Tanpa batas
 
Ketika seorang pemburu pertama kali membunuh buruannya, umumnya dia akan ketakutan, sedih, merasa bersalah, dst dst katakanlah itu semacam pertentangan/pertempuran di dalam hatinya, batinnya, baik itu yang dibunuh adalah hewan atau untuk kasus-kasus tertentu mungkin saja manusia.
 
Sewaktu seorang pencuri pertama kali melakukan aksi pencuriannya, dia juga mengalami pertentangan batin semacam itu dengan bentuk dan kompleksitas yang bisa jadi lebih kecil dari pada pembunuhan bisa juga tidak, tergantung pada kondisi individunya masing-masing.
 
Kedua contoh di atas itu setahu saya dikatakan across the line atau melewati garis batas. Garis batas apa? Garis batas nilainya sebagai manusia yang dia bawa sebelum momen di mana garis itu dilalui, sebelum pembunuhan, pencurian itu dilakukan. Garis batas itu sering kali tidak kasat mata dan individual sekali sifatnya alias beda-beda dari satu orang ke orang yang lainnya, tergantung pada lingkungan, pendidikan, dst dst apa saja yang anda ketahui sebagai sistem pembentuk kepribadian seseorang bisa dikatakan sebagai pembentuk garis batasnya.
 
Seorang pekerja yang tadinya bekerja untuk memberikan yang terbaik, berubah motivasinya untuk sekedar mencari duit dalam arti memberikan kontribusinya ala kadarnya lalu ambil duitnya juga kalau mau dikaji sebetulnya mengalami semacam gejolak yang mirip dengan kedua lainnya di atas itu, walaupun kadang pergeseran itu tidak lah sepenuhnya dikarenakan oleh keinginan si pekerja sendiri ataupun sepenuhnya akibat dari tekanan lingkungan kerja, yang pasti keduanya itu berperan sangat aktif dan saling memberikan kontribusi terhadap perubahan ini, walaupun memang faktor eksternal alias faktor lingkungan itu tidak bisa dikendalikan oleh si pekerja sendiri sedangkan faktor internal ini semestinya BISA dikendalikan dan ditentukan oleh si pekerja itu. Hanya lalu pertanyaannya tentu apakah yang bersangkutan itu mau atau tidak mau melewati garis batas itu alias maukan dia crossing the line atau memilih tetap pada standard nilai yang dia telah miliki.
 
Dalam hal ini tentunya keputusan melewati garis batas itu adalah sepenunya menjadi tanggung jawab si individu itu, dan pada akhirnya juga yang bersangkutanlah yang akan menghadapi segala konsekwensi dari keputusannya. Semoga lalu tidak kemudian menyalahkan orang lain karena keputusan itu diambil pada saatnya.
 
Anda tentu bertanya balik, lalu saya bagai mana?
Saya sering sekali melewati garis batas dan saya sering kali mengamati perubahan diri saya sebelum dan sesudahnya, dan untuk kembali ke posisi dibalik garis itu merupakan hal yang mustahil alias tidak mungkin, hanya saya cuma bisa memajukan garisnya agak lebih ke depan agar saya punya sesuatu untuk menjadi batasan dalam melangkah, atau kadang saya melepas saja pandangan ini tanpa batas dan mengikutinya ke mana akhirnya kan berujung....... :) mau ikut tanpa batas??? hehehehehehe
 
Salam tanpa batas..
Jakarta, delapan mei duaribu enam


Yahoo! Mail goes everywhere you do. Get it on your phone.

** Menyadari apa yang sesungguhnya sedang terjadi SAAT INI di dalam diri saya maupun di luar diri saya **

** Kami kembali tuk hidup dalam kekinian yang menakjubkan; tuk menanami taman hati kami benih-benih kebajikan; serta membuat fondasi pengertian dan cinta kasih yang kokoh **

** Kami mengikuti jalur perhatian penuh, latihan tuk melihat dan memahami secara mendalam agar mampu melihat hakikat segala sesuatu, sehingga terbebas dari belenggu kelahiran dan kematian **

** Kami belajar tuk: berbicara dengan penuh cinta kasih, menjadi penuh welas asih, menjadi perhatian terhadap pihak-pihak lain pagi ataupun sore hari,  membawa akar-akar suka cita ke banyak tempat, membantu sesama melepaskan kesedihan; dan tuk menanggapi dengan penuh rasa syukur kebajikan orang tua, para guru, serta sahabat-sahabat kami **




SPONSORED LINKS
Religion and spirituality Spirituality


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke