Dear Brother Arief dan juga Bro n Sis lainnya,

Sekuntum teratai untuk anda semua, para calon Buddha.

Saya pikir ini merupakan satu "khayalan" yang sangat konstruktif.
Bagaimana mana kalau kita sama-sama perjuangkan "khayalan" ini agar
menjadi kenyataan?

Mengingat arus posting yang cukup tinggi dan juga peminat hal ini yang
belum tentu banyak, bagaimana kalau saya usul:

1.Brother Arief menjadi kordinator untuk membentuk team yang
memperjuangkan terwujudnya topik ini? 

2. Bagaimana kalau kita buat satu posting khusus untuk mendata siapa
saja anggota milis ini yang tertarik, terpanggil, dan mau turun untuk
ikut serta memperjuangkan Pendidikan Buddhis. 

3. Setelah ada data itu, barangkali kita bisa atur pertemuan di darat
untuk temu muka, akrab2an, dan sekaligus merumuskan langkah2 yang
konkrit. 

Bagaimana  saudara-saudari seDharma lainnya?

Anumodana

Be Mindfull

Salam Perjuangan

JL

--- In Dharmajala@yahoogroups.com, "D.Arief" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> Saya berhayal kalau saja diskusi di milis ini bisa mengarah ke
> penyusunan 'modul-modul' bahan ajaran untuk pelajaran di kelas, kita
> bisa mengarah ke suatu standarisasi pengajaran agama Buddha di sekolah
> yang berkualitas. 
> Draft modul-modul disusun dan dianalisa banyak orang seperti para
> orangtua, pemikir, ahli dan praktisi Agama Buddha serta profesional
> lainnya melalui milis ini. Pemilihan bahan akan bisa lebih teliti dan
> disesuaikan dengan perkembangan jiwa anak dan aspek psikologis anak pun
> bisa lebih mendapat perhatian.
> 
> Modul bisa meliputi banyak hal seperti cerita, nyanyian, menggambar,
> mewarnai, aktivitas, laporan aktivitas di luar, kebaktian, dsb. yang
> dirangkai menjadi satu aktivitas pengajaran. Bahan dan susunan modul
> bisa disesuaikan dan memiliki tema sesuai dengan kerangka buku
> Pendidikan Agama Buddha.
> 
> Seandainya pelajaran Agama Buddha diberikan 1 kali seminggu (2 jam
> pelajaran), dan selama 1 tahun dianggap 36 minggu, maka untuk satu level
> diperlukan 36 modul. Lebih banyak modul akan lebih baik karena
> memberikan kesempatan guru untuk memilih yang sesuai dengan kondisi di
> sekolahnya. Memang bukan usaha yang mudah. Berapa banyak modul dari
> Playgroup (jika ada) hingga SMA, dan semuanya harus merupakan satu
> kesinambungan bahan pengajaran. Guru-guru agama pun akan terbantu, tidak
> lagi bingung memikirkan apa yang akan diajarkan dan kuatir kalau
> materinya nanti dianggap tidak tepat.
> 
> Sebagai contoh, adalah bagian dari:
> Buku Pendidikan Agama Buddha kelas 2
> Penyusun Joko Wuryanto dkk, editor Cornells Wowor, 2002).
> 
> > BAB. 9 PENGORBANAN BODHISATVA
> 
> > Bodhisattva adalah calon Buddha
> > Seorang Bodhisatva selalu rela berkorban 
> > Berkorban untuk kebahagiaan semua makhluk 
> > Agar semua mahluk hidup berbahagia
> > 
> > Seorang Bodhisatva rela mengorbankan hidupnya 
> > Bodhisatva Sidharta Gautama seorang putra raja 
> > Ayahnya bernama Raja Sudhodhana 
> > Ibunya permaisuri Dewi Maha Maya
> > 
> > Sidharta Gautama sebagai seorang Bodhisatva 
> > Ia rela meninggalkan anak, istrinya 
> > Termasuk juga keluarga dan kerajaannya 
> > Demi kebahagiaan semua makhluk 
> > 
> > Pada kehidupan yang lalu 
> > Bodhisatva Sidharta Gautama 
> > Pernah terlahir sebagai seekor kelinci 
> > Ia rela mengorbankan anggota tubuhnya
> > 
> > Itulah pengorbanan seorang Bodhisattva 
> > Yang luhur dan maha mulia 
> > Kita bisa meniru pengorbanan Bodhisatva 
> > Rela membantu dan juga berdana
> > 
> > Berdana kepada orang yang menderita, 
> > Juga kepada orang yang kesusahan 
> > Kalau kita sudah dewasa 
> > Kita dapat donor darah dan donor mata.
> > 
> 
> Tidak ada yang salah dengan buku ini. Setiap orang memiliki
> pertimbangan, pandangan dan pendekatan yang bisa saja berbeda.
> 
> Kalau saya sih berpendapat alangkah baiknya kalau anak kelas dua, tidak
> usah dihadapkan pada hal-hal yang mungkin belum mereka fahami, misalnya
> pengorbanan jiwa, anggota tubuh, apalagi donor mata.
> Tak terbayang bagaimana harus bereaksi kalau ada anak kreatif dan
> bertanya kepada guru atau ibunya: "Ibu, kok mata ibu masih dua?"
> 
> Mettacittena,
> D.Arief
> 
> > -----Original Message-----
> > From: ana medan [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
> > Sent: Thursday, March 17, 2005 7:17 PM
> > To: Dharmajala@yahoogroups.com
> > Subject: Re: [Dharmajala] STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SEKOLAH DASAR
> > 
> > 
> > dear all,
> > 
> > sory saya ikut nimbrung walau agak telat :)
> > 
> > memang demikianlah yg terjadi di sekolah.
> > saya kebetulan guru agama dan sudah lama prihatin ttng 
> > masalah kurikulum ini, saya menyambut baik diskusi ini, dan 
> > moga2 bisa membuahkan hasil yg dapat diteruskan pada pihak yg 
> > berkompeten dalam hal ini, sehingga ada kemajuan.
> > kalo menurut saya yg nanyanya kurikulum berbasis kompetesi 
> > (2004) hanyalah nama keren, isinya juga gak jauh jauh beda 
> > dgn yg lama, cuma ganti baju doang. malah kalo saya boleh 
> > komentar lebih kacau dan terkesan agak tidak terarah. sebagai 
> > guru saya agak bingung menyusun bahan ajaran (saya yg bego 
> > kali yach :P)
> > 
> > menurut saya anak2 itu yg penting ditingkatkan saddhanya 
> > dulu, juga dibuat enjoy dan menyenangi pelajaran agama buddha. 
> > dengan beban kurikulum yg begitu berat pel agama buddha hanya 
> > kan jd momok.
> > 
> > saya sih lebih setuju kalo untuk sd itu dikasih materi 
> > riwayat buddha gautama dan riwayat beberapa siswa utama 
> > buddha, yg tentunya dikemas dan dalam gaya bahasa anak2. 
> > masalah lain selain kurikulum yg begitu berat, adalah buku 
> > agama pel agama buddha kurang menarik. baik dari segi gambar 
> > (anak2 sd kan seneng lihat gambar2 yg bagus) juga dari segi 
> > gaya bahasa. menurut saya gaya bahasanya "ketinggian"buat 
> > anak2 seusia sd. Mereka blom mampu mencerna, sehingga pokok 
> > pikiran yg akan
> > disampai kan tidak mencapai sasaran. if gurunya kurang peduli 
> > terhadap kesulitan yg dihadapi anak dan tidak bijak dalam 
> > menyajikan topik, maka peljaran agama buddha disekolah 
> > terkesan hanya buang2 waktu aja, krn anak2 tidak mendapat manfaat
> > apa2 selain bosen dan yg lebih gawat lagi, cemas menghadapi 
> > ulangan agama, susah sih katanya. Lah gimana gak susah, wong 
> > mereka gak pernah mengerti apa arti kalimat2 yg ada di buku.
> > 
> > sekian dulu, maaf if ada yg kurang tepat.
> > 
> > salam metta,
> > 
> > ana
> >








------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Has someone you know been affected by illness or disease?
Network for Good is THE place to support health awareness efforts!
http://us.click.yahoo.com/UwRTUD/UOnJAA/i1hLAA/UlWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/Dharmajala/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke