Gara-gara Ditagih Uang Ujian Mid Semester Rp 30.000,00 PURWAKARTA, (PR).- Gara-gara malu ditagih uang mid semester, IK (17), warga Kampung Cigedogan Kelurahan Sindangkasih Kecamatan/Kabupaten Purwakarta, pelajar putri SMK PS II nekat mengakhiri hidupnya dengan cara minum cairan pembersih lantai, Selasa (20/3), di kamar mandi sekolahnya. Beruntung, nyawa korban tertolong setelah rekan-rekannya memergoki korban tengah menggelepar sambil mengeluarkan buih dari mulutnya. Informasi yang dihimpun "PR" menyebutkan, aksi nekat yang dilakukan korban bermula ketika pihak sekolah menagih korban untuk membayar uang ujian tengah semester (mid semester) sebesar Rp 30 ribu. Padahal selama ini setiap tagihan untuk kegiatan yang berhubungan dengan sekolah, korban jarang telat membayar. Namun entah mengapa, uang untuk ujian tengah semester belum dibayarnya. Pamit ke belakang Saat pihak sekolah menagih kepada korban, Selasa (21/3), korban yang duduk di kelas I jurusan mesin itu pamit mau ke belakang (kamar mandi). Namun, korban bukannya buang air kecil, melainkan menenggak cairan pembersih lantai yang berada di kamar mandi. Untungnya, aksi nekat korban kepergok rekan-rekannya yang segera memberitahukan kepada pihak sekolah. "Bila saja usaha korban terlambat diketahui sepersekian detik, mungkin nyawa korban tidak tertolong lagi," ujar seorang pelajar SMK PS. Melihat korban menggelepar-gelepar, rekan-rekannya bersama pihak sekolah kemudian membawanya ke RSUD Bayu Asih. Setelah mendapatkan perawatan, sore harinya korban diperbolehkan pulang. Akibat peristiwa tersebut, kepada ibunya korban mengatakan tidak akan melanjutkan sekolahnya di SMK PS tersebut kendati pihak guru telah mengajak korban untuk masuk sekolah lagi. Seorang pegawai tata usaha SMK PS saat dihubungi membenarkan adanya peristiwa percobaan bunuh diri yang dilakukan pelajar putri kelas I jurusan mesin. Tidak memaksa Menurut dia, korban belum membayar uang mid semester sebesar Rp 30 ribu. Namun katanya pihak sekolah tidak memaksa korban saat menagih uang ujian tersebut. Ibu korban, Rochaeti (40) yang ditemui di rumahnya, Rabu (21/2) mengatakan tidak mempersoalkan masalah yang menimpa anak ke-3 dari delapan bersaudara. "Saya tidak ingin meributkan masalah yang menimpa anak saya," ujarnya. Dia mengakui heran atas aksi yang dilakukan korban, pasalnya setiap kewajiban yang harus dipenuhi orang tua seperti membayar SPP dan lainnya jarang terlambat. Akibat kejadian itu, IK tidak mau lagi melanjutkan sekolah. "Saya sudah merayu IK begitu juga gurunya tapi ia tetap tidak akan melanjutkan sekolah," tandasnya. Ketua kelompok kerja sekolah (K3S) SMK di Kabupaten Purwakarta, Drs. Jaenurizal ketika dihubungi "PR" mengaku belum menerima laporan mengenai masalah tersebut. "Saya belum menerima laporan tersebut," ujarnya. Demikian pula, Kapolsek Purwakarta, AKP Solihin B. ketika dihubungi belum menerima laporan adanya percobaan bunuh diri yang dilakukan pelajar SMK PS II. "Saya akan mengecek dulu," katanya singkat. (A-86) *** -- This message has been scanned for viruses and dangerous content by <http://www.mailscanner.info/> MailScanner, and is believed to be clean. -- This message has been scanned for viruses and dangerous content by MailScanner, and is believed to be clean. [Non-text portions of this message have been removed]