Menurut saya bagaimana tidak banyak kecelakaan, wong kebanyakan mereka sendiri 
yang menjemput maut. :
- main selap-selip diantara bus, truk, mobil lainnya
- tidak pakai helm
- rem tidak digunakan dengan maksimal
- para pengendara motor senang sekali menggunakan jalur sebelah kanan (kenapa 
ya??)
- sering melanggar rambu2 lalu lintas
- dan lain sebagainya.....

Intinya mental mereka jauh dibawah normal (mencapai minus) jadi selain pihak 
berwajib (polisi) para pengendara motor itu kudunya udah ngarti bahwa bersepeda 
motor bahayanya lebih tinggi dari mobil, makanya mereka kudu extra hati-hati.
Soal perolehan SIM yang mudah itu udah pasti kesalah polisi.....

  ----- Original Message ----- 
  From: Agus Hamonangan 
  To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, January 02, 2008 9:58 AM
  Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Setiap Bulan 300 Pengendara Motor Tewas


  http://www.kompas.com/kompas-cetak/0801/02/metro/4114752.htm
  ======================

  JAKARTA, KOMPAS - Setiap bulan ada sekitar 300 pengendara sepeda motor
  meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas di Jakarta. Penyebab
  utama adalah ketidakdisiplinan para pengendara dalam berkendara.

  Kepala Bidang Kajian Transportasi Universitas Trisakti Fransiscus
  Trisbiantara mengatakan, sebagian besar dari mereka adalah pencari
  nafkah yang tergolong dalam usia produktif. Demikian terungkap dalam
  konferensi pers mengenai evaluasi transportasi di Jakarta selama tahun
  2007 yang diselenggarakan oleh Institut Studi Transportasi (Instran),
  Senin (31/12).

  Kematian pengendara usia produktif itu dikhawatirkan memunculkan
  masalah sosial, yaitu bertambahnya angka penduduk yang terancam
  telantar. Mereka yang telantar adalah keluarga dari korban kecelakaan
  lalu lintas tersebut.

  Kajian yang ditemukan Dewan Transportasi Kota Provinsi DKI Jakarta
  (DTKJ) mengungkapkan, lebih dari 50 persen korban itu tidak memiliki
  surat izin mengemudi (SIM). Oleh karena itu, Trisbiantara menganjurkan
  agar pihak kepolisian lalu lintas meningkatkan razia pengendara motor
  secara berkala.

  Trisbiantara meminta kepolisian memperketat proses pembuatan SIM. Ia
  menilai selama ini pembuatan SIM dianggap terlalu mudah. Dengan
  demikian, siapa pun dapat memperoleh surat izin tersebut tanpa
  memerhatikan keterampilan berkendara calon pemegang SIM.

  Ia juga berharap pemerintah provinsi kembali merancang pembuatan jalur
  khusus sepeda motor yang sempat mengemuka. Menurut dia, jalur khusus
  tersebut sangat diperlukan, mengingat pertumbuhan jumlah pengguna
  sepeda motor yang tidak terkendali.

  Kemacetan

  Mantan anggota Komisi IV DTKJ ini mengatakan, maraknya pembangunan mal
  di sudut persimpangan jalan (junction mall) akan menimbulkan
  titik-titik kemacetan baru jika tidak diperhitungkan kapasitas dan
  arus masuk-keluar kendaraan di mal tersebut. Oleh sebab itu,
  pembangunan mal baru harus disertai dengan perencanaan penataan
  transportasi pada awal pelaksanaan proyek.

  Kemacetan juga bisa dikurangi dengan menata pedagang kaki lima dan
  parkir di badan jalan. Berdasarkan perhitungan Trisbiantara, pedagang
  kaki lima dan parkir mengurangi lebar jalan hingga 30 persen.

  Menanggapi rencana Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo yang akan membangun
  enam ruas jalan tol di tengah kota, Direktur Instran Darmaningtyas
  berpendapat, hal itu tidak akan memecahkan masalah kemacetan.

  Menurut dia, dalam jangka panjang, ketersediaan jalan tol tengah kota
  justru merangsang pengguna jalan untuk membeli kendaraan pribadi. Hal
  itu akan menimbulkan masalah kemacetan yang lebih hebat dalam tiga
  hingga empat tahun ke depan.

  Seharusnya Pemerintah Provinsi DKI mengoptimalkan penggunaan sarana
  transportasi massal yang sudah ada selama ini, misalnya bus jalur
  khusus (transjakarta).

  Kenaikan tarif bus bisa saja dilaksanakan bila sistem keuangan
  perusahaan pengelola sudah terjamin transparansi dan akuntabilitasnya.
  Apabila tarif sudah bisa dinaikkan, subsidi pemerintah dialihkan untuk
  meremajakan bus-bus kota yang ada sehingga pengguna kendaraan pribadi
  mau beralih menggunakan angkutan massal.

  Separator

  Darmaningtyas menyatakan keberatan jika separator jalur bus
  transjakarta dihilangkan. Ia beralasan, meskipun sudah dipasang
  separator, jalur bus khusus itu sudah sering diserobot kendaraan lain.
  "Apalagi kalau tidak ada separator," ujarnya.

  Penyerobotan jalur itu menyebabkan kemacetan bagi angkutan massal yang
  semula dirancang untuk bebas macet itu.

  Darmaningtyas khawatir, orang yang semula sudah bersedia menggunakan
  bus jalur khusus akhirnya berpindah kembali ke kendaraan pribadi
  karena sama-sama mendapat kemacetan. (A07) 



   

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke