julie julie <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Date: Mon, 8 May 2006 19:55:34 -0700 (PDT)
From: julie julie <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: Kegiatan Aksi Sosial Panti Asuhan Guna Nanda


Dearest all,
Sekuntum teratai untuk Anda semua, para calon Buddha.
 
Wah, benar-benar sebuah laporan yg indah sekaleeeee.....Saya jadi sedih nih ga bisa ikutan kemarin...(terutama sedih karena ga bisa ikutan makan .....Huiks.....)   :-)
Baidewei, laporan dari kunjungan ini ingin saya sebarin juga ke milis:ramu_dharmajala dan dharmajala. Boleh kah? Tujuannya adalah untuk berbagi kebahagiaan dengan bro&sis yg ga ikutan pergi, selain itu juga ada kemungkinan buat mereka yg selama ini ingin ikutan acara sosial seperti yg kalian lakukan untuk bergabung...
 
Setelah membaca tulisan dari penulis kita bro Nicky , saya jadi tergilitik sedikit untuk 'nimbrung'.Hehehe....(boleh yah)...Silakan dibaca di bawah ini.
 
yours in dharma,
Julie  
neir nicky <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Sekuntum teratai untuk anda semua, para calon Buddha.

Yang lain mungkin agak sibuk, dan saya kebetulan punya
waktu senggang, ini semacam flash back buat kita yang
hadir disana, dan tentu saja jauh dari sempurna, dan
sedikit gambaran buat mereka yang ingin hadir hanya
saja tidak bisa.

Kita berangkat ke panti asuhan Guna Nanda pas pukul
08:30 dengan menggunakan 4 mobil, barang-barang,
terutama yang disumbangkan oleh KPD angkatan VIII
sangatlah banyak, bahkan sampai memakan seat untuk 2
orang. Walaupun saya sempat nyasar, dan sempat
berpikir, kalau tidak ketemu panti asuhannya, yah kita
jalan-jalan di plaza modern disana :D tapi akhirnya
sampai juga, dengan melalui gang-gang yang cukup
sempit, dan dengan bantuan rekan-rekan yang lain, yang
sampai ada yang rela untuk keluar lagi dari panti
asuhan, untuk menjemput kita.

Begitu sampai di panti asuhan, saya melihat bahwa
panti asuhan tersebut cukup terawat, berbeda dengan
panti asuhan yang pernah saya kunjungi dulu, dengan
tempat parkir yang cukup luas. Juga dalam ruangan yang
cukup besar dan bersih. Begitu kita masuk, kita akan
melihat rupang Avalokitesvara (kalau tidak salah,
maklum ingatan 2 hari lalu) di sebelum pintu masuk.

Ruangan pertama, tempat menjual pernak-pernik Buddhis,
setelah itu, baru kita memasuki ruangan utama yang
cukup luas, dan disitu pulalah kita menaruh semua
barang-barang sumbangan dari rekan-rekan yang lain.
Diruangan utama, ada panggung kecil, dan kertas warna
yang menempel di langit-langit layaknya sebuah ruangan
pesta ulang tahun.

Pada saat kita sampai, acara ulang tahun yang semula
dijadwalkan pada jam 11, ternyata sedang berlangsung,
dan salah satu dari kita, yaitu Saudara Jono juga
bertepatan pada hari tersebut merayakan hari ulang
tahun nya, kami sempat memberi selamat pada Bro Jono,
dan tentu saja, tidak lupa untuk meminta jatah
makan-makan :D

Anak-anak panti asuhan, yang laki-laki, semuanya
berkepala gundul, seperti biksu-biksu shaolin yang ada
di TV, yang mana kalau dipegang kepalanya, bisa
menyebabkan ketagihan untuk terus memegang, hanya saja
hal tersebut tidak menyebabkan lemahnya kesadaran,
jadi tidak melanggar sila ke 5 :p. Mereka adalah
anak-anak yang cute, lucu, imut-imut, dan kadang juga
nakal yang mungkin akan mengingatkan kita pada masa
kecil kita.

Menjawab pertanyaan Ko Richard, saya pribadi, tidak
langsung berbaur dengan mereka, karena saya memang
berniat melihat, one step backward, melihat secara
jelas, kecerian mereka, keluguan mereka, kelucuan
mereka, kenakalan mereka, keunikan masing-masing dari
mereka, dan lain sebagainya. Dan karena itu pula, saya
dapat melihat lebih jelas masing-masing dari anak-anak
tersebut, tanpa hanya terfokus pada satu anak. Sambil
melihat mereka, ada satu rasa iba yang timbul dalam
diri saya, dan bertanya-tanya dalam diri saya, apakah
benar, anak-anak yang begitu lucu, innocent,
ditinggalkan begitu saja oleh orang tuanya? Atau ada
yang hanya kehilangan salah satu dari orang tuanya?
Atau memang orang tuanya sengaja menitipkan ke panti
asuhan untuk di-didik? Apakah ada kerinduan akan kasih
sayang orang tua, dibalik kecerian mereka? Mungkin
secara materi, kelihatannya, anak-anak tersebut
tidaklah kekurangan, mereka mungkin tetap bermain
dengan bahagia dengan teman-temannya, tapi apakah
mereka tahu seperti apa orang tua mereka, pernahkah
mereka benar-benar merasakan perlindungan dan kasih
sayang orang tua, tahukah mereka akan adanya kasih
sayang yang melebihi kasih antar sahabat, antar
pengasuh dan anak? Bagaimana kalau saya berada pada
posisi mereka? Apakah saya masih bisa seceria mereka,
apalagi apabila saya membandingkannya dengan kehidupan
saya yang sekarang. Saya sendiri tidak bisa
membayangkan, akan seperti apa, dan akan ke arah mana
saya membawa diri sendiri tanpa bimbingan seorang
sosok ibu?
 
Ehmmm....pemikiran yg mendalam yah....bro Nicky tidak sampai terhanyut kan?Hehehe.....Betul, pertanyaan yg sama pasti terlintas dalam hati bro & sis yg laen.Ketika melihat situasi / kondisi yg berbeda dgn kita, akan timbul semacam perasaan, entah itu simpati, iba, iri, sedih, dll. Kita akan langsung merasakan keingintahuan ttg bagaimana mereka hidup, masalah apa yg mereka hadapi dengan kondisi seperti itu, keceriaan macam apa yg bisa mereka dapatkan dari keadaan semacam itu, seberapa kuat mereka bisa hadapi beban hidup, apa yg bisa membuat mereka tertawa, bagaimana mereka belajar untuk tertawa, apa ada cacat batin yg mereka simpan, dan masih banyak lagi. Ini kita masih bicara ttg kasus anak di panti asuhan. Satu dari begitu banyak kondisi yg lain.
Tapi, apakah pernah terpikir bagi kita yg berada di luar circle itu: yg terlihat sebagai masalah bagi kita, bagi mereka bukan. Jika benar mereka tidak pernah bersentuhan dengan ibu, bisakah dia merasa kehilangan? (lepas dari semua cerita / buku / kisah melankolis yg pernah kita baca).tapi itu juga tergantung dari temperamen orang yg mengalami juga. Tak bisa dinilai dari satu sisi.
Tak peduli seberapa bagus kehidupan yg kita jalani, seberapa buruk perjalanan kita, seberapa mengerikan pengalaman kita, seindah apa pun keluarga kita, yg paling memegang peranan dari itu semua, yg bisa membuat kita bereaksi terhadap semua hal itu, apa? Materi kah?Teman kita kah?Orang tua kita kah?
Tapi cara berpikir kita, cara kita menerima, cara kita menyiasati semua perubahan. Kita menganggap orang tua penting sekali, kenapa? Karena mereka memberikan kita perlindungan, memberikan kita pengetahuan, dan semuanya. Yang kelak menjadi bekal kita untuk beranjak dewasa. Mereka memberikan kita fondasi.
Sama dengan anak2 panti asuhan ini, mereka juga membutuhkan seseorang yg bisa memberikan rasa aman, dasar pengetahuan, budi pekerti,dll.
Ketika masih anak2 mereka bagaikan kertas yg belum banyak tercoret, bagaikan air yg masih jernih.Karena itu, fondasi dan pengertian yg benar sangat dibutuhkan. Melihat kondisi yg sekarang ini, jika tidak ada background yg kuat dan pemikiran yg luhur, bisa kah kita bayangkan akan jadi apa mereka nanti kelak dewasa?
Apakah mereka bisa seberuntung kita mengenal latihan kesadaran? Mengenal ajaran cinta kasih universal? Bisa mengambil bagian terbaik dari yg terburuk? Mengolah sebuah pengalaman buruk dan mengerikan menjadi guru pendukung dalam mematangkan dirinya? Bisa melihat dengan kacamata non-diferensialisme terhadap teman2nya? Bisa hidup tanpa prejudice yg berlebihan? Mengenal ajaran untuk bisa melihat segala sesuatu sebagaimana apa adanya? Apakah mereka bisa mengerti bahwa pandangan bisa jadi monster atau sebaliknya malaikat?
 
Apakah mereka bisa? Apakah mereka punya kesempatan itu? Apakah mereka punya akses ke sana? Inginkah kita membimbing mereka dan berbagi dengan mereka tentang keajaiban yg sudah kita alami?To share about what a wonderful life that we have here and now......
Karena semua yg sudah kita dapatkan sekarang, awal dari kesadaran sejati; bukanlah didapat dalam waktu 3hari, seminggu, sebulan, setahun, 5tahun. Tapi itu semua sudah kita dapatkan dari dulu2.Yg kemudian ketika bertemu dengan kondisi yg bagus, kemudian dia tumbuh dan membawa kita pada suatu pemahaman yg lebih baik lagi.

Kembali ke acara di panti asuhan, kemudian kami
melafalkan Vandana dalam bahasa Mandarin dan Ta Pei
Cou (kalo ga salah) dan hebatnya, walaupun masih
kecil, ada anak-anak yang hafal setiap kata dalam
bahasa Mandarin dari Ta Pei Cou, dan melafalnya dengan
suara yang cukup keras, dan saya sendiri sangat kagum,
terlepas dari apakah mereka mengerti maknanya atau
tidak.

Setelah itu, salah satu pengasuh, yang juga jadi
"pemimpin kebaktian", bertanya pada anak-anak, adakah
yang mau bernyanyi didepan. Saya lihat diantara
anak-anak, ada yang mau, tapi dia tidak berani
sendirian, jadi dia menarik-narik temannya, untuk
menemaninya. Akhirnya, ada juga beberapa yang mau naik
ke panggung dan bernyanyi, walaupun dengan suara yang
sangat kecil, ditambah lagi dengan floor masih ribut
dengan canda tawa anak-anak yang lain, yang asyik
sendiri. Setelah itu, Ko Asun menawarkan buku cerita
sebagai hadiah bagi mereka yang mau menyanyi didepan,
lucunya yang awalnya sedikit yang mau menyanyi,
sekarang menjadi saling berebut dan berlomba untuk
tunjuk tangan dengan harapan mereka yang dipilih. Dan
ada yang sangat lucu, begitu diatas panggung, dia
tidak tahu apa yang mau dinyanyikan, dan sepertinya
dia hanya mau bukunya saja langsung, bukan(tanpa)
bernyanyi. Ada juga yang mencoba melihat-lihat dulu
buku apa sih sebenarnya yang mau dikasih?

Setelah selesai acara menyanyi, dan hadiah buku habis
dibagikan, masing-masing dari kamipun berbaur dengan
masing-masing dari anak-anak panti dimana, beberapa
dari kita, sudah begitu dekat dengan mereka, dan dapat
bercanda bagai kakak dan adik. Tidak lama setelah itu,
mereka mengeluarkan gitar, yang kemudian dimainkan
oleh Ko Momink. Kami menyanyikan, mulai dari lagu
Buddhis, lagu wajib seperti Garuda Pancasila, lagu
anak-anak, sampai lagu peter pan. Para biksu shaolin
kecil, ternyata juga bisa menyanyikan lagu peter pan,
walaupun tidak full satu lagi, beberapa dari mereka
bisa menyanyikan reff dari lagu-lagu peter pan, yang
menurut saya sangat impresif.

Sebenarnya, diantara lagu anak-anak, lagu yang bisa
dibilang paling tidak saya sukai adalah lagu Apple.
Karena lagu tersebut baik secara langsung maupun tidak
langsung telah menginjeksi (mencekoki) pandangan
mereka tentang adanya sosok Tuhan Pencipta sedari
kecil, yang menurut saya sangat tidak ilmiah dan tidak
mendidik. Marilah kita menilik lagu tersebut, "E,
pelangi-pelangi, alangkah indahmu, merah kuning hijau,
dilangit yang biru, pelukis mu agung, siapa gerangan,
pelangi-pelangi, ciptaan Jono" :D
Betul, suatu pemikiran ttg Tuhan Pencipta.......suatu pemikiran yg bahkan kita sendiri pun pasti mendapatkannya. Tidak mendidik....Tapi mungkin untuk awalnya, akan bagus untuk membuat mereka takut sebelum berbuat jahat....Hehehehe....Anak2 ini bisa ga kita ajak untuk berpikir kritis? Atau setidaknya kita tuntun untuk menjadi kritis, mempertanyakan segala sesuatu, tidak hanya menerima....Jadikanlah Buddhisme sebagai arena untuk mempertanyakan segala sesuatu, untuk melihat keterkaitan dari semua hal, bahwa ada benang yg terjalin diantara kita semua, dalam alam semesta ini.....

Setelah itu, acara bebas, masing-masing dari kita,
bermain dengan anak-anak "pilihan" atau tidak sengaja
"terpilih", saya sendiri sempat melihat-lihat kamar
dari anak-anak perempuan, disetiap ranjang dari
mereka, penuh dengan boneka-boneka, juga banyak
tempelan gambar Buddha dan Bodhisatva, dan ada lemari
yang sangat besar, yang saya kira adalah milik
masing-masing dari mereka, hanya saja, ada yang
pintunya sudah copot, jadi membukanya harus agak
hati-hati agar pintu lemarinya tidak jatuh, saya kira
ini cukup berbahaya apabila ada anak-anak yang kurang
berhati-hati dalam membuka lemari. Setelah itu, saya
sempat bermain dengan anak-anak disana, dan salah satu
dari mereka begitu senang dan ingin terus dimanja, dan
digendong, dan saya pun terpaksa menggendong, dibawah
atmosfir yang sangat panas, alhasil, keringat
mengucur, dan tangan yang agak sakit.
Bagus kan untuk melatih tangan biar ga kebanyakan lemak....

Setelah bermain cukup lama, kami pun berfoto-foto,
hanya saja tepat pada saat itu, adalah waktu makan
siang mereka, jadi kita tidak bisa berlama-lama
disana. Sebelum makan, mereka sempat berdoa dulu,
setelah itu, baru disuap oleh masing-masing pengasuh.
Kami pun berpikir untuk menyudahi kunjungan tersebut.

Kami naik ke lantai dua, disana ada altar yang cukup
besar, dimana dibelakang altar, ada lagi rupang-rupang
Buddha yang kecil-kecil dalam jumlah yang banyak,
apabila ada yang pernah ke Vipassana Grha di Lembang,
Cetiya yang berisi 1000 Buddha kalau tidak salah, maka
rupang-rupang Buddha yang kecil itu dipasang mirip
seperti itu. Disana juga ada balkon, tempat Hio Lo,
dari sana kita bisa melihat keluar, didalam ruang, ada
juga ruang Meditasi, ruang Biksuni. Setelah
bernamaskara, dan bersantai-santai dan melihat-lihat
sejenak, kamipun berfoto, setelah itu kami turun, dan
bermaksud mengucapkan selamat tinggal ke anak-anak
panti.

Sampai dibawah, tepat disebelah kanan tangga ada ruang
isolasi, yang mungkin adalah tempat hukuman. Anak-anak
yang perempuan pada saat itu, pas sedang latihan tari,
dikamar mereka, jadi kita hanya mengintip dari luar,
setelah itu, karena ada yang sudah ada janji, ada
acara lain, maka kamipun pulang. Sebelum pulang, saya
masih sempat melihat anak-anak yang tadi bermain
dengan saya sambil tersenyum, mungkin hanya perasaan
saja, tapi sewaktu dia menatap saya terus menerus,
saya merasa seakan-akan menyuruh saya untuk tinggal
lebih lama lagi.
Wah, seharusnya bro Nicky kalau sudah membaca SOS seperti itu, langsung tinggal sejenak dunk......

Setelah itu, akhirnya kamipun pulang, setelah
berpamitan. Ada juga perasaan sedih, hanya saja hal
tersebut langsung terobati, karena Bro Jono yang
berulangtahun pada hari tersebut, mengundang untuk
makan-makan. Kamipun makan makanan vegetarian dekat
vihara, yang dulunya setau saya, disana adalah tempat
makan vegetarian, all you can eat, tapi sistem kali
ini agak berbeda, jadi makanan yang telah kita ambil,
ditimbang dulu, baru diberi harga. Setelah selesai
makan, kami mengeluarkan cake ultah yang dibeli Sdri
Elyta, dan kemudian diganti dengan acara tiup lilin,
dan makan cake sebagai ronde ke 2 nya. Setelah dari
sana, kamipun akhirnya berpisah, dan bahkan langit pun
ikut bersedih melihat perpisahan kita, makanya bisa
hujan. :D
Benar2, bahkan saya yg ga ikut pun bisa merasakan ada lantunan kesedihan dari tetes hujan kemarin.......Heheheehe......Puitis banget.....Btw, sesi makan2 nya masi bisa ga yah buat yg kemarin ga ikutan.....

Demikianlah yang rencananya sedikit, menjadi panjang
lebar. Apabila ada yang kurang, sekiranya mohon
ditambahkan, boleh juga dishare kepada anggota KPD
yang lain, atau yang datang, tapi tidak menerima email
tersebut. Setelah pikiran kita melanglangbuana kemasa
lalu, maka marilah kita kembali pada diri sendiri.



Walaupun tulisan ini rada jayus, bahkan untuk saya
sendiri, semoga minimal dapat membuat anda tersenyum.

Dari yang kurang kerjaan, Neir Kate

PS: Untuk angkatan 8 yang telah menyumbangkan dana
materi, uangnya, telah digunakan untuk membelanjakan
barang-barang keperluan anak-anak panti, untuk
kejelasan laporannya sekarang dipegang oleh Sdri.
Elyta, mungkin nanti bisa dikirim list detail
pembelian barang dari dana yang telah terkumpul, dan
sisa dana, akan dimasukkan ke kas apabila anda-anda
semua tidak berkeberatan.
Oke deh....
Terimakasih yah....
with metta,
Julie
 
 
 

--- Richard Stefano Ricci
wrote:

> " Hallo selamat pagi hari yang indah. 24 jam baru
> saja dihadiahkan untuk kamu nikmati,besok belum
> tentu tersedia. Momen saat ini terlalu berharga
> untuk di sia siahkan "
>
> Pagi ini saya baru saja menerima kiriman foto asli
> Gyalwa Karmapa ke 17 dari Ibu Livena yang saya kenal
> waktu retret Mahamudra I. Foto tersebut berjumlah 5
> lembar. Bagi yang ingin memilikinya untuk
> ditempatkan di altar dapat menghubungi saya.
>
> Kemarin baru saja kita melakukan aksi sosial ke
> panti asuhan Gunananda.
> Saat pertama kali anda melihat anak-anak tersebut
> apa yang ada rasakan?
> Waktu pertama kali berinteraksi, ngobrol dengan
> mereka,main dengan mereka, apa yang anda rasakan
> waktu itu?
> Waktu melihat tingkah laku anak tersebut, ada yang
> manja,ada yang bandel, ada yang cuek,ada yang
> mengemaskan, ada yang lucu gejolak apa yang ada di
> diri anda waktu itu ?
> Mari kita sharing dan berbagi disini.
>
> Apa ada rasa canggung,malu,bingung waktu pertama
> kali ingin berinteraksi dengan mereka? Bagaimana
> dengan sikap penolakan mereka dan akhirnya kalian
> bisa berbaur dengan mereka? Bagaimana waktu terakhir
> kalian mau pulang. Apa ada rasa kehilangan yang
> kalian rasakan?
>
> With metta,
>
> Richard
>
>
> Send instant messages to your online friends
> http://uk.messenger.yahoo.com


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com


Get amazing travel prices for air and hotel in one click on Yahoo! FareChase

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

** Menyadari apa yang sesungguhnya sedang terjadi SAAT INI di dalam diri saya maupun di luar diri saya **

** Kami kembali tuk hidup dalam kekinian yang menakjubkan; tuk menanami taman hati kami benih-benih kebajikan; serta membuat fondasi pengertian dan cinta kasih yang kokoh **

** Kami mengikuti jalur perhatian penuh, latihan tuk melihat dan memahami secara mendalam agar mampu melihat hakikat segala sesuatu, sehingga terbebas dari belenggu kelahiran dan kematian **

** Kami belajar tuk: berbicara dengan penuh cinta kasih, menjadi penuh welas asih, menjadi perhatian terhadap pihak-pihak lain pagi ataupun sore hari,  membawa akar-akar suka cita ke banyak tempat, membantu sesama melepaskan kesedihan; dan tuk menanggapi dengan penuh rasa syukur kebajikan orang tua, para guru, serta sahabat-sahabat kami **




SPONSORED LINKS
Religion and spirituality Spirituality


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke