Bambang, Syafri dan yang lainnya. saya coba menyatukan beberapa email dari anggota milis ini. Pertama,sebagai tambahan(dari saya), Landmark punya ZMAP yang sangat canggih untuk hitung volume; tetapi yang penting di sini adalah modelnya (sesuai kata Bambang). kalau mau bertitik berat ke data sumurnya saja, yah memang "uncertainty" dan variasinya bisa tinggi. Mungkin data 3D seismic nya bisa di optimalkan penggunaan nya. Mulai dari post-stack processing/inversion/modeling dan mungkin pre-stack processing/inversion/modeling.
Kalau benar porosity adalah yang dominan penyebab variasi dalam perhitungan cadangan model nya maka "biasanya" cukup pakai P-impedance, untuk prediksi porosity distribution. (catatan: P-impedance berbeda dengan acoustic impedance, Paul TA expert dalam bidang ini, kalau tidak salah skripsi dan salah satu papernya di HAGI cerita juga ttg ini) Kalau ada keragu-raguan bahwa bukan hanya porosity yang menyebabkan variasi yang tinggi (maksudnya tidak semua porous zone terisi HC), maka bisa di test dulu (pakai data sumur) P-impedance, dan S-impedance, atau kalau mau kedengaran agak berbau rock-physics, pakai Lambda-rho dan mu-rho. kalau data sumurnya menyatakan positif kedua besaran tsb. bisa dipakai utk memisahkan HC dari yang lain(dalam seismic resolution), maka bisa di "hitung" kedua besaran tsb dari seismik. (ini sesuai dengan yang di tuturkan Paul TA) Jadi yang saya dapat simpulkan dari beberapa email tsb. adalah diperlukannya pembuatan model yang lebih detail (lebih kecil grid intervalnya, istilah nya reservoir simulator). Bisa beberapa cara, salah satu nya yang saya sadur dari Paul TA dan Syafri di atas. Setahu saya Landmark + Halliburton punya metode canggih juga untuk ini, tolong di beritahu dong Bang. Kalau tidak mau di anggap promosi, mungkin teman-teman yang sudah pernah pakai bisa cerita sedikit. fbs --- [EMAIL PROTECTED] wrote: > > > Kang Bambang, > > Apakah sewaktu menghitung OGIP itu menggunakan > porosity yang 5 - 7% tsb?. > Kalau ya, mungkin salah satu penyebab > ketidak-cocokan perhitungan adalah > parameter porosity tsb. > Bisa ditebak, kalau bener itu Schist dkk, maka > komponen porosity merupakan > dual-porosity system dan bukan utama dari matrix > porosity/single porosity. > Fracture porosity bisa dijadikan suspect untuk hal > ini. Electrical log belum > mampu untuk menjawab bagaimana menghitung dual > porosity system ini. > DST data bisa digunakan untuk memperkirakan > 'reasonable' porosity untuk > reservoir ini. > Kasus ini sering terjadi juga di Carbonate > reservoir, yang sering kali > ditingkahi oleh dual porosity system. > > Apakah lgc belum punya tool untuk mendeteksi > penyebaran porous zone?. > Mungkin bisa barter ama si Frenk di Jason, hehehe. > > Syafri > > > > > > Bambang Murti <[EMAIL PROTECTED]> on 01/30/2003 > 09:45:11 AM > > Please respond to [EMAIL PROTECTED] > > To: "Fogri (E-mail)" <[EMAIL PROTECTED]> > cc: (bcc: SYAFRI SYAFAR/MAX) > Subject: [fogri] Model Basement > > > > 'men temen, > Aku punya pertanyaan sedikit nih....mengenai > perhitungan cadangan untuk > basement. > Secara garis besar, konfigurasi basement-nya > membentuk tinggian seperti bola > terpancung, dikelilingi oleh mature kitchen. > 2 sumur yang masuk kezona tersebut di test, keduanya > menghasilkan gas metan > dengan "pengotor" sedikit CO2, N dan H2S. > Sumur yang I, up-dip, masuk ke basement sekitar 250 > m, mud-lognya > mengindikasikan ketebalan kolum gas sekitar 100 m. > Sumur yang kedua, down dip, masuk ke basement > sekitar 50 meteran, mudlog > mengindikasikan high gas reading di TD. > Kedua-duanya menunjukkan basement rocknya adalah > sekis-filit (foliated), ini > dari cuttingnya lho, habis ndak ada terminal > core-nya. > Ekstrapolasi pressure dari DST untuk mengestimasi > free water leveldi kedua > sumur konsisten , menunjukkan FWL berada sekitar 300 > m dibawah top basement > di sumur kedua. Sebagai tambahan, estimasi porositas > di sumur I dengan > sonic-neutron cross plot menunjukkan kisaran 5 - 7 > %, sementara di sumur II > log-nya ndak valid....maklum, sumur tua. Imagery log > (FMI, MAC, dst) belum > diketemukan pada jamannya sumur tersebut dibor. > Seismik 3D nya ada, kualitasnya hanya cukupan untuk > memetakan konfigurasi > basement-nya saja. > Kalau ada yang bisa bantu, untuk mengestimasi volume > gas originally in place > umumnya pakai model yang mana ya, apakah dengan > asumsi model separo bola > dipotong surface FWL-nya atau dengan model "kulit > jeruk", dimana estimasi > ketebalan kolom gas-nya mengikuti konfigurasi > struktur basement tersebut > sebatas 100m (ini dari bacaan total gas di > mudlognya)? > Kedua metode tersebut sudah dilakukan, hanya > (otomatis) hasilnya berbeda > jauh sekaleee. > Tolong donk, kalau ada yang punya pengalaman di > setting geology serupa... > Salam, > > Bambang Satya Murti > > > --------------------------------------------------------------------- > To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] > Visit FOGRI Website: http://fogri.or.id > FOGRI Archive: > http://www.mail-archive.com/fogri%40iagi.or.id/ > --------------------------------------------------------------------- > > > > > > > > > --------------------------------------------------------------------- > To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] > Visit FOGRI Website: http://fogri.or.id > FOGRI Archive: > http://www.mail-archive.com/fogri%40iagi.or.id/ > --------------------------------------------------------------------- > __________________________________________________ Do you Yahoo!? Yahoo! Mail Plus - Powerful. Affordable. Sign up now. http://mailplus.yahoo.com --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit FOGRI Website: http://fogri.or.id FOGRI Archive: http://www.mail-archive.com/fogri%40iagi.or.id/ ---------------------------------------------------------------------