Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan bisnis/usaha
kita ialah dengan menggarap niche market atau ceruk-ceruk pasar
khusus. Menggarap ceruk pasar khusus (niche marketing) ini juga
merupakan salah satu cara yang terbukti cukup ampuh bagi para
entrepreneur pemula agar bisa survive dalam merintis bisnisnya.



Sesuai namanya, niche market memang bukan pasar yang massal yang
populasinya sangat luas. Namun niche market ini ceruk yang lebih
spesial dan bisa digarap lebih dalam. Selain itu target pasarnya lebih
jelas dan karakteristiknya lebih homogen sehingga memudahkan kita
dalam melayani sektor ini. Kalau kita cukup jeli sebenarnya di setiap
segmen pasar selalu ada niche market yang bisa dikembangkan dan
digarap, hanya saja kita ini sering tidak menyadarinya bahwa ternyata
ceruk itu ada, sangat potensial dan bisa digarap jadi duit. Kita baru
tersentak setelah ada pelaku bisnis lain yang sukses menekuni di ceruk
pasar itu.



Saya punya beberapa relasi yang sukses mengembangkan bisnisnya dengan
strategi niche marketing seperti itu. Contohnya, relasi saya di
Cikarang. Dia alumni Jepang yang merintis bisnis pengembangan software
dan implementasinya, pusatnya di Cikarang. Jadi dia bisnis TI. Kawan
saya ini tidak menyasarkan software TI-nya untuk pasar korporat secara
umum seperti SAP, Oracle, dll, namun mereka menyasar target market
perusahaan2 Jepang yang ada di Indonesia, khususnya yang banyak
bertebaran di seputar Cikarang. Kawan2 tentu tahu di seputar Cikarang
memang banyak pabrik-pabrik Jepang dari Sanyo hingga Panasonic. Relasi
saya itu mendekati dan meyakinkan bos-bos perusahaan Jepang yang ada
di indoensia agar pakai software buatan dia. Dan ternyata cukup
berhasil, kini klien mereka puluhan perusahaan2 manufaktur Jepang di
berbagai kawasan industri Jabotabek. Selain pengusaan TI yang bagus,
kedua kawan saya ini juga ditopang pemahaman bahasa dan budaya yang
baik karena pernah sekolah di Jepang dari beasiswa. Jadi, kawan saya
tidak gegabah dan serakah dalam membangun bisnis TI-nya dengan
menggarap semua segmen, namun dia melilih niche market potensial yang
dia lihat dan dekat dengan dia, yakni perusahaan-perusahaan Jepang di
sepuutar Cikarang. Dan dengan cara itu dia sangat survive sebagai
entrepreneur.



Sebenarnya di Indonesia banyak sekali contoh2 pelaku bisnis dan
entrepreneur yang survive berkat kejeliannya mengembangkan niche
market (ceruk-ceruk pasar khusus) seperti itu. Di bisnis riset
pemasaran misalnya, kita tahu bahwa yang menjadi pemain terbesar alias
kakapnya adalah AC Nielsen, perusahaan asing yang juga kondang dengan
rating acara2 televisi. Namun jangan salah, beberapa perusahaan riset
pemasaran lokal juga sukses dan membesar karena kejeliannya
mengembangkan strategi niche marketing. Mungkin sudah ada yg familier
dengan nama Frontier Markating Research, dia sangat kuat untuk riset
pemasaran di industri consumer good. Lalu perusahaan riset MARS,
sangat kuat di klien-klien perbankan.




Yang jelas niche market ini bisa dicari dan dikembangkan di tiap
industri, hanya saja memang kita harus jeli dan realistik. Banyak
enterepreneur yang sukses dan bertahan lama di bisnisnya karena
strategi ini. Sudah banyak yang membuktikan bahwa dengan membidik
ceruk-ceruk khusus itu ternyata bisa 'hidup', survive, secara
berkelanjutan. Ada relasi saya yang kerjanya 'hanya' mensuplai tanaman
hias dan vas bunga untuk beberapa lembaga asing, sampai sekarang
bisnis dia hanya itu namun terus eksis. Nampaknya itu kecil, padahal
hasil ekspor itu sangat lumayan, bisa menghidupi lebih dari cukup. Ada
juga relasi saya yang lain yang orang tuanya menjadi supplier papan
kayu ke tiga perusahaan Jepang sampai turun-temurun. Yang saya heran,
meski hanya mensuplai papan kayu ke tiga perusahaan, namun omset
tahunannya diatas Rp 30 miliar. Ia telaten melayani niche marketnya.



Bagi kawan2 sudah baca buku "10 PENGUSAHA YANG SUKSES MEMBANGUN BISNIS
DARI 0" disusun Sudarmadi terbitan Gramedia, disana juga ada contoh
tiga pengusaha yang sukses membangun bisnisnya dengan mengandalkan
strategi niche marketing di awal perintisannya. Yaitu Winita
Kusnandar, pengusaha wanita yang juga pemilik perusahaan konsultan
hukum (law firm). Ketika beliau merintis usaha law firm, beliau tidak
langsung menyasarkan jasa hukumnya bagi semua target market(publik),
namun ke perusahaan-perusahaan asing di Indonesia terutama perusahaan
pertambangan. Lalu Pak Budianto Darmastono yang menekuni bisnis kurir,
beliau tidak serta merta menyasarkan bisnis kurirnya sebagai kurir
untuk umum seperti PT Pos, TNT, DHL, TIKI, dll. Namun kurir khusus
untuk pengantaran billing kartu kredit. Dan beliau sukses sehingga
kini sudah punya karyawan lebih dari 2.000 orang. Lalu, Pak Ronny
Lukito pengusaha tas dari PT Eksonindo juga tak melupakan strategi
niche marketing ini dengan memasarkan tas merek Eiger khusus untuk
kalangan petualang/outdoor/streetgear, dan saya kira tak usah
dijelaskan Eiger termasuk merek tas terpopuler di Indonesia saat ini.
Jadi beliau2 itu survive dan sukses karena jeli dan mengembangkan
niche market.



Disini pesan utamanya, kalau kita hendak mengembangkan bisnis, kita
tak perlu serakah dan bernafsu untuk melayani semua segmen pasar
sekaligus. Nggak usah kemaruk. Apalagi saat perintisan. Selain sulit
mengarahkan strategi kita, menggarap pasar yang massal itu biasanya
persaingannya lebih ketat karena umumnya pasarnya sudah diketahui
khalayak umum. Lebih baik memulai mengembangkan ceruk2 khusus (niche
market)yg potensial dan dekat dengan kita, dan yang kita sudah punya
pengetahuan dan kompetensi untuk melayani pasar itu. Dengan cara itu
target market kita menjadi lebih jelas dan otomotis lebih mudah
mengarahkan bidikan termasuk program promosi. Tentu, kalau kita sudah
punya basis pasar yang kuat di niche market, bolehlah kita mulai
melirik pasar yang lebih besar. Jadi, cobalah memulai mengembangkan
niche market di dekat kita, siapa tahu ceruk itu menjadi jembatan
sukses yang tak terbayangkan sebelumnya.

Semoga sukses buat kawan2 semua n thanks.


Kirim email ke