Kalau mau mencontoh Cina, jangan cuma yang seolah" logis doank donk bos.. tetapi juga yang bikin ciut.. seperti hukuman mati bagi koruptor.. Mau/bisa gak? :-p
Sebutir padi dari > 200 juta lebih rakyat Indonesia.. *teorinya *memang >200 juta butir padi sehari.. faktanya, apakah seluruh orang Indonesia mampu beli dan makan padi? Tahu/gak berapa harga beras per liter yang umum dikonsumsi, sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM? Artinya, berapa kenaikan harga yang harus ditanggung rakyat akibat kenaikan harga BBM.. Belum lagi angka koefisien gini di Indonesia sekarang tuh berapa? ".. Nah, apa yang sudah dilakukan kebijakan Fiskal/Moneter untuk gerakan pemerataan akibat ekses likuiditas kelompok kaya ke intermediasi sektor riil? *Itulah NOL BESAR dari rezim ke rezim paska reformasi ini selain rezim "genit indikator"*.. padahal kegenitan itulah sumber kesenjangan pendapatan dan arus keluar dari perekonomian (*liat aja koefisien gini melebar dari kisaran 20 ke kisaran 40, berarti kesenjangan naik dua kali lipat* dari naik 16% jumlah super kaya dari kue yang sebenarnya Lu Lagi Lu Lagi ini he3x.. .." IMHO, cerita di bawah lebih mirip 'wishful thinking'.. apalagi kalau mau diterapkan di Indonesia saat ini.. yang aparat penegak hukumnya sendiri banyak berkelit.. meskipun sudah terekam dengan sangat jelas.. Halo Ayin.. :-( Wassalam, Irwan.K --------- ---------- Pesan terusan ---------- Dari: Yanuar Rizky <[EMAIL PROTECTED]> Tanggal: 27 Juni 2008 21:03 Subjek: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Kaum Superkaya Indonesia Melonjak Ke: [EMAIL PROTECTED] Cc: [EMAIL PROTECTED] Data kustodian menunjukan pertumbuhan aset dari "lokal investor" antara tahun 2007 ke 2006 sebesar 62% .. itu dibagi untuk 214.926 pemilik rekening.. Artinya, indeks literasi finansial Indonesia adalah 0,01% (jumlah pemain dibandingkan populasi penduduk).. Itulah jawaban kemana dan kue apa yang dibagi...pertumbuhan pemilik rekening dengan literasi yang rendah bermakna memang tidak ada "financial capacity".. ini terlihat dari daya beli upah yang Nombok untuk konsumsi inti... Persoalan lain adalah "financial skill", yaitu orang yag memiliki dana untuk ikut main di stadion financial, tapi tidak memiliki pengetahuan dan skil untuk serap madunya... Untuk yang soal skill, "rayuan pulau kelapa" keuntungan financial telah memicu masuknya pemain baru terlihat dari pertumbuhan rekening efek dari 2006 di kisaran 140.000 Pertumbuhan pemilik aset di atas 1 Jta ada 23.000 .. ini berarti kan kue yang dibagi di 4L (Lu Lagi Lu Lagi), dimana ada kelompok tengah di 140.000 pemilik rekening yang naik kelas.. LALU, bagaimana 99,99% rakyat yang berada diluar stadion.. ambil premis positif bisa dikurangi dengan dorong skill.. angkanya ke berapa? paling jauh ke 1 Juta rekening (=0,5%) .. Lalu, 99,95% lainnya? jelas terapinya adalah perbaiki daya beli rakyat... dan itu adalah dari daya kerja.. Nah, apa yang sudah dilakukan kebijakan Fiskal/Moneter untuk gerakan pemerataan akibat ekses likuiditas kelompok kaya ke intermediasi sektor riil? Itulah NOL BESAR dari rezim ke rezim paska reformasi ini selain rezim "genit indikator".. padahal kegenitan itulah sumber kesenjangan pendapatan dan arus keluar dari perekonomian (liat aja koefisien gini melebar dari kisaran 20 ke kisaran 40, berarti kesenjangan naik dua kali lipat dari naik 16% jumlah super kaya dari kue yang sebenarnya Lu Lagi Lu Lagi ini he3x.. -Yanuar Rizky- mail to: [EMAIL PROTECTED] <rizky%40elrizky.net> on the net: http://www.elrizky.net elrizkyNet::dari RT-RW ke Internet menuju Pasar Modal:: ---------- Pada 27 Juni 2008 16:50, Santi Kurniasari <[EMAIL PROTECTED]> menulis: > Kisah di bawah ini entah benar atau tidak. Tapi kalau benar, alangkah > indahnya, kisah di mana rakyat mempercayai pemerintah, dan pemerintah > memang berusaha sebaik mungkin memakmurkan rakyat. > > Salam, > > Santi. > > Cukup Sebutir Beras (Bagaimana Cina Bangkit) > > Cina yang sekarang muncul sebagai negara super power dahulunya pernah > sangat miskin. Dengan jumlah penduduk yang berjumlah 1 milyar kala itu > bukan barang mudah bagi pemerintah Cina untuk mensejahterakan > rakyatnya. Hutang luar negeri dari negara tetangga terdekat pun > menjadi gantungan yaitu dari negara Uni Sovyet. Alkisah suatu hari > terjadi perselisihan paham antara Mao Zedong pemimpin Cina era itu > dengan pemimpin Sovyet. Perselisihan begitu panas sampai keluar > statement dari pemimpin Sovyet, 'Sampai rakyat Cina harus berbagi 1 > celana dalam untuk 2 orang pun, Cina tetap tidak akan mampu membayar > hutangnya.' > > Ucapan yang sangat menyinggung perasaan rakyat Cina itupun disampaikan > Mao kepada rakyatnya dengan cara menyiarkannya lewat siaran radio, > penghinaan dari pemimpin Sovyet itu, secara terus menerus dari pagi > hingga malam ke seluruh negeri sambil mengajak segenap rakyat Cina > untuk bangkit dan melawan penghinaan tersebut dengan cara berkorban. > > Ajakan Mao kepada rakyatnya adalah menyisihkan 1 butir beras, ya, > hanya 1 butir beras untuk setiap anggota keluarga, setiap kali mereka > akan memasak. Jika 1 rumah tangga terdiri dari 3 orang maka cukup > sisihkan 3 butir beras. Beras yang disisihkan dari 1 Milyar penduduk > Cina tersebut, tidak dikorupsi tentunya akan menghasilkan 1 milyar > butir beras setiap hari. Hasilnya dikumpulkan ke pemerintah untuk > dijual. Uangnya digunakan untuk membayar hutang kepada negara pemberi > hutang, yang telah menghina mereka. Akhirnya Cina berhasil melunasi > hutang mereka ke Sovyet dalam waktu yang sangat cepat. > > Keterhinaan yang mendalam telah membangkitkan rasa nasionalisme Cina > untuk bangkit melawan hinaan tersebut dengan tindakan nyata, bukan > hanya tindakan seremonial, pidato atau upacara di stadion besar. > Kiranya kisah di atas bisa dijadikan contoh bagi bangsa kita yang > tengah terpuruk di antara bangsa-bangsa sekitarnya. Potensi manusia > Indonesia yang demikian besar selama ini tidak menjadi kekuatan bahkan > sebaliknya menjadi beban karena mereka tidak dipimpin oleh pemimpin > yang tepat. Kita sering silau oleh hal-hal besar namun seringkali > mengabaikan kekuatan dari hal kecil namun dilakukan dengan sepenuh > hati. Sebutir padi sehari bisa membalik keadaan terhina menjadi > terangkat. Maukah kita? > > (Kisah di atas diceritakan langsung oleh seorang pengusaha Indonesia > yang kerap kali berkunjung ke negara Cina. > [Non-text portions of this message have been removed]