Bagi sebagian orang, kritik tidak beda dengan cercaan, hinaan, hujatan..
Bagi sebagian orang, fakta di balik berita atau pengungkapan kedok/
kosmetik/pencitraan dianggap sebagai 'black campaign', 'character
assasination', 'tindakan tidak menyenangkan' bahkan "su'udzon"..

Jangan pernah kritik klo gak bisa kasih solusi.. Ya ya ya..
Solusi (hasil olah otak/pikiran) dari orang lain yang kalau berhasil tinggal

diakui sebagai prestasinya.. dan kalau gagal tinggal pura" gak tahu..
Sementara data (jadi) orang lain saja dicomot seenaknya tanpa malu.. :-)

CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K

---------- Forwarded message ----------
From: Ambon <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Sep 28, 2006 3:55 AM
Subject: [nasional-list] Separo Mendengar Separo Tuli

http://www.indomedia.com/bpost/092006/28/opini/opini1.htm



*Separo Mendengar Separo Tuli*
*

Oleh: Pribakti B
*Dokter RSUD Ulin Banjarmasin

*Kekuasaan bisa menjadi sangat angkuh ketika korupsi sudah menjadi adiksi.*

*Teman saya, seorang dokter spesialis kuping (maksud saya: THT) menceritakan
kepada saya soal penemuannya atas penyakit aneh yang diderita banyak
penguasa alias pejabat. Sebetulnya ia telah lama mengamati penyakit ini,
tapi baru sekarang ia hakul yakin bahwa penyebab yang mendasarinya adalah
kekuasaan. Kok bisa ? Dengan tersenyum getir ia mengatakan, sebab terjadinya
penyakit tersebut berawal dari kekuasaan. Kemudian kekuasaan itu tidak hanya
cenderung korup. Tapi ternyata , kekuasaan juga cenderung angkuh. Dua
kecenderungan itu bahkan saling mendukung penyakit tersebut, katanya.*

*Kekuasaan bisa menjadi sangat angkuh ketika korupsi sudah menjadi adiksi.
Dan, kekuasaan dapat menjadi sangat korup karena angkuhnya itu sudah tidak
tertolong lagi. Celakanya, keangkuhan kekuasaan bisa menyebabkan seorang
yang semula normal-normal saja tiba-tiba mengidap kelainan syaraf.*

*Bagaimana tidak! Jika sebelum memegang kekuasaan, kuping sang pejabat masih
berfungsi sepenuhnya. Tapi setelah berkuasa, pendengarannya tinggal
berfungsi separo. Dokter spesialis kuping yang paling jago sekalipun (ini
kata teman saya), tidak akan berhasil mengobatinya. Wong yang tuli 100
persen saja sulit menyembuhkannya, apalagi menghadapi penyakit kuping separo
mendengar separo tuli.*

*Maksudnya, bukan sebelah kuping mendengar sebelahnya lagi tidak. Melainkan
kedua kuping itu sama-sama mendengar dan tuli separo separo. Bingung kan?*

*Kalau Anda tidak bingung, saya malah yang heran. Sebab, teman saya yang
merasa menemukan penyakit yang ditimbulkan oleh keangkuhan kekuasaan itu
cukup dibuat bingung juga. Lebih dari itu, bagaimana tidak bingung dan
bengong, kalau kelainan syaraf yang ditemukan teman saya itu adalah penyakit
yang justru belum tercatat dalam literatur kedokteran baik di bidang THT
ataupun Neurologi. Kelainan yang dialami sang penguasa itu adalah syaraf
pendengarannya cukup berfungsi terhadap suara dan bunyi tertentu, tetapi
tidak terhadap suara dan bunyi yang lain. *

*Pendek kata, kupingnya hanya dapat mendengar suara jika suara itu suaranya
sendiri atau suara anak buahnya dan orang-orang yes man di sekitarnya.*

*Bunyi yang dapat ia dengar pun hanya yang senada dan seirama dengan
lagu-lagu kesayangannya. Dan, lagu kesayangannya mesti lagu ciptaannya
sendiri atau lagu yang khusus ia pesan pada komposer bayaran. Tapi, anehnya
terhadap suara orang lain apalagi terhadap bunyi mengandung nada dan irama
yang berbeda, ia malah tuli total. Sungguh mati, sampai kini teman saya pun
(sambil menggeleng-gelengkan kepalanya) mengaku tak tahu sebab musababnya.
Apalagi cara menyembuhkannya, jadi mohon maaf.*

*Yang bisa saya duga adalah akibat sosialnya. Terhadap penderita keangkuhan
kekuasaan itu, Anda atau siapa saja --jika pun mungkin-- dapat saja bebas
berbicara dan mengemukakan kritik yang jujur kepadanya. Cuma Anda harus
ingat, iap un bebas untuk tidak mendengarkan yang Anda ucapkan. Karena ia
bebas untuk tidak mendengar, maka dengan sendirinya ia juga bebas untuk
tidak peduli pada pendapat dan kritik Anda.*

*Nah, di sinilah mulainya: komunikasi macet. Dialog jadi buntu. Yang
menonjol: monolog. Opini sepi. Kritik tak mengelitik lagi. Kontrol tak
nongol. Partisipasi masyarakat pun tak mengalir. Maka yang mungkin hanyalah:
mobilisasi. Dan mobilisasi, jelas sekali, berbeda dan karena itu bukan
partisipasi.*

*Padahal yang namanya kekuasaan sesungguhnya tidak hanya potensial untuk
korup dan angkuh. Di tangan seorang yang rendah hati, yang dedicated,
kekuasaan sangat poten untuk konstruksi dan reformasi sosial. Kekuasaanlah
yang memungkinkan sebuah ide beraktualisasi dalam realitas sosial. Kekuasaan
bahkan dibutuhkan untuk memindahkan dunia gagasan ke dalam dunia perbuatan.
Sebab tak ada pembangunan daerah, nasional, masyarakat adil dan makmur tanpa
adanya kekuasaan yang komit, terlibat, mengilhami ide pembangunan itu
sendiri.*

*Kekuasaan tidak melulu cenderung destruktif. Ia juga cenderung konstruktif.
Ini karena kekuasaan tak dengan sendirinya korup dan angkuh. Tapi kekuasaaan
tidak pula dengan sendirinya rendah hati, sebab kekuasaan itu sendiri
bagaikan kertas putih. Ia sepenuhnya tergantung pada sang pelaku: huruf apa,
bahasa apa, kalimat apa dan cerita apa yang akan ditulis di kertas putih
itu. Karena sang penguasa adalah manusia biasa, maka kekuasaannya akan
mengikuti kecenderungan manusia bersangkutan.*

*Itu sebabnya, seperti halnya manusia, kekuasaan pun dapat menjadi rahmatan
lil alamin dan juga bisa mendatangkan laknatan lil alamin. Oleh karena itu,
ada benarnya bila kita harus lebih mengenal pepatah Jawa ojo dumeh atau
'jangan mentang-mentang'. *

*Tepatnya, jangan mentang-mentang berkuasa. Ingatlah, kemanusiaan itu satu
dan sama, hanya kebetulan sedang berkuasa. Dirimu adalah dirimu yang seperti
itu, meskipun kamu punya kuasa. Tapi kekuasaanmu sama sekali tak menolong
meningkatkan harkat kemanusiaanmu. Bukankah harkat kemanusiaan hanya dapat
ditingkatkan melalui moral? Lalu, apa gunanya kekuasaan tanpa moral?*

*Kekuasaan tak akan menolong jiwamu, kata orang bijak. Manusia dijunjung
tinggi oleh manusia lain karena harkat kemanusiaannya dan bukan oleh
kekuasaan yang dimilikinya.*

*Kekuasaan barangkali membuat orang lain menyembah, tetapi sembah itu
sesungguhnya tumbuh dari hati yang palsu, sanubari yang tidak otentik.
Sembah itu diberikan karena ia takut, ingin menyelamatkan diri sendiri,
ingin mengambil keuntungan, ingin jabatannya dipertahankan atau ingin
gajinya dinaikkan. Tetapi apabila kesempatan tiba, roda nasib berbalik arah,
maka mereka dengan kejam akan merobohkanmu dari singgasana. Kekuasaan tanpa
dasar moral mudah menimbulkan iri dan dengki bagi banyak orang lain yang
juga lemah moralnya. Padahal, kekuasaan yang bermoral akan mengangkat
pemiliknya menjadi manusia yang berharkat, bermartabat.*

*Jadi, alangkah beratnya tugas dan kewajiban yang berkuasa. Alangkah berat
tanggung jawabnya. Orang yang berkuasa harus ditaati tanpa menguasai. Sebab
hanya dengan demikian kekuasaan tidak menimbulkan iri dan dengki, tidak
menimbulkan kesengsaraan bagi banyak orang lain. Manusia yang bermoral itu
menang tanpa mengalahkan, dipatuhi tanpa berkuasa, kaya tanpa memiliki.
Manusia yang bermoral tidak takut dikalahkan, tidak takut melepaskan
jabatan, tidak takut jatuh miskin. Sejak semula memang ia tidak mengalahkan
meskipun menang, tidak menguasai meskipun dipatuhi dan merasa miskin
meskipun kaya.*

*Bangsa ini memang sedang berubah. Nilai juga berubah. Namun kalau tidak
hati-hati, nilai moral akan dikesampingkan, nilai kemanusiaan merosot
dibawah nilai ekonomi dan politik. Zamannya memang bukan zaman edan, tetapi
mereka yang waspada akan lebih beruntung daripada mereka yang lupa. Bila
tidak, apa mau kuping separo mendengar separo tuli*?


[Non-text portions of this message have been removed]



Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke