Buatlah Hal Bermanfaat
Peringatan Waisak Dilaksanakan Sederhana dan Khidmat
Minggu, 14 Mei 2006
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0605/14/UTAMA/2655161.htm

Yogyakarta, Kompas - Peringatan Trisuci Waisak tahun ini mesti dijadikan momen untuk mengingatkan kembali umat Buddha, apakah sudah benar-benar memahami ajaran arif Buddha dengan membuka diri serta berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri, sesama, dan lingkungan.
Biku Nyana Suryanadhi Thera mengingatkan hal itu dalam khotbahnya pada Peringatan Trisuci Waisak 2550 Buddha Era (BE)/Tahun 2006 di Kompleks Candi Sewu, Prambanan, Sabtu (13/5) siang.
"Bila kita renungkan, memaknai ajaran Buddha adalah upaya mencerahkan diri ke arah yang lebih baik. Namun, apakah yang selama ini sudah kita lakukan (merupakan sesuatu) yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan bangsa?" ujar Biku Suryanadhi.
Karena kenyataan yang ada, sekarang banyak muncul persoalan yang sebenarnya bersumber dari kelengahan dan ketidaksadaran manusia itu sendiri. Misalnya, pola hidup yang semakin konsumtif dan itu berimbas pada alam lingkungan.
"Manusia melegalkan segala cara untuk mengeksploitasi alam. Banyak hal yang melindungi manusia, tetapi malah kita eksploitasi. Misalnya, habisnya pohon karena terus ditebang membuat alam sekarang panas. Ini adalah kelengahan dan ketidaksadaran manusia. Karena, matahari 2.500 tahun lalu hingga sekarang panasnya sama," katanya.
Kelengahan dan ketidaksadaran umat manusia, menurut Biku Suryanadhi, ke dalam memunculkan kegagalan yang merupakan ketidakberdayaan manusia untuk saling berkomunikasi. Interaksi, dialog, hingga diskusi- diskusi yang sering muncul kemudian malah menjadi pemaksaan kehendak dan ide agar diterima. Sementara kita gagal memaknai apa yang disampaikan orang lain.
"Kita harus terbuka, jangan menutup diri. Kita mesti melihat sesama, peduli, sehingga bisa merasa apa yang dirasa sesama, dan makhluk lain. Buddha sudah mengajarkan itu. Artinya, sekarang ini menjadi Buddhis tak hanya di KTP, tetapi juga diterapkan dalam perilaku," tuturnya.
Diikuti 3.500 orang lebih
Peringatan Waisak yang bertema "Kehadiran Buddha adalah Berkah dan Membawa Kedamaian bagi Alam Semesta" kemarin diikuti 3.500 orang lebih, mayoritas berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Waisak tahun ini yang ke-2550, dihitung sejak Buddha parinirwana, jatuh pada 13 Mei saat purnama sidi (detik-detik Waisak), atau bulan bundar sempurna, yakni pukul 13.50.51 menurut perhitungan astronomi.
Sebelumnya dilakukan prosesi pradaksina oleh anggota Sangha, pandita, dan ribuan umat. Pradaksina berupa mengelilingi Candi Sewu sebanyak satu kali dengan membawa kembang sedap malam dan dupa.
Candi Sewu merupakan kompleks candi Buddhis yang terbesar kedua setelah Candi Borobudur di Magelang. Latar belakang terpilihnya lokasi kompleks Candi Sewu ini adalah inisiatif Yang Mulia Biku Sasana Bodhi, seorang anggota Sangha Agung Indonesia (Sagin) yang ditandai terlaksananya peringatan Waisak pertama kalinya di Candi Sewu, 2004.
Perayaan Hari Raya Trisuci Waisak 2550 di Kota Semarang, Jawa Tengah, secara umum berlangsung sederhana. Sejumlah vihara, seperti Vihara Tanah Putih dan Vihara Mahavira Graha, melakukan puja bhakti dan meditasi sebagai puncak peringatan Waisak dengan khidmat.
Perayaan Waisak juga diselenggarakan di arena PRJ, Jakarta, yang dipadati tak kurang dari 15.000 umat. (pra/AND/why)


==========================================================
PERINGATAN WAISAK BERLANGSUNG KHIDMAT
13/05/2006 12:27 - Sosial Budaya/Metro Siang

Metrotvnews.com, Medan: Ribuan umat Budha di berbagai daerah, Sabtu (13/5) ini mendatangi vihara guna memperingati Hari Raya Waisak. Ritual ibadah menyambut hari ini sudah berlangsung sejak tadi malam.
Di Medan, Sumatra Utara, suasana malam Waisak berlangsung aman dan khidmat kendati vihara dipadati umat Budha yang hendak mengikuti ritual Waisak. Di Vihara Borobudur, Bhikku Jina Dhamo Maha Tera memberkati jemaat dengan air suci. Setelah diberkati, umat Budha kemudian bersama-sama menyalakan lilin.
Lilin tersebut kemudian dibawa ke luar vihara yang gelap sebagai simbol memberikan penerangan kepada siapa pun yang membutuhkan. Setelah meletakkan lilin di tempat-tempat tertentu, umat Budha kembali melakukang ritual di dalam vihara.(**)
==========================================================


New Yahoo! Messenger with Voice. Call regular phones from your PC and save big.

** Menyadari apa yang sesungguhnya sedang terjadi SAAT INI di dalam diri saya maupun di luar diri saya **

** Kami kembali tuk hidup dalam kekinian yang menakjubkan; tuk menanami taman hati kami benih-benih kebajikan; serta membuat fondasi pengertian dan cinta kasih yang kokoh **

** Kami mengikuti jalur perhatian penuh, latihan tuk melihat dan memahami secara mendalam agar mampu melihat hakikat segala sesuatu, sehingga terbebas dari belenggu kelahiran dan kematian **

** Kami belajar tuk: berbicara dengan penuh cinta kasih, menjadi penuh welas asih, menjadi perhatian terhadap pihak-pihak lain pagi ataupun sore hari,  membawa akar-akar suka cita ke banyak tempat, membantu sesama melepaskan kesedihan; dan tuk menanggapi dengan penuh rasa syukur kebajikan orang tua, para guru, serta sahabat-sahabat kami **




SPONSORED LINKS
Religion and spirituality Spirituality


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke