---------- Forwarded message ----------
From: Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Apr 27, 2007 5:26 AM
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Air Mata Guru Bongkar Kecurangan UN Medan
To: [EMAIL PROTECTED]

Kecurangan UN SMA dan SMP Direncanakan Sangat Sistematis
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0704/27/humaniora/3486199.htm
=======================

Medan, Kompas - Kelompok Air Mata Guru Medan, yang terdiri dari 18
pengawas, seorang kepala sekolah, dan 17 guru yang bertugas mengawasi
jalannya ujian nasional di rayon Medan, Sumatera Utara, Kamis (26/4),
benar-benar menangis, dan memprotes semua kebohongan dan kecurangan
pelaksanaan UN SMA dan SMP yang justru dilakukan oleh para pendidik
sendiri.

Ke-36 pendidik dan pengawas ujian itu membongkar kesepakatan dan
kecurangan para kepala sekolah di rayon Medan yang secara sistematis
membantu anak didik mereka supaya lulus ujian dengan segala cara yang
melanggar hukum.

"Kami semua siap dipecat sebagai guru maupun pegawai negeri sipil.
Kecurangan UN ini sudah berlangsung tiga tahun. Kami kelompok Air Mata
Guru dari Medan menuntut UN ini harus diulang. Kecurangan yang justru
dilakukan oleh para guru dan pengawas ini bukan hanya membodohi siswa,
tetapi juga mendidik mereka tidak jujur, dan itu artinya pendidikan
yang kami berikan tidak ada artinya sama sekali," ungkap Deni Boy
Saragih, Koordinator Air Mata Guru, didampingi rekan-rekan guru,
pengawas, dan seorang siswa SMP yang mengaku mendapat kiriman SMS
jawaban soal UN, di Kantor Yayasan Perkantas, Jalan Sei Merah 6, Medan.

Para guru, pengawas, dan kepala sekolah itu sengaja berkumpul dan
mengundang para wartawan Medan, karena sebagai pendidik hati nurani
mereka hancur, dan tidak tahan lagi atas praktik kecurangan yang
sengaja dibuat oleh para kepala sekolah, dan kantor Dinas Pendidikan
Medan.

Beberapa guru perempuan dan guru laki-laki di depan wartawan tak bisa
membendung air mata mereka ketika rekan mereka bercerita kepada
wartawan. Mereka menyatakan nama-nama mereka boleh ditulis di koran,
dan mereka sepakat berani dipecat bila laporan dan tangisan hati
mereka itu tidak benar. "Semua yang kami laporkan ini terjadi.
Benar-benar terjadi," kata Deni Boy menegaskan.

Sangat sistematis

Para guru tersebut mengungkapkan bahwa kecurangan didesain sangat
sistematis oleh para kepala sekolah dan dinas pendidikan setempat.
Caranya, antara lain, membuat kunci jawaban, dan menyebarkannya
melalui pesan layanan singkat (SMS) telepon seluler, menuliskannya di
potongan kertas, maupun dibacakan langsung di depan kelas.

"Kesepakatan itu sudah dibuat bersama seluruh kepala sekolah di
seluruh Kota Medan. Saya mengikuti rapat bersama pejabat dinas
pendidikan satu bulan sebelumnya. Masing-masing sekolah diwajibkan
membantu anak didiknya agar lulus," kata M Simamora, kepala sekolah
salah satu SMA di Kecamatan Medan Helvetia.

Menurut Simamora, kesepakatan itu dibuat lantaran nilai yang harus
dicapai siswa untuk bisa lulus ujian lebih berat dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. "Saya melihat, para guru di masing-masing sekolah
sepertinya panik," kata Simamora, satu-satunya kepala sekolah yang
ikut hadir bersama 35 guru/pengawas UN itu.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan Hasan Basri, menjawab pers,
mengatakan, informasi soal kesepakatan dan skenario pelulusan peserta
UN itu perlu dicek kebenarannya di lapangan. Dia meminta agar jangan
sampai ada citra jelek di dunia pendidikan nasional.

"Saya balik bertanya kepada mereka (para guru yang mengungkap skandal
UN), mengapa baru sekarang disampaikan? Kita sudah mempunyai pemantau
independen. Mestinya pengawas juga bisa dipersoalkan karena membiarkan
perilaku menyimpang berlama-lama. Jika hari itu, kita akan mudah
bergerak. Salah satu kasus terjadi di SMPN 9. Jika ini dibiarkan akan
mengganggu peserta ujian," kata dia.

Muri Manik (anggota kelompok Air Mata Guru), salah seorang guru di SMP
swasta di Kota Binjai, menolak permintaan kepala sekolahnya untuk
menjadi tim sukses yang bertugas membuat kunci jawaban. Sekolah
kemudian merumahkan Muri hingga sekarang. Guru Matematika itu dicap
melanggar disiplin sekolah. "Saya tidak bisa melakukannya karena hati
nurani saya menolak. Saya tindak ingin membodohi anak didik saya
dengan membuat kunci jawaban terlebih dahulu sebelum ujian
berlangsung," ungkap dia.

Pengawas di SMPN 19 Medan, Daud Hutabarat, sempat beradu mulut dengan
penyelenggara ujian. Dia menolak menjaga pada hari kedua dan ketiga
lantaran sekolah membagikan kunci jawaban yang dibuat di potongan
kertas. "Saya seperti patung yang tidak ada artinya. Pihak sekolah
hanya bilang, kalau tidak setuju silakan, dosanya saya tanggung," ujar
Daud. Kecurangan seperti itu, katanya, sudah terjadi selama tiga tahun
sejak dia menjadi pengawas UN. "Jika ada risiko pada pekerjaan saya,
saya siap," tutur guru SMU Methodist itu.

Deni Boy Saragih mengemukakan, kejadian serupa terjadi di sejumlah
daerah di Sumut, misalnya di Tebing Tinggi, Binjai, Pematang Siantar,
Dolok Sanggul, dan Tarutung. Sedangkan sekolah yang dilaporkan telah
terjadi kecurangan UN di antaranya SMP 16 Medan, SMA Timbul Jaya, SMP
19, SMA Nasrani 3, SMK 5, SMK Samudera Indonesia, SMK Karya Kusuma,
SMK Bina Satria, SMF Medan, SMP 18, SMA Amir Hamzah, dan SMP Marisi.
Berdasarkan pengakuan para guru, pengawas, dan kepala sekolah, hal
yang sama sebenarnya terjadi di banyak sekolah di Medan. (NDY/MHD/REN/
DOE/JON/HLN)


[Non-text portions of this message have been removed]



 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/dosen-peneliti/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/dosen-peneliti/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke