PASTI MARAH 

Suatu hari ada seorang pemuda yang diajukan ke pengadilan. 


Dia didakwa melakukan tindakan kekerasan - Menggebuki seorang nenek di KA 
jurusan Jakarta- Surabaya, 

Hakim yang memimpin persidangan berkata kepada si pemuda yang bertampang 
berangasan : 
"Sekarang saudara ceritakan semuanya, apa yang sebenarnya terjadi, secara 
detil, lengkap, berurutan. Bayangkan......kok saudara itu kejam 
sekali. Tega-teganya memukuli nenek-nenek, orang yang lemah ...!" 

Pemuda sangar itupun memulai ceritanya: 
"Begini Pak hakim, hari Minggu sebulan yang lalu, saya menerima kabar ibu 
sakit. Lalu saya naik Kereta jurusan Jakarta- Surabaya di Gambir yang berangkat 
di pagi hari. Saya duduk bersebelahan dengan seorang perempuan tua. Nenek ini 
membawa tas besar yang di letakkan di bawah 
kakinya. Saya menawarkan pertolongan untuk menaruh tas besarnya itu di rak 
atas, tapi dia menolak.Tas barang yang besar itu sangat mengganggu kenyamanan 
saya, karena kaki saya tidak bisa bebas bergerak. 


Kemudian kereta berangkat dan beberapa saat kemudian tiba di stasiun 
Jatinegara. Di stasiun ini, kereta berhenti untuk pemeriksaan tiket. Kondektur 
pun datang ke gerbong tempat saya berada, kemudian menanyakan tiket. Saya 
langsung tunjukkan tiket saya ke dia. Giliran tiket si nenek. Wah ini repot 
sekali. Nenek itu mengangkat tas besarnya ke bangku. Dia mengeluarkan handbag 
dari tas pakaian itu, lantas dari dalam handbag dia mengeluarkan dompet besar. 
Dari dompet besar dia mengeluarkan dompet kecil. Dari dompet kecil itu Ia 
mengeluarkan tas kain kecil berserut. Di dalam tas kain itu ada bungkusan yang 
diikat dengan karet gelang. Bungkusan itu di buka dan didalamnya ada kotak 
korek api. Rupanya nenek itu menyimpan tiketnya di dalam kotak korek api. 





Setelah diperiksa kondektur, dia kembali melipat tiketnya dan menaruh kembali 
ke kotak korek api. Lalu kotak itu dibungkus, diikat karet. Dimasukkan ke tas 
kain. Lalu masuk ke dompet kecil. Dompet kecil masuk Ke dompet besar, lalu di 
taruh di handbag. Handbag masuk kembali ke tas besar. Tas besar ditaruh kembali 
ke bawah kakinya. 


Keretapun meneruskan perjalanan. Perhentian berikutnya di setasiun Bekasi. Di 
sana juga sama ada pemeriksaan tiket. Tiket saya dengan cepat di periksa. 
Sementara si nenek, kembali mengangkat tas besarnya ke bangku. Keluarkan 
handbag, lalu berturut-turut dari dalamnya dompet besar, lalu dompet kecil, tas 
kain, lalu ada bungkusan berkaret, di buka ada kotak korek api, ada tiket di 
dalamnya. Diperiksa kondektur, lantas tiket masuk lagi ke kotak korek api, 
dibungkus, diikat karet, masuk ke tas kain serut,ke dompet kecil, masuk ke 
dompet besar, handbag, akhirnya 
masuk ke tas besar. Di taruh di bawah kaki, ." 


"Kereta jalan terus sampai di stasiun Krawang. Lagi-lagi ada pemeriksaan tiket 
. Tiket saya cepat diperiksa, sementara nenek itu angkat tas besarnya ke 
bangku, keluarkan handbag, lalu dompet besar, dompet kecil, lalu keluarkan tas 
ka.............," 

Belum sempat si pemuda meneruskan ceritanya, pak hakim keburu membentaknya. " 
Saudaraaa....... jangan main-main ya !!!!. Anda itu 
melantur atau apa??? Tau enggak ini pengadilan....bukan warung!!!!" 

Langsung saja pemuda itu berdiri dan tak kalah gertak juga : 
"Nah lihat kan , bapak hakim yang cuma mendengar cerita saya saja sudah marah. 
Padahal baru sampai Krawang. Coba bayangkan, bagaimana 
rasanya saya harus mengalami hal ini sepanjang perjalanan dari Jakarta - 
Surabaya .....Bapak tau nggak ada berapa stasiun yg dilewati!!! 










Kirim email ke