yang dimaksud Mas Hilmar Farid adalah kita seharusnya sadar sejarah, karena dengan sadar sejarah kita bisa mengimajinasikan masa depan kita. Banyak loch, dari kita nggak tau sejarah, dan akhirnya terjebak pada alam yang sesungguhnya a-historis dari maksud sejarah dulu bergerak.
Dalam hal ini mas Hilmar sangat cerdas memberikan pencerahan tulisannya. ANTON Ketua Umum Partai Palu Gada > Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Indonesia Miskin Imajinasi > > http://www.kompas.co.id/kompascetak/read.php? cnt=.kompascetak.xml.2008.02.26.01570393&channel=2&mn=12&idx=12 > > Jakarta, Kompas - Bangsa Indonesia saat ini mengalami pemiskinan > imajinasi. Akibatnya, gambaran tentang bangsa ini ke depan menjadi > sulit dirumuskan dan yang muncul hanya pemikiran-pemikiran tentang > teknologi demokrasi, seperti pemerintahan yang baik dan berwibawa, > pemberantasan korupsi, atau pergantian pimpinan. > > Demikian disampaikan sejarawan Hilmar Farid dalam diskusi bulanan yang > membahas pemikiran filsuf-aktivis Castoriadis di Kantor Perhimpunan > Pendidikan Demokrasi di Jakarta, Senin (25/2). > > "Untuk menumbuhkan imajinasi harus ada ruang bagi kreativitas > masyarakat dan sejarah. Harapan dan pemaknaan setiap orang atas sebuah > peristiwa harus dihargai," kata Hilmar. > > Langkah itu harus dilakukan, lanjut Hilmar, karena pemiskinan > imajinasi terjadi sebagai akibat dari sikap represif Orde Baru. Rezim > itu tidak hanya membungkam pemikiran kritis tetapi juga berhasil > menguasai imajinasi warganya. Akibatnya, sebagian masyarakat sekarang > masih ada yang menerima pemikiran rezim tersebut, seperti pelanggaran > hak asasi manusia (HAM) kadang dibutuhkan demi menjaga stabilitas. > > Secara terpisah, guru besar Universitas Airlangga Soetandyo > Wignjosoebroto menuturkan, miskinnya imajinasi ini juga dikarenakan > bangsa Indonesia ter- lalu asyik berpikir tentang masa lampu yang > sebenarnya lebih banyak diisi dengan cerita kekalahan. > > "Saya ingat pendapat budayawan Sutan Takdir Alisyahbana yang > mengatakan modernisasi berarti melihat ke depan. Masa lampau hanya > perlu dijadikan sebagai pelajaran agar kesalahan yang pernah terjadi > tidak kembali terulang," papar Soetandyo. > > Masalahnya, bangsa Indonesia juga tidak selalu bersedia belajar dari > masa lampau. Ini terlihat dari belum diungkapnya sejumlah kasus > pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di masa lampau. > > "Akibatnya, perjalanan bangsa kadang seperti ahistoris dan tanpa > arah," katanya. (NWO) >