Itu semua gara2 demokrasi formalitas yang tanpa etika yang dipraktekkan di indonesia. Bukan hanya keluarga sby, tp juga keluarga megawati, yang anaknya ujug2 bs jadi salah satu ketua di pdi dan anggota dpr. Anaknya gus dur yang lgsg jadi pengurus tetas pkb bahkan pernah jadi staf ahli ptesiden sby. Bukan krn mudanya, tp apa prestasi kongkritnya selama ini. Karena itu sangat perlu adanya pendidikan politik yang benar kepada rakyat. Tanpa ada pddkn politik yang benar, siapa saja yg jadi presiden tdk akan ada prbhn. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT
-----Original Message----- From: rifky pradana <rifkyp...@yahoo.com> Sender: ekonomi-nasional@yahoogroups.com Date: Mon, 23 Aug 2010 16:13:49 To: <ekonomi-nasional@yahoogroups.com>; <eramus...@yahoogroups.com>; <forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com>; <indonesia-ris...@yahoogroups.com>; <mediac...@yahoogroups.com>; <nongkrong_bare...@yahoogroups.com>; <ppiin...@yahoogroups.com>; <sab...@yahoogroups.com>; <syiar-is...@yahoogroups.com>; <wartawan-indone...@yahoogroups.com>; <wartawanindone...@egroups.com>; <zama...@yahoogroups.com> Reply-To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com Subject: [ekonomi-nasional] Jalan Rintisan Trah Cikeas Siapa rupanya Edhie Baskoro Yudhoyono yang masih berusia hampir 30 tahun ini ?. Tiba-tiba kok sudah bisa menjadi sekretaris jenderal DPP Partai Demokrat ?. Anak bungsu SBY dan Kristiani Herawati ini biasa dipanggil Ibas. Anda-anda yang masih punya akal sehat, apakah mungkin Ibas menjadi sekjen PD kalau bapaknya bukan seorang presiden yang sedang menjabat ?. Dalam link ini, tim anas lamar ibas , perhatikan bagaimana semua yang mendukung terpilihnya Ibas menjadi sekjen PD tipikal penjilat SBY. Sumbu akal sehat mereka pendek. Nurani mereka menguap begitu saja. Tak ada lagi rasa malu mempertontonkan nafsu menjadi penguasa dan dekat kepada penguasa yang sedang berkuasa. Mengkuatirkan melihat perkembangan prilaku barisan pro-SBY yang terjadi belakangan ini. Barisan pro-SBY ini menyuburkan kembali apa yang dulu mati-matian hendak diberangus di negeri ini : KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Korupsi masih menjadi keprihatinan publik di negeri ini walau belakangan telah berubah sekedar menjadi jargon murahan yang bombastis sebab pemerintah dengan seenak perutnya saja bisa membebaskan koruptor dari penjara dengan alasan kemanusiaan bertamengkan grasi di peringatan kemerdekaan. Media massasudah jarang bahkan mempergunakan istilah KKNyang dulu sangat terkenal di masa rezim Soeharto. Yang paling terkenal sekarang ini adalah : Korupsi. KKN Mewabah Kembali . Perhatikan, KKN kembali mewabah tetapi nampaknya banyak penduduk negeri tidak sadardan bisa jadi tidak peduli. Anak semuda dan seimut Ibas sudah menjabat sebagai sekjen sebuah partai paling besar di Indonesiasekarang ini. Ibas, anak SBY yang masih berusia hampir 30 tahun sudah menjadi sekjen PD. Apa maksudnya ini ?. Inikah hasil dari pemikiran SBY tentang regenerasi kepemimpinan itu ?. Oh, jadi maksudnya regenerasi dari ayah kepada anak juga ternyata. Hhhmmm. Andi Mallarangeng yang tidak lolos menjadi ketua umum PD mendapat jatah empuk sebagai seorang menteri. Anas Urbaningrum dipasangkan sebagai ketua umum dan lolos. Ini nampak penting untuk membuat hasil akhir nampak manis : Anas yang masih muda (40) sebagai ketua umum dan Ibas yang masih bau kencur dalam dunia perpolitikan Indonesia(30) menjadi sekjen. Keduanya masih muda. Berbagai ucapan selamat berdatangan dari kolega SBY atas terpilihnya Anas sebagai pemimpin muda di PD. Baru mulai masuk di periode kedua dan terakhir sebagai presiden, anak bungsu SBY sudah menjabat sebagai sekjen PD. Kalau sempat ada perpanjangan menjadi tiga periode atau bahkan lebih, sudah bukan hal aneh untuk memprediksikan akan berlangsung Rezim Soeharto Edisi-II. Masih untung warga Indonesiasebab anak-anak SBY dan Kristiani Herawati tidak sebanyak anak-anak Soeharto. Semakin banyak anak-anak pejabat setingkat presiden apalagi kalau menjabat lama maka semakin merepotkan seluruh negeri karena permintaan mereka terhadap orang tua bisa macam-macam atau sebaliknya, desain orang tua mereka pada anak-anak mereka itu bisa juga super macam-macam. *** KKN Mewabah Kembali; Cepat Nian Ibas Menanjak http://sosbud.kompasiana.com/2010/08/24/kkn-cepat-nian-ibas-menanjak/ *** Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), punya cara unik dalam melicinkan jalan bagi kedua putranya di pentas nasional. Agus Harimurti Yudhoyono, terprogram mengikuti jejak karir ayahnya di kemiliteran. Sementara Edhie Baskoro alias Ibas, kini berhasil diposisikan sebagai politisi muda tersohor, dengan jabatan strategis di Partai paling berpengaruh di negeri ini. Jalan menanjak dan mulus yang dilalui Agus dan Ibas, makin memperjelas keberhasilan SBY dan Ani Yudhoyono sebagai pasangan suami istri yang menakjubkan. Dengan sedikit menyentil, “inilah prestasi sukses keluarga penguasa Indonesiamasa kini”. Perjalanan hidup dua putra presiden yang cemerlang itu memberi motivasi dan sekaligus renungan bagi publik. Setidaknya, kehadiran mereka tidak lepas dari sumbangan pengaruh kekuasaan yang melekat pada SBY dan istrinya. Dan tidak berlebihan, jika saya menyebutnya “dua putra Indonesia, made in Cikeas”. Bagi anak-anak muda Indonesiapengangguran dan tak bernasib mujur, berbesar hatilah untuk menerima keberhasilan kedua putra terbaik Cikeas itu. Anggaplah, apa yang diraih oleh Ibas dan Agus adalah takdir dan keberuntungan. Selebihnya, tetaplah kalian berdiri setia di luar panggung kekuasaan negara sebagai penonton…? Bicara tentang dua arjuna kebanggaan SBY dan Ani Yudhoyono, mengingatkan kita kepada putra-putri Soeharto yang sempat berjaya di masanya. Dan ada beberapa kemiripan diantara kedua keluarga berdarah Jawa tersebut. Yakni, anak-anak penguasa itu sama-sama terjun dan mengambil bagian strategis di ruang publik. Sebut saja, Mbak Tutut, Bambang Trihatmojo dan Tommy Soeharto, sempat menjadi pengurus di organisasi Partai berkuasa, Golkar. Dari ketiga generasi Candana itu, Mbak Tutut merupakan salah satu yang paling agresif dan menonjol mewakili kepentingan politik penguasa Soeharto. Yang kemudian dipenghujung kejayaan Orba, karir politiknya merosot tajam akibat tersapu oleh badai reformasi. Karir anak-anak Soeharto, dari sisi waktu dan proses kematangannya tidak sehebat Ibas dipanggung politik masa kini. Pemuda kelahiran 1982 ini, secara mengejutkan tampil sebagai Anggota DPR, dan dalam waktu yag tidak lama ia mengais keberuntungan selaku Sekjend Partai Demokrat. Lompatan karir politik yang luar biasa. Dan lagi-lagi tidak lepas dari campur tangan SBY sebagai penguasa mutlak Partai Demokrat. Fenomena kemunculan politisi muda Cikeas itu, seolah mengisyaratkan kepada publik bahwa kecanggihan mesin politik berbasis demokrasi sedang bergerak dengan watak kekuasaan, “dari dan untuk mereka”. Yakni, sebuah model politik ala pendekatan dinasti dengan silsila: “Dari bapak lalu ke istri, ke anak, ke cucu, ke cici dan seterusnya..”. Dan ironinya, rakyat hanya bisa mengatakan, “Okelah kalau begitu…!”. Lepas dari karir keberhasilan putra Cikeas, ada satu hal yang sampai saat ini masih menjadi pertanyaan masyarakat luas : Kapan Ibas punya teman wanita yang sah untuk tidur se-rajang dengannya ?. Kepastian calon istri putra mahkota Cikeas, sangat dinantikan oleh publik. Setidaknya, jika Ibas beristri maka bertambah satu lagi putri Cikeas yang kemungkinan akan terjun bersamanya di gelangang Pemilu 2014. Wow, makin lengkap dan sempurna sudah proyek siluman bernama “POLITIK PENCITRAAN”. *** Ibas Seranjang dengan Siapa ? http://politik.kompasiana.com/2010/08/24/ibas-seranjang-dengan-siapa/ *** Salah satu hal yang menarik dari Kompas.com kemarin adalah tentang Ibas Sekjen Partai Demokrat. Disitir bahwa Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas didapuk menjabat Sekretariat Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat 2010-2015 di bawah kepemimpinan Ketua Umum Anas Urbaningrum. Kepastian posisi putra Susilo Bambang Yudhoyono tersebut disampaikan mantan juru bicara Tim Sukses Anas, Saan Mustopa,(Kompas, 15/6/2010). Pemastian ini juga sekaligus menjawab teka-teki akan restu SBY yang dari dulu selalu menampik untuk menampilkan anggota keluarganya di pentas utama panggung perpolitikan negeri ini. Sang Yudhoyono Junior pun mengakui jika dirinya masih kader Balita atau kader junior ketika namanya disebut-sebut sebagai kandidat Ketua Umum Partai Demokrat (PD) beberapa waktu lalu (Kompas, 27 Maret 2010). Jika dibanding-bandingkan dengan sekjen partai-partai besar lainnya, maka sosok yang ada kalaupun masih berusia muda hampir semuanya sudah kenyang makan asam garam dalam hiruk pikuk dunia politik, sebut misalnya Anis Matta, yang sudah hampir lestari menjadi sekjen PKS meski Ketum/Presidennya sudah bergonta-ganti, atau Idrus Marham di Golkar, apatah lagi Sekjen PDIP Pramono Anung. Meski masih junior, pendapukan Ibas dalam posisi senior ini mengisyaratkan keberlanjutan dinasti politik Yudhoyono. Banyak pihak menganggap bahwa tampilnya Ibas sebagai sekjen tak lebih karena marga Yudhoyono yang disandangnya, dan sekaligus menambah warna politik dinasti di Indonesia. Ada Puan Maharani di PDIP, Yenny Wahid di PKB, Mumtaz Rais di PAN. Gejala yang sama dahulu ketika putra-putri Soeharto juga berperan penting dalam Partai Golkar. Arbi Sanit, pengamat politik UI adanya kecenderungan politik keluarga, bahkan dinasti, mewarnai perekrutan tokoh politik di Indonesia. Gejala ini menurutnya amat berbahaya dan harus ditolak karena belum terbangunnya tradisi berdemokrasi yang baik. Sebenarnya fenomena seperti ini tidak hanya ada di Indonesia. Di sejumlah negara, seperti di Amerika Serikat, Filipina, India, Inggris dan Pakistan juga ada dinasti politik, contohnya Keluarga Kennedy atau Bush di US, Churchill di UK, Gandhi atau Nehru di India, Arroyo atau Aquino di Filipina, Bhutto di Pakistan. Trah atau klan keluarga-keluarga ini cukup diperhitungkan sebagai kekuatan berpengaruh dalam perpolitikan di negeri-begeri yang bersangkutan. Hal yang mungkin membedakan Ibas dengan politisi muda dari dinasti politik yang ada di Indonesiaadalah tambahan pendidikan formalnya yang terkait dengan dunia politik yang semuanya diraih di luar negeri. Dari rekor kepustakaan presiden, Ibas yang kealhiran Bandung, 24 November 1980 ini menggondol gelar ganda pada tahun 205 dari Curtin University of Technology (Australia) : Bachelor of Commerce Finance dan Electronic Commerce, pada 26 Februari 2005. Lalu berlanjut di tahun 2007, Ibas meraih gelar Master of Science dalam bidang International Political Economy di S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University (Singapura) dengan disertasi tentang analisa pada dua faktor ekonomi penting di Indonesia yaitu pengangguran dan kemiskinan, serta bagaimana upaya menyelesaikannya. Yenny Wahid misalnya Sarjana desain dan komunikasi visual dari Universitas Trisakti dan Master dari HarvardUniversity, atau Puan Maharani yang jebolan Universitas Indonesia. Meski demikian Yenni dan Puan sudah lama menyertai Mega dan Gus Dur dalam berbagai urusan partai dan negara, mereka berdua bukalah kader balita dari partainya PKB atau PDIP. Kembali ke soal penunjukan Ibas sebagai Sekjen PD, Konon ada tiga alasan utama pendapukan sang Yudhoyono Junior : Pertama karena keberhasilan Ibas seabgai Ketua Steering Committee yang menghantarkan Kongres Nasional II Partai Demokrat berjalan sukses dan demokratis. Alasan kedua adalah kapasitas Ibas Yudhoyono yang sudah cukup memadai. Ketiga adalah alasan regenerasi. “Ibas punya kapasitas, tidak ada kaitan beliau putra Presiden. Murni pertimbangan kapasitas,” kata Saan Mustop, mantan juru bicara Tim Sukses Anas Urbaningrum. Duet Anas Urbaningrum dan Ibas Yudhoyono ini merupakan pasangan elite partai termuda baik sebagai Ketua Umum dan Sekjen partai. Suatu catatan sejarah baru dalam perjalanan panjang partai-partai di Indonesia yang mungkin merupakan resep SBY yang terakhir dalam mempersiapkan Partai Demokrat atau Dinasti Yudhoyono untuk tetap dapat bersinar dalam kehidupan berpolitik Indonesia di masa mendatang. Sebagaimana makna “Baskoro” yang merupakan nama tengah sang Yudhoyono Junior yang diambil dari dunia pewayangan yang dapat diartikan sebagai senjata pamungkas, sinar matahari, atau sumber kehidupan. *** Ibas: Kisah Sang Yudhoyono Junior di Posisi Senior PD http://politik.kompasiana.com/2010/06/16/ibas-sang-yudhoyono-junior-di-posisi-senior-pd/ *** “Justice must be brought to all Indonesian citizens without discrimination in any form,” kata SBY. (Dari: strokes) Nah, ketahuan latar belakang mengapa presiden yang terhormat itu memberikan grasi kepada ratusan koruptor yang telah menghancurleburkan negeri ini. Hhhmmm. Grasi adalah hal biasa bagi para terhukum setiap peringatan hari kemerdekaan di republik ini. L ogika SBY: koruptor yang masuk penjara itu juga warga negara Indonesia, sebab itu mereka juga berhak mendapatkan grasi. Sang besan presiden yang sekarang ini, Aulia Pohan yang juga koruptor walau ketua DPR yang semakin tidak terhormat itu mengatakan bahwa Pohan yang satu ini bukan koruptor, sudah bisa bebas menikmati bahkan hujan sehingga dia bisa berhujan-hujan segala di luar rumahnya. Bagi yang harus mondok di penjara, bahkan berada di luar ruangan berhujan-hujan pun adalah sebuah berkat. Jadi bagi Anda yang belum masuk penjara, silahkan nikmati alam terbuka baik sedang hujan deras atau panas terik secara bebas mumpung masih gratis dan bisa. Mengorupsi Hukuman ParaKoruptor. SBY sebagai presiden yang sudah sejak awal berjanji-berjinja memberantas korupsi di negeri ini melakukan tindakan yang berbalikan. Bahkan para pemimpin agama (Islam) pun sudah sampai pada pemikiran untuk tidak menshalatkan mayat para koruptor. Parapemimpin agama malah bisa lebih tegas memperlakukan koruptor; SBY kalah jauh. Membebaskan para koruptor pada peringatan kemerdekaan adalah sebuah tindakan penistaan terhadap martabat bangsa ini; sebuah tindakan yang sangat kontradiktif dalam proses penyehatan mental bobrok yang sudah menjalar di seluruh lapisan kehidupan warga negara di republik ini. Cuma ya, itu tadi, dengan plintir sanaplintir sini, dengan kata bombatis dari presiden, nampaklah bahwa seolah-olah, bahkan grasi bagi para koruptor itu adalah sebuah tindakan keadilan. Kupas saja ke lapisan yang labih dalam maka akan nampak betapa bombastis pembelaan yang mengatakan : Justice must be brought to all Indonesian citizens without discrimination in any form. Perhatikan saja tanggapan masyarakat dan pihak-pihak yang pro rakyat terhadap ungkapan bombastis dan tindakan mengenaskan membebaskan koruptor yang terjadi tahun ini yang melihat betapa janggal prilaku SBY sebagai seorang presiden yang berjanji memberantas koruptor. Marzuki Alie bertindak menjilat presiden bahkan dengan mengatakan Aulia Pohan bukan koruptor walaupun Aulia Pohan jelas dihukum sebagai seorang koruptor. Mentang-menting satu partai dengan SBY apa ya ?. Pemerintah yang aneh yang bahkan bertindak mengorupsi hukuman para koruptor. Apa namanya itu kalau bukan mengorupsi ?. Bahasa bombastisnya memang grasi tetapi grasi dalam konteks pembebasan koruptor adalah sebuah tindakan koruptif !. *** Hukuman Koruptor Pun Dikorupsi http://sosbud.kompasiana.com/2010/08/23/mengorupsi-hukuman-para-koruptor/ *** “Pak Aulia Pohan bukan koruptor, dia besan SBY loh harus kita hormati”, kata Ruhut Sitompul. “Bahkan kalau ditanya kepada kader PD bagi saya yang dialami Pak Aulia, dia korban penzaliman. Tidak ada satu perak pun beliau ambil”, kata Ruhut Sitompul. Demikian yang disampaikan oleh Ruhut Sitompul, anggota DPR sekaligus jubir partai Demokrat, di Gedung DPR pada hari Senin tanggal 23 Agustus 2010, yang meminta masyarakat untuk berhenti memvonis Aulia Pohan sebagai koruptor. Ruhut juga mengatakan bahwa Aulia Pohan adalah besan Presiden SBY yang harus dihormati. Senada dengan pernyataan Ruhut Sitompul itu, Marzukie Ali yang Ketua DPR sekaligus Wakil Ketua Dewan Pembina partai Demokrat juga mengatakan bahwa besannya Presiden SBY (Aulia Pohan) bukan koruptor. “Yang bersangkutan hanya mengambil kebijakan, tidak menguntungkan dirinya, dia tidak mengambil uang sepeserpun”, tambah Marzuki Ali. “Pak Aulia Pohan juga bukan koruptor, hanya terkena pasal ikut serta saja kok. Orang itu tidak mencuri untuk kepentingan pribadi”, kata Marzuki Alie di Gedung DPR pada hari Rabu tanggal 23 Agustus 2010. Namun mengenai Aulia Pohan itu di jajaran pejabat KPK mempunyai pendapat yang berbedadengan kedua petinggi partai Demokrat itu. “Kasusnya sepenuhnya sudah melalui proses pengadilan. Aulia sudah divonis bersalah pengadilan, dan dia dijerat UU Tindak Pidana Korupsi”, kata juru bicara KPK, Johan Budi pada hari Senin tanggal 23 Agustus 2010. Entah mana yang benar, namun yang jelas, berkat pemberian remisi yang diberikan oleh pemerintah pimpinan Presiden SBY, maka Aulia Pohan pada tanggal 18 Agustus 2010 telah dapat dibebaskan dari hukuman penjaranya. Dan, pada hari Jumat tanggal 20 Agustus 2010 sudah bisa berbuka puasa bersama dengan menantunya, Agus Harimurti Yudhoyono, di rumah kediaman Aulia Pohan. Bahkan pada hari Sabtu tanggal 21 Agustus 2010 juga sudah bisa menghadiri dan turut memeriahkan acara pesta ulang tahun Aira, cucunya yang sekaligus juga cucu pertama Presiden SBY. Dan terlepas dari antara pendapatnya KPK atau pendapatnya para petinggi partai Demokrat, tentunya tak harus sampai mengganggu kegembiraan acara ulang tahun tersebut, yang disamping dihadiri oleh Aulia Pohan juga dihadiri oleh ibu Negara, ibu Ani Yudhoyono. Wallahualambishshawab. * * Artikel dengan tema terkait dapat dibaca di : Kado Ulang Tahun buat Aira Yudhoyono ,Reuni Keluarga Presiden SBY , Momentum Pencitraan yang Tepat * Artikel dengan tema Polhukam dapat dibaca di : Referendum Masa Jabatan Presiden , SBY: Anak Tunggal yang Charming , SBY kacung Amrik ? , Terapi Narsisme SBY * Artikel dengan tema Sosek dapat dibaca di : Fakta Baru Ledakan Tabung Elpiji , Ledakan Tabung LPG = Ledakan Kenaikan Harga , Surat Keluhan buat Presiden SBY * Gambar foto ilustrasi dicopypaste dari sini dan sini serta sini . *** Demokrat: Besan SBY bukan Koruptor http://hukum.kompasiana.com/2010/08/24/demokrat-besan-sby-bukan-koruptor/ *** [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]