Salam,


Teman-teman yang budiman,



Mengingatkan kembali, Komunitas Salihara mengharap kehadiran anda untuk hadir

dalam acara "Enam Pekan Perempuan" di Salihara, yang akan dilanjutkan besok dan

lusa dengan acara:



(1) Pembukaan Pameran Seni Rupa, Jumat 3 April pukul 19.00 WIB karya-karya yang

akan dipamerankan: Ay Tjoe Christine, Ayu Arista Murti, Arahmaiani, Astari,

Dolorosa Sinaga, Yani Mariani, Mella Jaarsma, Tere, Wara Anindyah dan Titarubi.



(2) Acara akan dilanjutkan pukul 20.00 WIB dengan Pembacaan Karya Sastra, mereka

adalah Abidah El-Khalieqy, Ayu Utami, Dewi Lestari, Djenar Maesa Ayu, Helvy

Tiana Rosa, Inggit Putria Marga, Linda Christanty, Nenden Lilis A, Nukila Amal, 
dan Oka Rusmini dan dilanjutkan keesokan harinya Sabtu 4 April dengan jam yang 
sama.



(3) Sabtu 4 April pukul 16.00 di Serambi Salihara akan ada diskusi Serat 
Centhini

dengan pembicara Elisabeth Inandiak (sastrawan Prancis dan pengarang "Centhini

Kekasih yang Tersembunyi) dan Junannah MS (Dosen bahasa Arab UII Jogja)

moderator Nong Darol Mahmada



Jangan lewatkan acara Enam Pekan Perempuan di Salihara ini.



Sekian dan terima kasih



Rama Thaharani

Public Relations Komunitas Salihara

========================
http://www.salihara.org/main.php?type=detail&module=news&menu=child&parent_id=4&id=29&item_id=655

Memperingati Hari Perempuan Sedunia (International Women’s Day)
8 Maret dan Hari Kartini 21 April, Komunitas Salihara menyelenggarakan
beberapa acara seputar perempuan. Diawali dengan pementasan teater-tari
Gathik Glindhing oleh Kelompok Sahita di akhir Maret lalu. 

Rangkaian acara bertema Enam Pekan Perempuan ini dilanjutkan di bulan April ini 
dengan Pameran Seni Rupa 10 Perupa Perempuan
sebagai acara pembuka. Pameran ini akan berlangsung dari tanggal 3
hingga 17 April 2009 di Galeri Salihara. Pameran ini menampilkan
lukisan, patung, obyek, dan instalasi karya-karya sepuluh perupa
perempuan: Ay Tjoe Christine, Ayu Arista Murti, Arahmaiani,
Astari, Dolorosa Sinaga, Mella Jaarsma, Theresia Agustina, Titarubi,
Wara Anindyah dan Yani Mariani, yang kurang lebih dalam kurun satu
dekade ini  karya-karyanya banyak diperbincangkan. 
Bersama pameran ini kami
juga mengundang sejumlah penulis perempuan berlatar
jurnalis, novelis, aktivis, esais, kurator, untuk menulis dari pelbagai
sudut mengenai karya-karya yang dipamerkan, seperti: Alia Swastika,
Avianti Armand, Ayu Utami, Farah Wardani, Isma Sawitri, Kurie Suditomo,
Laksmi Pamuntjak, Linda Christanty dan Nukila Amal.

Dan anda kami undang untuk menghadiri pembukaannya yang akan digelar pada hari 
Jumat 3 April pukul 19:00 WIB di Galeri Salihara.

Di hari yang sama, pukul 20:00 WIB, (dan keesokan harinya, Sabtu 4 April 2009) 
kami mengadakan pentas 10 Perempuan-Sastrawan Baca Karya
di Teater Salihara. Mereka adalah: Abidah El-Khalieqy, Ayu Utami, Dewi
Lestari, Djenar Maesa Ayu, Helvy Tiana Rosa, Inggit Putria Marga, Linda
Christanty, Nenden Lilis A., Nukila Amal, dan Oka Rusmini. Dengan
kecenderungan dan pencapaian masing-masing, para sastrawan ini
membuktikan bahwa karya mereka telah berbicara dengan fasih dan nafas
yang panjang kepada khalayak pembaca sastra kita.

Pada hari Sabtu tanggal 4
April 2009 pukul 16:00 WIB di Serambi Salihara kami akan mengadakan
diskusi “Mengkaji Serat Centhini”. Serat ini merupakan sebuah mahakarya
sastra Jawa abad ke-19, Centhini dalam cetakan aslinya
memiliki 4.200 halaman, 722 tembang, 2.000 bait dalam 12 jilid. Kitab
ini memuat dongeng, kearifan lokal, sejarah, doktrin agama, erotisme,
seksualitas, dan kesenian yang tersebar luas dan diyakini masyarakat
pada waktu itu yang kemudian dikumpulkan oleh para sastrawan Keraton.
Namun, karya agung ini lebih banyak dicurigai daripada dikaji, disebut
buku cabul yang merekam praktik dan moral tak luhur.
 
Tak banyak diketahui,
seorang tokoh Masyumi dan cendekiawan muslim H. M. Rasjidi memperoleh
gelar doktor dari Universitas Sorbonne Prancis dengan disertasinya
tentang Centhini, Considerations Critique du Livre de Centhini (Pertimbangan 
Kritis tentang Centhini). Melalui H.M. Rasjidi-lah Elizabeth D. Inandiak 
mengenal Serat Centhini dan mempelajarinya selama bertahun-tahun. Inandiak 
kemudian menyadur Serat Centhini—menafsir, meringkas, dan menerbitkannya 
sebagai Centhini, Kekasih yang Tersembunyi yang ia sebut “Centhini abad ke-21”. 
Ikuti diskusinya dengan Elizabeth D. Inandiak—ahli sastra asal Prancis, 
penyusun buku Centhini, Kekasih yang Tersembunyi—yang akan mengulas Serat 
Centhini
sebagai warisan karya sastra, dan Dra. Junanah, MIS, dosen bahasa Arab
Fakultas Ilmu Agama Islam di Universitas Islam Indonesia (UII)
Yogyakarta yang akan mengulas relasi Islam dan Kejawen dalam Serat Centhini 
dengan moderator Nong Darol Mahmada.



      Firefox 3: Lebih Cepat, Lebih Aman, Dapat Disesuaikan dan 
Gratis.http://downloads.yahoo.com/id/firefox

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke