Di bawah adalah cerita sedih tentang eksekutif AS yang sekarang jadi pengantar 
Pizza dengan gaji sekitar Rp 14 juta/bulan (belum termasuk tips).

Tentu akan lebih sedih lagi jika melihat di Indonesia para manajer saja gajinya 
belum tentu segitu. Sementara pengantar Pizzanya lebih rendah lagi. Padahal 
harga bensin di Indonesia dan AS tidak jauh berbeda...:)

Selama Indonesia hanya jadi sapi perahan AS, maka nasib bangsa Indonesia akan 
terus dimiskinkan secara sistematis oleh Sistem Ekonomi Kapitalis Neoliberalis 
yang dipropagandakan agen2 AS di Indonesia.

Selama kekayaan alam Indonesia senilai Rp 2000 trilyun/tahun dinikmati AS, 
Indonesia tidak akan makmur.

Indonesia keliru dalam mengambil Sistem Ekonomi. Siapa pun juga pemimpinnya, 
jika hanya menjadikan Indonesia sebagai sapi perahan negara asing Indonesia 
tidak akan maju.

AS terkapar oleh krisis. Lebih dari 500 ribu orang diPHK dalam 2 minggu. Tapi 
lihat, Rupiah anjlok dari Rp 9.000/1 US$ jadi Rp 12.000/1 USD. PHK lebih banyak 
lagi. Itulah nasib negara "Sapi Perahan!" Lebih buruk dari negara pemerahnya.

Salam

http://dunia.vivanews.com/news/read/42697-eksekutif_itu_kini_menjadi_pengantar_pizza
VIVA news - Selama 45 tahun, hidup Ken Karpman tampaknya nyaris sempurna. Lulus 
dengan gelar sarjana S-1 dan MBA (Master of Business Administration) dari 
universitas bergengsi UCLA (University of California), Karpman langsung 
mendapat kerjaan dengan gaji yang menggiurkan sebagai pialang saham.

Dia pun bisa menikahi perempuan idamannya, Stephanie dan dikarunai dua anak. 
Mereka pun rutin berlibur ke tempat-tempat mahal di penjuru dunia.

Setelah 20 tahun meniti karir sebagai pialang, Karpman pun naik jabatan menjadi 
eksekutif perusahaan. Gajinya pun naik menjadi US$750.000 (sekitar lebih dari 
Rp 8,8 miliar) per tahun.

"Saat itu hidup begitu indah. Kami bisa cetak banyak uang. Entah mengapa 
situasi itu kok tidak berlanjut?" kata Karpman dalam wawancara khusus dengan 
stasiun televisi ABC.

Dari segala sisi, Karpman dan keluarga saat itu hidup dalam "Impian Amerika" 
(American Dream). Mereka tinggal di sebuah rumah besar di kota Tampa, Florida. 
Rumah mereka pun dilengkapi lapangan golf.

"Saat itu saya sudah tidak tahu berapa harga barang-barang di toko. Pokoknya, 
tinggal bawa troli dan ambil saja," kata Karpman.

Dia pun begitu percaya diri dengan kemampuannya mencetak banyak uang. Maka, 
tahun 2005 dia meninggalkan perusahaan tempat dia bekerja dan membuat usaha 
sendiri yang sejenis.

Untuk mendirikan perusahaan sendiri sekaligus meningkatkan taraf hidup, dia 
Karpman dengan enteng mengeluarkan dana US$500.000 dari tabungannya. Seperti 
kebiasaan orang-orang Amerika, Karpman juga mengajukan kredit dalam jumlah 
besar dengan jaminan rumah.

Namun, badai krisis keuangan menerpa Amerika Serikat (AS). Karpman tak mampu 
menarik investor, sehingga perusahaannya bubar.

Sejak saat itu, dia menjadi penganggur dan sulit mendapat kerja. Padahal, di 
masa lalu, Karpman tak perlu pusing mencari kerja.

"Dulu, saat menjalani tes wawancara kerja, saya bisa jadi bersikap kurang ajar, 
karena justru sayalah yang sering menanyai si pewawancara, apakah perusahaannya 
cukup layak mempekerjakan saya," kata Karpman dalam wawancara yang ditayangkan 
di laman stasiun televisi ABC.

"Sekarang, justru saya yang kini berharap-harap minta kerja sambil memegang 
topi di tangan," lanjut Karpman.

Saat dia susah mendapat kerja, tabungannya ludes untuk keperluan hidup 
sehari-hari dia dan keluarga. Bahkan, keluarga Karpman kini harus menanggung 
utang ratusan ribu dolar dan rumah mewah terancam disita pihak kreditur.

Mereka pun tak mampu menanggung biaya pendidikan anak-anak di sekolah swasta 
yang mencapai US$30.000 (Rp 352,3 juta). Namun mereka bersyukur ada seorang 
dermawan yang membantu membiayai uang sekolah anak-anak mereka hingga tahun 
depan.

Maka, Karpman sudah bertekad, kerja apapun akan dia lakukan, asalkan mendapat 
uang. Dia pun bersedia turun derajat. Karpman tak lagi mencari posisi-posisi 
yang tinggi, maka dia sempat melamar sebagai bartender (peramu minuman), namun 
ditolak. Istrinya, Stephanie, kini juga akan menjual baju-bajunya yang 
bertumpuk-tumpuk di lemari pakaian di toko-toko loak.

Akhirnya Karpman mendapat kerjaan baru. Namun, bukan lagi sebagai eksekutif, 
melainkan sebagai pengantar pizza (roti isi khas Italia) di restoran Mike's 
Pizza & Deli di kota Clearwater.

Pemilik restoran, Mike Dodaro, bingung saat melihat Karpman datang ke tempatnya 
untuk wawancara kerja dengan mengendarai mobil mewah Mercedes Benz. Dodaro pun 
terkejut saat membaca CV (riwayat pendidikan dan pekerjaan) Karpman.

Untuk menjadi pengantar pizza dari rumah ke rumah tak perlu harus bergelar MBA 
dan berpengalaman sebagai manajer pialang saham. Dengan kata lain, Karpman 
tergolong over-qualified (bobot pendidikan dan pengalaman kerja terlalu tinggi 
untuk posisi kerja yang dia lamar).

Namun, Karpman tetap mengambil lowongan itu. Dia rela kini digaji US$7,29 atau 
sekitar lebih dari Rp.85.000,- per jam - belum termasuk tips. Karpman pun tak 
peduli dengan reaksi istrinya yang kaget dengan profesi suaminya saat ini.

"Menurut saya, yang paling buruk adalah saat datang ke teman sambil berkata, 
'boleh pinjam uangmu?' Menjadi pengantar pizza pun sudah kemajuan," lanjut 
Karpman. []

===
Paket Umrah 2009 Mulai US$ 1.1490
ONH Plus (Haji Khusus) Mulai US$ 5.900
Informasi selengkapnya ada di:
http://www.media-islam.or.id
Ingin belajar Islam?
Kirim email ke: syiar-islam-subscr...@yahoogroups.com


Jual Rumah Baru di Otista Kampung Melayu Jakarta Timur Rp 650 juta. Info: 
http://agusnizami.wordpress.com


      
___________________________________________________________________________
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

Kirim email ke