkhu merupakan salah satu bagian dari yang meneruskan Buddha Dhamma, termasuk mengajarkan meditasi??
Bukankah beliau mengajarkan para bhikkhu untuk menjadi pertapa yang baik??
Jadi apa sebenarnya yang meragukan anda??
Bagaimanakah kehidupan yang menurut anda tidak melarikan diri dari masyarakat??
 
Meditasi sambil membantu tengah masyarakat memang sulit, tapi contoh
saja seperti menjalankan sila, kalau tidak ada kesempatan untuk
melanggar bagaimana kita tahu kalau kita benar-benar menjalankan sila?
Kalau saya sich merasa kita tidak perlu melanggar sila dulu, baru tau gimana caranya menjalankan sila. Secara teori saja kita yach sudah tau, misalnya sila yang kesatu melarang kita membunuh, yach kita kagak perlu ngebunuh dulu baru tau gimana caranya menjalankan sila. Apakah begitu??
 
Mana yang lebih sulit dan lebih keras sih, meditasi di hutan rimba
yang dipenuhi flora dan fauna, yang sunyi sepi atau meditasi di hutan
beton yang dipenuhi segala macam penyakit sosial dan mahluk yang
lebih buas daripada singa, lebih menyeramkan daripada iblis yaitu
manusia, anda, saya, dan semua orang.
Nah jika anda telah bisa bermeditasi di "hutan beton" seperti yang anda bilang, saya sendiri sangat kagum karena misalnya untuk saya sendiri perlu ketenangan untuk berlatih meditasi tahap permulaan seperti saya ini. Tidak seperti anda yang memang telah beberapa kali retreat dengan berbagai macam metode.
Lalu apakah menurut anda, sejak pertama anda sudah bisa langsung untuk bermeditasi dengan baik di "hutan beton"??Apakah latihan meditasi yang dulu anda pernah lakukan itu sama sekali tidak membawa pengaruh terhadap meditasi anda sekarang ini??Kenapa anda dulu melakukannya??
 
Bagaimana saudara Cang le, masih mau ke myanmar, cuma 5 juta rupiah
lewat darat pake perahu kayu dari singapura, asal jangan kena Tsunami
aja...he..he..he...
Wahh pak, buat saya merupakan karma baik yang sangat besar jika saya bisa meditasi di Myanmar. Kebetulan saya sudah ke beberapa vihara hutan di Thailand yang sangat saya kagumi.
Ada seorang bhikkhu yang bermeditasi di hutan selama dua minggu tanpa turun ke Dhammasala. Begitu beliau turun, para bhikkhu yang lain juga sangat menghormatinya dan langsung menyambutnya dengan rasa gembira.
Mereka menyambut dengan gembira bukan karena mereka men "dewa"kan beliau, tapi karena mereka sendiri juga belum mampu bermeditasi seperti beliau.
Para Bhikkhu tinggal di vihara hutan yang malamnya tidak ada lampu dan mereka pindapatta dengan berjalan jauh ke desa sekitarnya.
Nah saya yakin di Myanmar, Laos, dll juga seperti itu dan merupakan karma baik yang sangat besar jika saya dapat mengunjunginya, bahkan jika bisa bermeditasi disana.
 
Vajradeva (Orang suetressss)
Wah Pak, jangan suetressss........biasanya kalo orang suetresss bisa jadi ngaco tuch.
 
Mettacittena,
Cang Le
 
 
 

Yahoo! Groups Sponsor
ADVERTISEMENT
Children International
Would you give Hope to a Child in need?
 
· Click Here to meet a Girl
And Give Her Hope
· Click Here to meet a Boy
And Change His Life
Learn More


Yahoo! Groups Links

Kirim email ke