Terima kasih Pak Rumlan tanggapan dan usulan2nya...sudah pernah kami coba. Untuk Demo enggaklah....usulan proposal perbaikan juga sudah kami sampaikan...tapi yaitu tadi Bebal....lha ngurusin sampah seperti ini aja koq sampai tahunan nggak beres2...yach skala kecil Bantar Gebanglah.... Salam Kukuh Kumara
Dwiyatno Rumlan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Setuju pak, memang sikap hidup sebagian warga jabodetabek terhadap sampah, masih sangat kurang. Tadinya saya berfikir ini disebabkan karena ketidak tahuan pentingnya kebersihan lingkungan. Namun ternyata saya salah besar, semua masyarakat itu tahu bahwa membuang sampah sembarangan itu berbahaya bagi kesehatan lingkungan, semua juga sudah tahu bahwa membuang sampah sembarangan juga bisa membuat got tersumbat, ujung-ujungnya banjir. Tapi kenapa pula mereka masih membuang sampah sembarangan ?! Kemudian saya berfikir, mungkin juga mereka berbuat begitu terpaksa karena tidak adanya tempat sampah. Lagi2 assumsi saya, cuma benar 50%, disuatu tempat yang ada tong sampahnya, hanya kira2 50% yang mau membuang sampah ditempat sampah, selebihnya main lempar ke lantai saja, ya disekitar tempat sampah itu. Ini membuat kita kadang2 geleng2 kepala, wong tinggal berjalan 3 langkah ketempat sampah saja kok yo tidak mau. Kemudian saat berkendara di jalanan, sopir2 mikrolet dan mayoritas penumpangnya kalau mbuang sampah ke jalan. Ini membuat saya berfikir, ah, mungkin karena kelas menengah kebawah, jadi pola pikirnya masih naif thd sampah. Lagi2 saya salah, karena ternyata beberapa kali saya pergoki penumpang mobil mewah sekelas camry-alphard-bmw-mercy, masih juga melempar sampah keluar dari jendela mobil seenaknya. Jadinya membuat saya agak ruwet juga memahami pola pikir masyarakat kita ini, kalau pengetahuan jelas sudah ada, undang-undangnya juga jelas ada, kesadaranya mungkin bisa ada kalau dipaksa, tapi yang jelas belum pernah ada adalah sangsi terhadap pelanggaran itu. Saya belum pernah mendengar ada orang yang diajukan kepengadilan karena buang sampah sembarangan, padhahal peraturanya jelas-jelas ada. Jadi mungkin pola pikir sebagian besar masyarakat ini adalah wong buang sampah sembarangan juga tidak diapa-apain aja lho, ngapain repot2 mencari tempat sampah, atau menyediakan bungkus sampah dalam mobil. Ini juga menimbulkan pertanyaan lagi, peraturanya jelas ada, tapi kenapa tidak bisa ditegakkan ?! Kalau begitu apa gunanya dibuat peraturan ?! Atau mungkin juga karena tiadanya aparat yang ditunjuk untuk berwenang ngurusi sampah ini ya ?! Saya turut prihatin thd timbunan sampah yang sudah menjadi pasar sampah di daerah anda pak. Bagaimana kalau dicoba ramai2 masyarakat sekitar protes kepada pembuang sampah disitu, dengan demo dan bersiap untuk ribut. Karena biasanya setelah ribut2 kemudian masuk koran-radio-tipi, barulah itu pejabat2 pemda kelabakan .............. Salam ----- Original Message ----- From: kukuh kumara To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, April 11, 2007 2:29 PM Subject: [TAG] Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Lingkungan Jakarta Buruk Buruknya lingkungan Jakarta berawal dari Pola Pikir yg sudah sekian lama memang juga buruk. Terima kasih mash ada upaya seperti yg dilakukan Unilever, plus fogging Baygon, sedikit membantu, namun tidak menyelesaikn masalah yg mendasar. Sebagai contoh di dekat tempat tinggal saya di jl AUP, Pasar Minggu ada lahan kosong, yg telah beberapa tahun belakangan ini menjadi awalnya Tempat Pembuangan Sampah Sementara namun akhirnya berkembang menjadi Tempat Seleksi Sampah dan penimbunan Sampah yg sangat menganggu lingkungan perumahan disekelilingnya. Dan saat ini juga bertambah dengan munculnya tempat2 jual beli besi bekas & kaleng2 bekas. Setiap musim penghujan bau busuk sampah merebak keseluruh kompleks perumahan disekitarnya, demikian pula disaat kemarau asap pembakaran sampah dan juga asap dari proses pembuatan arang membuat sesak napas bagi penghuni perumahan disekitarnya. Entah sudah berapa kali dilaporkan ke kelurahan dan kecamatan Pasar Minggu, namun tidak ada tindakan nyata dari Pemda. Sementara saat merebaknya penyakit DBD, kompleks2 perumahan di fogging, namun apa artinya kalau sumber masalahnya tidak dibersihkan (TPS)nya dibiarkan tidak terkendali? Kemarin kebetulan saya mengikuti sebuah kendaraan terbuka yg membawa sampah dari daerah diluar Pasar Minggu, ternyata sampah itu dibawa ketempat di Jl. AUP. Dengan kata lain TPS ini diam2 dijadikan TPS dari daerah lain dan PEMDA diam saja. Lalu apa artinya spanduk2 Pemberantasan DBD dibentangkan ....kalau kenyataannya tidak ada tindakan nyata dari Pemda....Masalah ini juga sudah dilaporkan pengurus RT ke Walikota, namun tetap saja tidak ada tindakan. Ini adalah sebagian kecil masalah lingkungan di Jakarta, tentunya masih banyak lagi kasus2 serupa di Jakarta ini.....intinya kebersihan atau apapun lah namanya program yg baik hanya sampai di tingkat "Spanduk" Nol Realisasi.... Salam Kukuh Kumara Totot <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Padahal udah dibantuin sama Unilever-KOMPAS dgn program Bersih2 Jakarta plus program Fogging Baygon..... Gimana sih pemkot DKI? Untuk kesehatan warganya aja gak peduli, gimana urusan lain2 yah? Kalo mo kampanye pilkada aja, buang2 duit pasang banner dimana2... --------------------------------- Bored stiff? Loosen up... Download and play hundreds of games for free on Yahoo! Games. [Non-text portions of this message have been removed]