Jadi solusinya gimana nih, Ganti saja semua anggota DPR/DPRD dan DPD dengan orang baru sama sekali melalui Pemilu, jangan memilinh orang lama, karena biasanya yang lama pun sudah terkontaminasi.Setuju!
--- On Fri, 3/6/09, iwan piliang <iwan.pili...@yahoo.com> wrote: From: iwan piliang <iwan.pili...@yahoo.com> Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Jeritan Mahasiswa/Jeritan Semua To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Friday, March 6, 2009, 8:32 AM Salam, Paparan Bang Mula ini menarik. Tetapi celakanya semua angka dan kegiatan atau mereka sebut program ini, dilakukan dengan atas nama rakyat dan mereka sebut konstitusional, diajukan pemerintah, disahkan DPR; LEGITIMATE! Justeru kita yang berteriak di luar, yang anggaplah care dengan keadaan, mereka tuding inskonstitusional. Nah, mereka "menjajah" kita, atau minimal Anda dan saya, yang merasa mereka "jajah" dengan sistem, aturan dan tata cara. Dan celakanya, kaum kebanyakan menjadi a looser, saya, Anda, seakan menjadi pecundang: Mereka semua yang di di kekuasaan, Parlemen, pemenang. Begitulah kondisi yang ada. Itu nyata. Rakyta kebanykan di tempatkan sebagai sosok yang kkalah. Sebetulnya untuk membalik keadaan, perlu media. perlu pers yang independen, tetapi lagi-lagi siapa yang mampu dan mau membiayai pers yang demikian. Akhirnya, semua larut menjadi bagian. Satu dua pers berbuat, dihajar ke pengadilan. Lihat saja kasus penggelapan pajak yang dibongkar TEMPO, walaupun terbukti penggelapan pajak lebih dari Rp 1,6 T, tetapi UU Pajak pun yang disahkan oleh DPR, bila tak salah UU 28, salah satu pasalnya menyangkut penggelapan paja, bisa selesaikan di luar pengadilan dengan denda maksimum 400% (MAKSIMUM lho!) Nah, lihat, kan, produk UU yang mereka buat begitu? Padahal di negara beradab, penggelapan pajak, apalagi terencana, salah satu kejahatan utama kepada negara. Di sini? Itulah contohnya Bang Mula. Jadi kesimpulannya, seberapa pun kita bunyi, bahkan saya menulis sudah ratusan ribu kata, hanya akan jadi langau hinggok, kata orang kampung saya. Dan siap-siaplah orang macam kita yang a looser ini pun kelak mati macam dihinggapi langau, seperti sosok wanita yang diperkosa, koma lima hari, tak diterima Puskesmas di RS karena tak beridentitas, tak punya kartu miskin, lalu hanya warga menunggui, tanpa perawatan .... dan MATI! (peristiwa di Pamulang, Tangerang dua pekan silam) ITULAH nasib kita sebagai rakyat, sebagai a looser. Angka-angka yang dipaparkan Bang Mula benar adanya. Keadaan itu pun diperparah adanya indikasi kolusi kepentingan sing untuk menguasai SDA bangsa. Maka klop sudah. Abang bilang soal puilkda, Otonomi pemilihan dan wewenangBupati macam hari ini, yang terjadi kan hanya"jualan" tanah tumpah darah kepada asing, misalnya di lahan KP batubara di Kalimantan. 5.000 ha, hanya maks Rp 25 miliar untuk izin sebuah konsesi, Murah sekali tanah tumpah darah kita ini bang. MURAH! So, Bang Mula, bagaimana kita ? Salam... dari a winner ... he he he (minimal macam Abang, hidup tak makan gaji, walupun kayak saya senin kemis hidupnya macam jelata yang lain). Dan siap-siaplah kita menerima kenyataan kelak macam wanita malang di Pamulang. Hanya ada satu tinggal Bang: Doa! Semoga kita masih dilindungi Tuhan dan tak menjadi orang malang. Amin Wassalam, iwan piliang