Note: forwarded message attached.

Ketika Bangun Pagi ini, Saya tersenyum
Dua puluh empat jam baru ada di depanku
Saya berjanji untuk hidup secara penuh perhatian dan berkesadaran pada setiap saatnya
Dan memandang semua makhluk dengan mata welas asih
 
Sekuntum teratai untuk anda, seorang calon Buddha .


Love cheap thrills? Enjoy PC-to-Phone calls to 30+ countries for just 2ยข/min with Yahoo! Messenger with Voice.

** Menyadari apa yang sesungguhnya sedang terjadi SAAT INI di dalam diri saya maupun di luar diri saya **

** Kami kembali tuk hidup dalam kekinian yang menakjubkan; tuk menanami taman hati kami benih-benih kebajikan; serta membuat fondasi pengertian dan cinta kasih yang kokoh **

** Kami mengikuti jalur perhatian penuh, latihan tuk melihat dan memahami secara mendalam agar mampu melihat hakikat segala sesuatu, sehingga terbebas dari belenggu kelahiran dan kematian **

** Kami belajar tuk: berbicara dengan penuh cinta kasih, menjadi penuh welas asih, menjadi perhatian terhadap pihak-pihak lain pagi ataupun sore hari,  membawa akar-akar suka cita ke banyak tempat, membantu sesama melepaskan kesedihan; dan tuk menanggapi dengan penuh rasa syukur kebajikan orang tua, para guru, serta sahabat-sahabat kami **




SPONSORED LINKS
Religion and spirituality Spirituality


YAHOO! GROUPS LINKS




--- Begin Message ---
Title: Message

Diana Chan; Eddy Yaputra; [EMAIL PROTECTED]; 'Lida Tanujaya'
Subject: FW: HATI-HATI DI JALAN

 

Dear Friends,

 

It is a good reading, have your time to read it.

Thanks & Regards,
Lily

-----Original Message-----
From: Raja Simbolon
Sent: Wednesday, May 10, 2006 3:41 PM
To: Tiurma; Simbolon, Tarida-R; Om-Parlin; Eko ; Putera Sinaga ([EMAIL PROTECTED]); Gatot Purnomo ([EMAIL PROTECTED]); Rika Pardede; Lily Lokman; Yudi Subiantoro; Yudy Setyawan; Eko Darminto; Sofiarti Pertiwi; Tz; Potato ([EMAIL PROTECTED])
Subject: FW: HATI-HATI DI JALAN

 

this is good reading....


HATI-HATI DI JALAN

Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di  perempatan itu masih menyala hijau.
Jono segera menekan pedal gas kendaraannya.  Ia tak mau terlambat. Apalagi
ia tahu perempatan di situ cukup padat, sehingga  lampu merah biasanya
menyala cukup lama. Kebetulan jalan di depannya agak  lengang. Lampu
berganti kuning. Hati Jono berdebar berharap semoga ia bisa  melewatinya
segera. Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala. Jono
bimbang, haruskah ia berhenti atau terus saja.

"Ah, aku tak punya kesempatan untuk  menginjak rem mendadak," pikirnya
sambil terus melaju.

Prit...!!!
Di seberang jalan seorang polisi  melambaikan tangan memintanya berhenti.
Jono menepikan kendaraan agak menjauh  sambil mengumpat dalam hati. Dari
kaca spion ia melihat siapa polisi itu.  Wajahnya tak terlalu asing.
Hey, itu khan Bobi, teman mainnya  semasa SMA dulu.

Hati Jono agak lega.Ia melompat  keluar sambil membuka kedua lengannya.
"Hai, Bob. Senang sekali ketemu kamu  lagi!"

"Hai, Jon." Jawab Bobi, tanpa  senyum.
"Duh, sepertinya saya kena tilang  nih? Saya memang agak buru-buru.Istri
saya sedang menunggu di  rumah."
"Oh ya?" Tampaknya Bobi agak  ragu.Nah, bagus kalau begitu.

"Bob, hari ini istriku ulang tahun.  Ia dan anak-anak sudah menyiapkan
segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh  terlambat, dong."

"Saya mengerti. Tapi, sebenarnya  kami sering memperhatikanmu melintasi
lampu merah di persimpangan  ini."

O-o, sepertinya tidak sesuai dengan  harapan. Jono harus ganti strategi.

"Jadi, kamu hendak menilangku?  Sungguh, tadi aku tidak melewati lampu
 merah. Sewaktu aku lewat lampu  kuning masih menyala..."

Aha, terkadang berdusta sedikit bisa  memperlancar keadaan.

"Ayo dong Jon. Kami melihatnya  dengan jelas. Tolong keluarkan SIM-mu."

Dengan ketus Jono menyerahkan SIM,  lalu masuk ke dalam kendaraan dan
menutup kaca jendelanya. Sementara Bobi  menulis sesuatu di buku
tilangnya.Beberapa saat kemudian Bobi mengetuk kaca  jendela. Jono
memandangi wajah Bobi dengan penuh kecewa. Dibukanya kaca jendela  itu
sedikit.
Ah, lima centi sudah cukup untuk  memasukkan surat tilang.

Tanpa berkata-kata Bobi kembali ke  posnya. Jono mengambil surat tilang
yang diselipkan Bobi di sela-sela kaca  jendela.

 Tapi, hei apa ini. Ternyata  SIM-nya dikembalikan bersama sebuah nota.
Kenapa ia tidak menilangku? Lalu  nota ini apa? Semacam guyonan atau apa?

Buru-buru Jono membuka dan membaca  nota yang berisi tulisan tangan Bobi.

"Halo Jono, Tahukah kamu Jon, aku  dulu mempunyai seorang anak perempuan.
Sayang, ia sudah meninggal tertabrak  pengemudi yang ngebut menerobos
lampu merah. Pengemudi itu dihukum  penjara selama 3 bulan. Begitu bebas,
ia bisa
bertemu dan memeluk ketiga anaknya  lagi. Sedangkan anak kami satu-satunya
sudah tiada. Kami masih terus  berusaha dan berharap agar Tuhan berkenan
mengkaruniai seorang anak agar dapat  kami peluk. Ribuan kali kami mencoba
memaafkan pengemudi itu. Betapa  sulitnya. Begitu juga kali ini. Maafkan
aku Jon. Doakan agar permohonan kami  terkabulkan. Berhati-hatilah.
(Salam, Bobi)".

Jono terhenyak. Ia segera keluar  dari kendaraan mencari Bobi...
Namun, Bobi sudah meninggalkan pos  jaganya entah ke mana...
Sepanjang jalan pulang ia mengemudi  perlahan dengan hati tak menentu
sambil berharap kesalahannya  dimaafkan...

Tak selamanya pengertian kita harus  sama dengan pengertian orang lain...
 Bisa jadi, suka kita tak lebih  dari duka rekan kita...
 Hidup ini sangat berharga,  jalanilah dengan penuh hati-hati...

 Drive Safely  Guys...

 

Eko Akhmad
Media & Sound Developer
PT. Boleh Net Indonesia
e-mail : [EMAIL PROTECTED]
ym! : abu_amanina

 

Please visit : www.yayasan-amalia.org


--- End Message ---

Kirim email ke