Saya menduga, negara yang modern seperti AS, tidak tergantung pada figur atau 
sosok siapa pemimpinnya.  Tapi, lebih pada sistemnya yang sangat mapan.  Siapun 
presiden AS kelak, Obama atau Hilary sekalipun, pasti akan menjalankan politik 
luar negeri yang kurang lebih sama -dengan Bush-, melindungi kepentingan AS 
sebagai negara adidaya.  Mereka memiliki visi dan strategi yang jelas.  Ini 
berbeda dengan Indonesia yang tradisional, tiap ganti pemimpin, berganti pula 
visi minus implementasi.

Best,
IC



----- Original Message ----
From: Golden Horde <[EMAIL PROTECTED]>
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Sent: Sunday, April 27, 2008 1:00:49 AM
Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Bayangan Tuan Hegemon


Quote:
> Mau tidak mau, Paman Sam harus berubah. AS membutuhkan wajah baru.
> Suara mayoritas penduduk dunia menuntut perubahan. �We don’t
> hate America. We hate Bush. When he’s gone, it will be a new
> day�. Kesempatan itu terbuka lebar ketika Bush harus hengkang
> dari Gedung Putih. Sebuah awal dari era baru untuk sang kaisar,
> atau awal dari akhir Tuan  Hegemon?

-----------
Apakah sekiranya John McCain dapat memenangkan  perebutan kursi
Presiden AS pada akhir tahun ini dapat mengubah citra Amerika
menjadi  lebih baik dari kepemimpinan Bush  yang sekarang ?

Berbeda dengan  kandidat  Presiden AS  Partai Demokrat (Barack Obama
dan Hillary Clinton) yang  berjanji  akan  mengurangi atau  menarik
pasukan AS secara bertahap dari Iraq,  John McCain dari partai yang
sama dengan Bush yaitu Republik mengatakan bahwa invasi AS di  Iraq
adalah "necessary and just" (perlu dan adil)  dan  berjanji akan
menambah lagi jumlah dan kekuatan  pasukan AS di Iraq.

Dengan menambah pasukan pendudukan AS di Iraq, John McCain (mantan
tawanan perang Vietnam selama 5 tahun di Vietnam Utara)
mengharapkan dapat memenangkan peperangan lebih pasti  dan cepat
(kalau bisa tentunya), serta   tidak  ingin mengulangi kegagalan AS
dalam pengalaman perang Vietnam yang lalu.

Kebijaksanaan pro-perang John McCain ini hampir tidak berbeda dengan
kebijaksanaan Bush yang tetap  berambisi  untuk menegakkan hegemoni
AS dan politik  unilateral  didunia.

Rencana penambahan pasukan AS oleh McCain di Iraq berarti  juga
perluasan konflik bersenjata  di Iraq dengan konsekwensi  konflik
ini  dapat melebar ke negara-negara Timur Tengah lainnya seperti Iran
dan Syria, yang pada gilirannya akan membuat  harga minyak
membumbung  lebih  tinggi lagi dari yang sekarang, selain  mendorong
krisis dan destabilisasi  politik  lebih lanjut   di  kawasan Timur
Tengah  yang kaya dengan minyak itu.

Kenaikkan patokan  harga minyak lebih tinggi  dari harga  yang
sekarang dapat  menjerumuskan negara pengimpor minyak dari beberapa
negara berkembang  kedalam  jurang krisis ekonomi dan politik yang
berbahaya, yang pada gilirannya melahirkan krisis pangan dalam skala
global lebih besar lagi.

Jadi harapan  perubahan negara  Paman Sam dengan  wajah baru
tergantung juga dari  siapa  (Who) yang akan menggantikan Bush
nantinya.

Gautama Harsha.

Kirim email ke