Mumpung lagi rame-ramenya kasus KS versus Mittal
Kompas angkat dong kisah Mittal, mulai  berangkat dari India sebagai 
kere sampai ke Surabaya jadi gelandangan disana dan bertemu 
Sinivasan dan menjadi tokoh paling sukses di Inggris seraya lebih 
detil mengupas sepak terjangnya.

Bagaimana Kompas sanggup? Jangan hanya sanggup Bredel Rubrik Asal 
Usul dong....

ANTON


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "Agus Hamonangan" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
http://www.kompas.com/kompascetak.php/read/xml/2008/05/05/01023241/mi
ttal.kami.mitra.paling.tepat
> 
> Privatisasi PT Krakatau Steel sudah diagendakan sejak awal
> pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun, opsi
> privatisasi BUMN ini melalui penawaran saham di bursa seakan 
tergeser
> ketika Arcelor-Mittal menyatakan minat kuat untuk membeli sebagian
> saham KS sebagai mitra strategis.
> 
> Opsi kemitraan strategis dengan konglomerasi baja itu sengit
> diperdebatkan. Belakangan muncul peminat-peminat lain dalam 
kemitraan
> strategis dengan PT Krakatau Steel (KS). Namun, Mittal yang sudah
> menyampaikan minat kepada Presiden dan sejumlah pejabat lain di
> bawahnya tetap diperhitungkan serius.
> 
> Seiring dengan itu, kekhawatiran banyak kalangan terhadap 
penguasaan
> industri strategis, seperti baja, ke pihak asing tak dapat 
diabaikan.
> Proses kemitraan strategis juga kerap menimbulkan gejolak dan 
kerawanan.
> 
> Terkait hal itu, CEO ArcelorMittal Lakshmi N Mittal berusaha 
menepis
> kekhawatiran yang kini berkembang. Berikut petikan wawancara tiga
> media asal Indonesia melalui teleconference dengan Lakshmi Mittal 
(LM)
> di London, Inggris, akhir pekan lalu. Inilah untuk pertama kalinya
> biliuner kelahiran Sadulpur, Rajasthan, India, 15 Juni 1950, itu
> berbicara langsung dengan media asal Indonesia terkait dengan isu
> pembelian saham KS.
> 
> Tanya: Mungkinkah Anda ber-joint venture dengan KS untuk membangun
> pabrik baja baru tanpa membeli saham KS?
> 
> LM: Kami ingin bermitra dengan perusahaan yang sudah eksis di 
Cilegon,
> yakni KS. Kami juga ingin membangun pabrik baja baru melalui joint
> venture dengan KS. Tidak berhenti pada pabrik baja. Kami juga ingin
> menjangkau hulu dengan membangun pertambangan di Kalimantan. Kami
> menginginkan strategi investasi itu berjalan ketiga-tiganya, bukan
> salah satunya. Akan kami lihat bagaimana pandangan Pemerintah
> Indonesia dan KS tentang ini.
> 
> T: Menurut Anda, bagaimana tanggapan Pemerintah Indonesia dan KS
> mengenai rencana itu?
> 
> LM: Sekarang bukan saatnya untuk menebak-nebak. Sekarang saatnya 
kami
> berdialog dengan manajemen KS dan Pemerintah Indonesia. Mari
> bermusyawarah untuk mencapai konsensus.
> 
> T: Sejumlah kalangan menilai Anda membangun bisnis baja melalui
> sederetan akuisisi terhadap perusahaan-perusahaan yang baja yang 
sudah
> eksis, bukan dengan membangun pabrik-pabrik baja itu sendiri. 
Apakah
> Anda merencanakan sesuatu yang berbeda di Indonesia?
> 
> LM: Perusahaan pertama yang saya bangun adalah Ispat Indo di 
Surabaya.
> Itu merupakan greenfield project, dibangun dari nol. Namun, dalam
> 30-40 tahun terakhir, ada perubahan mendasar pada bisnis baja. 
Untuk
> membangun industri baja yang kuat pada abad ini diperlukan 
konsolidasi.
> 
> Akuisisi bukanlah kata yang tepat untuk menggambarkan Arcelor-
Mittal,
> lebih tepat dikatakan sebagai konsolidasi. Dengan berkonsolidasi, 
kami
> melakukan ekspansi atau membangun industri lagi dari nol.
> Arcelor-Mittal secara historis membentuk kombinasi 52 perusahaan. 
Itu
> tidak sama dengan saya mempunyai 52 perusahaan.
> 
> T: Mengapa Anda tidak mengembangkan Ispat Indo di Surabaya, padahal
> Ispat Indo adalah perusahaan baja pertama yang Anda bangun?
> 
> LM: Ispat Indo punya keterbatasan untuk dikembangkan terkait dengan
> lokasinya. Selain itu, Ispat Indo adalah perusahaan keluarga, bukan
> bagian dari Arcelor-Mittal. Ketika Mittal Steel merger dengan 
Arcelor
> pada 2005-2006, ada kesepakatan bahwa semua investasi harus 
dilakukan
> melalui Arcelor-Mittal.
> 
> T: Tahun 1998, Anda pernah mengajukan proposal pada Pemerintah
> Indonesia untuk membeli KS. Ketika itu negosiasi dilakukan 
tertutup,
> tanpa diketahui publik. Apakah kali ini akan berbeda?
> 
> LM: Proses untuk membentuk kemitraan strategis itu bukan kami yang
> menentukan. Proses itu ditentukan oleh Pemerintah Indonesia sebagai
> pemilik KS. Kami sekadar mengikuti. Tahun 1998, Pemerintah 
Indonesia
> ingin bergerak cepat untuk melakukan reformasi. Ternyata cara 
seperti
> itu tidak berhasil. Sekarang situasinya sudah sangat terbuka dan
> transparan. Kami akan mengikuti proses yang ditentukan oleh 
Pemerintah
> Indonesia.
> 
> Saat ini, kami terdaftar dalam tujuh bursa saham. Kami ingin diberi
> kesempatan untuk menunjukkan bahwa kami adalah mitra yang paling 
tepat
> untuk KS dan semua orang bisa mengikuti proses itu sekarang.
> 
> T: Apakah Anda memperhitungkan Tata Steel, Essar, dan Bluescope 
yang
> juga menyatakan minat bermitra dengan KS sebagai kompetitor?
> 
> LM: Banyak perusahaan baja yang berminat untuk bekerja sama dengan 
KS.
> Yang perlu ditentukan adalah mana yang paling tepat untuk KS. Saya
> yakin, Arcelor-Mittal adalah mitra yang paling tepat.
> 
> T: Seperti apa bentuk pengembangan yang ingin Anda lakukan bersama 
KS?
> 
> LM: Kami harus memahami lebih dulu rencana bisnis KS dan apa 
masalah
> yang mereka hadapi. Perlu duduk bersama untuk menentukan apa yang
> paling dibutuhkan oleh KS dan dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia.
> Seberapa besar kami berinvestasi bukan soal kritis dalam hal ini.
> Setiap tahun Arcelor- Mittal membelanjakan 7,5 miliar dollar AS 
untuk
> investasi.
> 
> Yang lebih penting adalah menentukan apa yang terbaik bagi
> pengembangan KS. Kalau kami berhasil masuk dalam kemitraan dengan 
KS,
> rencana pengembangan bisnis harus dilakukan bersama.
> 
> T: Bagaimana pola pemasaran yang tepat bagi industri baja di 
Indonesia?
> 
> LM: Prioritas pertama adalah membuat produk yang memenuhi standar
> internasional. Produk itu bisa dipakai di pasar domestik, tetapi 
juga
> bisa diterima di belahan dunia mana saja. Di Indonesia, pasar 
domestik
> menjadi prioritas, apalagi pasar ini sedang tumbuh.
> 
> Kalau sudah tidak bisa diserap di dalam negeri, bisa diekspor. 
Pasar
> Asia juga sangat kuat. Terlebih lagi ada persetujuan perdagangan 
bebas
> di kawasan Asia. (day)
>


Kirim email ke