Berbahasa Indonesia yang baik..

Tempo Edisi. 25/XXXVII/11 - 17 Agustus 2008
Bahasa

Kritisi dan Fundamental

Sori Siregar

*  Penulis cerita pendek

KEKELIRUAN atau salah kaprah sangat banyak ditemukan dalam penggunaan
bahasa Indonesia. Akibatnya, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) saya
sampai lusuh karena begitu seringnya saya membukanya, agar dapat berbahasa
Indonesia dengan benar. Ini saya lakukan agar orang yang salah kaprah
dalam berbahasa Indonesia tidak bertambah jumlahnya.

Misalnya, ada orang yang mengatakan "mengkritisi", padahal yang
dimaksudkannya adalah "mengeritik". Kita beralasan untuk terkejut dan
kecewa, karena kekeliruan seperti itu juga sering terjadi di kalangan kaum
terpelajar kita baik ketika mereka menulis maupun pada saat berbicara.
Seorang cendekiawan, dalam sebuah acara talk show di sebuah stasiun
televisi, dengan yakin mengucapkan kata "mengkritisi". Mungkin, banyak
orang yang mulai lupa kepada bahasa Indonesia karena terlalu lama belajar
di luar negeri. Atau memang mereka tidak begitu peduli dengan bahasa
Indonesia.

Akibatnya mereka tidak tahu lagi apa bedanya "kritik", "kritikus", dan
"kritisi". Karena itu, dengan yakin mereka mengatakan "mengkritisi",
sedangkan yang mereka maksudkan adalah "mengeritik". Mengapa ini dapat
terjadi? Tampaknya, mereka salah rujukan. Ketika mereka ingin menggunakan
kata "kritik", mereka merujuk pada kamus bahasa Inggris, bukan pada kamus
bahasa Indonesia.

Dasar pemikiran orang yang berbahasa salah kaprah itu mungkin seperti ini.
Dalam bahasa Inggris, "kritik" disebut "criticism". Jadi, jika kata benda
ini dijadikan kata kerja, pemakai hanya perlu memberikan awalan "me",
sehingga lahirlah kata kerja gado-gado "meng-criticism". Mungkin pula kata
yang dirujuk adalah "criticize". Setelah kata ini diberi awalan "me",
lahirlah kata baru, yaitu "meng-criticize". Kemudian kata inilah yang
dinasionalisasi menjadi "mengkritisi".

Sejauh yang saya ketahui, makna "kritik" belum berubah, yaitu ke-caman
atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian atau pertimbangan baik-buruk
terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Arti "mengeritik"
juga masih tetap mengemukakan kritik atau mengecam. Begitu juga dengan
kata "kritikus" dan "kritisi". Kritikus adalah orang yang ahli dalam
memberikan pertimbangan (pembahasan) tentang baik-buruknya sesuatu,
sedangkan yang dimaksudkan dengan kritisi adalah kaum kritikus. Itu
menurut KBBI.

Karena terlalu sering merujuk kepada kamus bahasa Inggris, tidak jarang
pula kita memberi awalan "me" atau "di" di depan kata-kata bahasa Inggris
yang lain tanpa mengubah kata yang diberi awalan itu. Artinya, kita tetap
mempertahankan kata gado-gado. Karena itu, tidaklah mengherankan jika kita
menemukan kata-kata seperti men-training atau di-training, men-sweeping
atau di-sweeping, di-briefing atau mem-briefing, di-backing atau
mem-backing, dan men-support atau di-support. Kekeliruan mungkin akan
terus terjadi jika kita selalu merujuk pada kamus bahasa Inggris, padahal
yang ingin kita ketahui adalah bahasa Indonesia.

Kalau Anda memperhatikan dengan cermat, dalam tulisan-tulisan tentang
ekonomi di surat kabar atau majalah mungkin Anda pernah menemukan kata
"fundamental" dalam kalimat seperti ini, "fundamental ekonomi Indonesia
kuat, karena itu tak perlu khawatir".

Sebenarnya, agak aneh jika warga Indonesia tidak mengetahui apa bedanya
"fundamen" dan "fundamental". Fundamen adalah kata benda atau nomina,
sedangkan fundamental adalah kata sifat atau adjektiva. Berdasarkan sifat
kata yang digunakan kalimat yang disebutkan tadi, seharusnya ditulis
"fundamen ekonomi Indonesia kuat, karena itu tak perlu khawatir".

Menurut KBBI, adjektiva "fundamental" adalah bersifat dasar (pokok), atau
mendasar. Kamus ini memberi contoh dengan kalimat: "Iman merupakan suatu
hal yang sangat fundamental di dalam kehidupan manusia". Dalam bahasa
Indonesia, kata "fundamental" tidak dapat dianggap sebagai kata benda.

Lain halnya dalam bahasa Inggris. Selain sebagai kata sifat, "fundamental"
dianggap sebagai kata benda. Sebagai kata sifat, "fundamental" bermakna of
or forming a foundation, of great importance, serving as a starting point.
Dalam posisinya sebagai kata benda, "fundamental" berarti essential part.
Karena itu, dalam bahasa Inggris dapat ditulis "the fundamentals of
mathematics". Jika kata-kata ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
secara harfiah, artinya fundamental matematika.

Analog dengan ini, semestinya ada kata-kata "the fundamental of
economics", yang artinya kira-kira sama dengan fundamental ekonomi. Konon,
begitulah dasar pemikiran sejumlah ekonom di negeri ini sehingga mereka
tetap menggunakan kata-kata "fundamental ekonomi" walaupun yang mereka
maksudkan fundamen atau dasar-dasar ekonomi.

Kata-kata "the fundamental of mathematics" ini saya kutip dari Oxford
Advanced Learner's Dictionary of Current English susunan A.S. Hornby, A.P.
Cowie, dan A.C. Gimson yang diterbitkan Oxford University Press, Oxford,
Inggris.

Dalam debat pemilihan kepala daerah Jawa Timur yang disiarkan sebuah
stasiun televisi pada 19 Juli 2008, calon gubernur Chofifah Indar
Parawansa mengatakan akan me-manage pemerintahannya dengan baik jika ia
terpilih menjadi gubernur. Ibu Chofifah tidak dapat disalahkan karena
bukan ia yang merintis penggunaan kata "me-manage" itu. Ia hanya mengulang
apa yang pernah dikatakan pendahulunya.

Kekeliruan seperti ini seharusnya dikurangi. Karena itu, saya bertekad
tidak akan pernah menulis seperti ini: "Minggu depan setelah me-write
sebuah artikel, saya akan men-send-nya ke majalah Tempo".





 Wahyu W. Basjir

 Transparency Specialist

 Australia-Indonesia Partnership for Reconstruction and Development (AIPRD)

 Local Governance and Infrastructure for Communities in Aceh (Logica)
Project

 Jl. Kebun Raja No. 2

 Ie Masen, Ulee Kareng

 Banda Aceh

 Phone: 081377072131

 Fraud hotline: 08126991695





[Non-text portions of this message have been removed]



Tempo Edisi. 25/XXXVII/11 - 17 Agustus 2008

Bahasa

Kritisi dan Fundamental

Sori Siregar

* Penulis cerita pendek

KEKELIRUAN atau salah kaprah sangat banyak ditemukan dalam penggunaan bahasa
Indonesia. Akibatnya, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) saya sampai lusuh
karena begitu seringnya saya membukanya, agar dapat berbahasa Indonesia
dengan benar. Ini saya lakukan agar orang yang salah kaprah dalam berbahasa
Indonesia tidak bertambah jumlahnya.

Misalnya, ada orang yang mengatakan "mengkritisi", padahal yang
dimaksudkannya adalah "mengeritik". Kita beralasan untuk terkejut dan
kecewa, karena kekeliruan seperti itu juga sering terjadi di kalangan kaum
terpelajar kita baik ketika mereka menulis maupun pada saat berbicara.
Seorang cendekiawan, dalam sebuah acara talk show di sebuah stasiun
televisi, dengan yakin mengucapkan kata "mengkritisi". Mungkin, banyak orang
yang mulai lupa kepada bahasa Indonesia karena terlalu lama belajar di luar
negeri. Atau memang mereka tidak begitu peduli dengan bahasa Indonesia.

Akibatnya mereka tidak tahu lagi apa bedanya "kritik", "kritikus", dan
"kritisi". Karena itu, dengan yakin mereka mengatakan "mengkritisi",
sedangkan yang mereka maksudkan adalah "mengeritik". Mengapa ini dapat
terjadi? Tampaknya, mereka salah rujukan. Ketika mereka ingin menggunakan
kata "kritik", mereka merujuk pada kamus bahasa Inggris, bukan pada kamus
bahasa Indonesia.

Dasar pemikiran orang yang berbahasa salah kaprah itu mungkin seperti ini.
Dalam bahasa Inggris, "kritik" disebut "criticism". Jadi, jika kata benda
ini dijadikan kata kerja, pemakai hanya perlu memberikan awalan "me",
sehingga lahirlah kata kerja gado-gado "meng-criticism". Mungkin pula kata
yang dirujuk adalah "criticize". Setelah kata ini diberi awalan "me",
lahirlah kata baru, yaitu "meng-criticize". Kemudian kata inilah yang
dinasionalisasi menjadi "mengkritisi".

Sejauh yang saya ketahui, makna "kritik" belum berubah, yaitu ke-caman atau
tanggapan, kadang-kadang disertai uraian atau pertimbangan baik-buruk
terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Arti "mengeritik" juga
masih tetap mengemukakan kritik atau mengecam. Begitu juga dengan kata
"kritikus" dan "kritisi". Kritikus adalah orang yang ahli dalam memberikan
pertimbangan (pembahasan) tentang baik-buruknya sesuatu, sedangkan yang
dimaksudkan dengan kritisi adalah kaum kritikus. Itu menurut KBBI.

Karena terlalu sering merujuk kepada kamus bahasa Inggris, tidak jarang pula
kita memberi awalan "me" atau "di" di depan kata-kata bahasa Inggris yang
lain tanpa mengubah kata yang diberi awalan itu. Artinya, kita tetap
mempertahankan kata gado-gado. Karena itu, tidaklah mengherankan jika kita
menemukan kata-kata seperti men-training atau di-training, men-sweeping atau
di-sweeping, di-briefing atau mem-briefing, di-backing atau mem-backing, dan
men-support atau di-support. Kekeliruan mungkin akan terus terjadi jika kita
selalu merujuk pada kamus bahasa Inggris, padahal yang ingin kita ketahui
adalah bahasa Indonesia.

Kalau Anda memperhatikan dengan cermat, dalam tulisan-tulisan tentang
ekonomi di surat kabar atau majalah mungkin Anda pernah menemukan kata
"fundamental" dalam kalimat seperti ini, "fundamental ekonomi Indonesia
kuat, karena itu tak perlu khawatir".

Sebenarnya, agak aneh jika warga Indonesia tidak mengetahui apa bedanya
"fundamen" dan "fundamental". Fundamen adalah kata benda atau nomina,
sedangkan fundamental adalah kata sifat atau adjektiva. Berdasarkan sifat
kata yang digunakan kalimat yang disebutkan tadi, seharusnya ditulis
"fundamen ekonomi Indonesia kuat, karena itu tak perlu khawatir".

Menurut KBBI, adjektiva "fundamental" adalah bersifat dasar (pokok), atau
mendasar. Kamus ini memberi contoh dengan kalimat: "Iman merupakan suatu hal
yang sangat fundamental di dalam kehidupan manusia". Dalam bahasa Indonesia,
kata "fundamental" tidak dapat dianggap sebagai kata benda.

Lain halnya dalam bahasa Inggris. Selain sebagai kata sifat, "fundamental"
dianggap sebagai kata benda. Sebagai kata sifat, "fundamental" bermakna of
or forming a foundation, of great importance, serving as a starting point.
Dalam posisinya sebagai kata benda, "fundamental" berarti essential part.
Karena itu, dalam bahasa Inggris dapat ditulis "the fundamentals of
mathematics". Jika kata-kata ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
secara harfiah, artinya fundamental matematika.

Analog dengan ini, semestinya ada kata-kata "the fundamental of economics",
yang artinya kira-kira sama dengan fundamental ekonomi. Konon, begitulah
dasar pemikiran sejumlah ekonom di negeri ini sehingga mereka tetap
menggunakan kata-kata "fundamental ekonomi" walaupun yang mereka maksudkan
fundamen atau dasar-dasar ekonomi.

Kata-kata "the fundamental of mathematics" ini saya kutip dari Oxford
Advanced Learner's Dictionary of Current English susunan A.S. Hornby, A.P.
Cowie, dan A.C. Gimson yang diterbitkan Oxford University Press, Oxford,
Inggris.

Dalam debat pemilihan kepala daerah Jawa Timur yang disiarkan sebuah stasiun
televisi pada 19 Juli 2008, calon gubernur Chofifah Indar Parawansa
mengatakan akan me-manage pemerintahannya dengan baik jika ia terpilih
menjadi gubernur. Ibu Chofifah tidak dapat disalahkan karena bukan ia yang
merintis penggunaan kata "me-manage" itu. Ia hanya mengulang apa yang pernah
dikatakan pendahulunya.

Kekeliruan seperti ini seharusnya dikurangi. Karena itu, saya bertekad tidak
akan pernah menulis seperti ini: "Minggu depan setelah me-write sebuah
artikel, saya akan men-send-nya ke majalah Tempo".

Wahyu W. Basjir

Transparency Specialist

Australia-Indonesia Partnership for Reconstruction and Development (AIPRD)

Local Governance and Infrastructure for Communities in Aceh (Logica)
Project

Jl. Kebun Raja No. 2

Ie Masen, Ulee Kareng

Banda Aceh

Phone: 081377072131

Fraud hotline: 08126991695

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke