*~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~*
 {  Sila lawat Laman Hizbi-Net -  http://www.hizbi.net     }
 {        Hantarkan mesej anda ke:  [EMAIL PROTECTED]         }
 {        Iklan barangan? Hantarkan ke [EMAIL PROTECTED]     }
 *~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~*
          PAS : KE ARAH PEMERINTAHAN ISLAM YANG ADIL
 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Assalamu alaikum,

Borok-Borok Sufi

Salim Al-Hilali dan Ziyad Ad-Dabij
  ------------------------------------------------------------------------
Halaman dua dari tiga tulisan

SYARI'AT DAN HAKIKAT

Para pemimpin sufi mengatakan, bahwa setiap ayat mempunyai unsur lahir
dan bathin. Atau, Islam itu terdiri dari syari'at dan hakikat. Syari'at,
bila dibandingkan dengan hakikat, laksana buih. Hakikat merupakan
tingkatan paling sempurna, puncak dan sangat tinggi dalam tangga
peribadahan Islam.

Cara agar mampu untuk mencapainya adalah dengan memiliki ilmu laduni,
kasyaf Rabbani serta Faidh Ar-Rahmani. Dalihnya, hadits yang
diriwayatkan imam Bukhari dari Abu Hurairah :

      "Artinya : Aku menghafalkan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
      sallam dua kantung ilmu. Adapun salah satunya telah aku sebarkan.
      Sedangkan lainnya, bila ku sebarkan akan dipotong tenggorokan ini".
      (Hadits Riwayat Bukhari dalam kitab Fitan).

Padahal ini sebagai isyarat dari beliau rahimahullah tentang akan tidak
adanya kaitan antara ilmu batin dan ilmu zhahir. Kalau tidak begitu,
pasti beliau akan mencantumkannya dalam Al-'Ilm. Sesungguhnya, Al-Hafidz
Ibnu Hajar telah menerangkan masalah tersebut secara rinci dalam
kitabnya, Fathu Al-Bari I/216.

Oleh karena itu, barangsiapa menyatakan Islam terdiri dari lahir dan
batin, berarti dia telah menyangka Rasulullah Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam mengkhianati tugas kerasulannya. Tapi, inilah
kenyataannya. Mereka berkeyakinan, Rasulullah hanya menyampaikan yang
zhahir saja. Sedang, yang batin beliau beritahukan kepada orang-orang
tertentu. 13)

Demi Allah, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
berlepas dari yang mereka kaitkan kepada beliau Shallallahu 'alaihi wa
sallam. Dan Allah, malaikat Jibril serta orang-orang shalih dari
kalangan yang beriman menyaksikan yang demikian itu. Berfirman Allah
Subhanahu wa Ta'ala :

      "Artinya : Pada hari ini Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan Aku
      lengkapkan untukmu semua ni'mat-Ku serta Aku ridhai bagimu Islam
      sebagai agama". (Al-Maidah : 3).

Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam telah meminta persaksian di hadapan
segenap manusia muslim yang berkumpul di bawah Jabal Ar-Rahmah pada hari
haji akbar. Kata beliau, "Sesungguhnya, kalian akan ditanya tentang aku.
Maka, apakah yang akan kalian katakan ?" Jawab mereka : "Kami bersaksi
bahwa engkau telah menyampaikan risalah Rabb-mu dan telah menunaikannya.
Engkau telah menasehati umatmu dan menunaikan kewajibanmu".

Lantas beliau bersabda seraya mengacungkan telunjuknya ke arah langit
dan menggerak-gerakkannya ke hadapan manusia : "Ya Allah, saksikanlah.
Ya Allah, saksikanlah". (Potongan dari hadits Jabir bin Abdullah tentang
hajinya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Di-tahqiq ulang Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam Hijjah An-Nabi, hal. 37-41).

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun telah menyatakan secara
terang-terangan, dan hal ini sebagai hujjah nyata guna menampar setiap
pendusta dan yang suka berbuat dosa. Kata beliau :

      "Artinya : Sesungguhnya seorang nabi tidak mengenal main isyarat
      (dengan mata)". (Hadits Shahih Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud, dari
      Anas. lihat Shahih Al-Jami' II/303).

Maksudnya memberi isyarat dengan isyarat rahasia. Hal ini agar tidak ada
seorangpun yang berburuk sangka yang menyebabkan tumbuhnya keyakinan,
bahwa dalam agama Allah ada rahasia yang tidak banyak diketahui manusia.

Yang semakna dengan hadits ini adalah sabdanya :

      "Artinya : Sesungguhnya tidak selayaknya bagi seorang nabi
      mempunyai mata yang khianat". (Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud,
      Nasa'i dan Hakim dari Sa'id. Lihat Shahih Al-Jami' II/307).

AL-HULUL WA AL-ITTIHAD

Sebagaimana kelompok sufi berkhayal, siapa saja yang menempuh jalan ilmu
batin, pada akhirnya akan mencapai tingkatan melebur bersama dzat Allah.
Ketika itulah ia menempati dzat tersebut, hingga bercampur sifat
ketuhanan dengan tabiat kemanusiaan. Bentuk lahirnya manusia, tetapi
hakikat batinnya adalah sifat ketuhanan.

Orang-orang yang berpikiran demikian, misalnya Al-Hallaj, ibnu
Al-Faradh, Ibnu Sab'in dan lainnya dari kalangan sufi. Berikut ini kami
paparkan sebagian perkataan mereka :
Al-Hallaj berkata : 14)
              Maha Suci yang menampakkan sifat kemanusiaannya,
             Kami rahasiakan sifat ketuhanannya yang cemerlang,
                Kemudian Ia menampakkan diri pada mahluknya,
              Dalam bentuk orang yang sedang makan dan minum,
               Hingga mahluknya dapat menentukannya, seperti
            jarak antara kedipan mata dengan kedipan yang lain.
                    Siapakah dia ? Dialah Rabbu Al-Arbab
                  yang tergambar dalam seluruh bentuk pada
                           hamba-Nya, Fulan. 15)

Dan Ibnu Al-Faradh berkata : 16)
                    Tidaklah aku shalat kepada selainku,
                   dan tidaklah shalatku kepada selainku
                 ketika menunaikan dalam setiap raka'atku.

Dan cukuplah bagi orang-orang sufi merasakan kesedihan tatkala Ibnu
Al-Faradh berpayah-payah dibalik fatamorgana. Ibnu Taimiyah rahimahullah
berkata, tatkala menceritakan keadaan Ibnu Al-Faradh : "Orang yang
mengucapkan sya'ir tersebut ketika meninggalnya mengucapkan syair
sebagai berikut :
                  Jika kedudukanku dalam cinta disisi-Mu,
                   tidak seperti yang pernah aku jumpai,
             maka sesungguhnya aku telah membuang-buang umurku.
           Angan-angan yang menancap dalam diriku beberapa lama,
      dan pada hari ini aku mengiranya sebagai mimpi kosongku belaka.

At-Tusturi berkata : 17)
                  Akulah yang dicintai dan yang mencintai,
                           tidak ada selainnya.

Para syaikh tasawuf tersebut mencari-cari dalih dengan hadits yang
berbicara masalah wali. Padahal, segala dalih dan alasan itu tak
mendukung mereka. Misalnya sebuah hadits :

      "Artinya : Tidak henti-hentinya seorang hamba mendekatkan diri
      kepadaku dengan perbuatan-perbuatan yang disunnahkan hingga Aku
      mencintainya. Maka jika Aku mencintainya, Akulah yang menjadi
      pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, dan penglihatannya
      yang dia gunakan untuk melihat, dan tangannya yang dia julurkan,
      dan kakinya yang dia langkahkan. Maka, jika ia meminta kepada-Ku,
      sungguh aku akan beri. Dan jika ia minta perlindungan kepada-Ku,
      sungguh Aku akan melindunginya". (Hadits Riwayat Bukhari, akan
      tetapi kami ringkas sesuai dengan makna pembahasan).

Hadits ini menunjukkan dengan sangat adanya pembedaan dan pemisahan.
Dalam hal ini ada 'Abid (yang beribadah) dan Ma'bud (yang diibadahi),
Sa-il (yang meminta) dan Mas-ul (yang diminta), 'A-idz (yang minta
perlindungan) dan Mu'idz (yang melindungi). Sedang, orang-orang sufi
tersebut mengaku bahwa Allah berdiam dalam dzat hambanya. Yaitu, jika
Dia menjadi dia dan keduanya menjadi dua dzat yang menyatu.

Betapa anehnya ! Bagaimana akal orang-orang sufi tersebut menerimanya
dengan cara membenarkan kebohongan ini ? Dan bagaimana pula hingga lisan
mereka mengulang-ngulangnya ? Sungguh, Kursi-Nya seluas langit dan bumi,
maka bagaimana mungkin jasad manusia dapat menampung-Nya ?.

Adapun hadits berikut :

      "Artinya : Langit dan bumi-Ku sempit bagi-Ku, akan tapi hati
      hamba-Ku yang beriman lapang bagi-Ku"

Maka hadits ini adalah hadits palsu menurut kesepakatan para ulama ilmu
hadits.

WIHDAH AL-WUJUD

Pemahaman hulul wa al-ittihad mengantarkan para sufi pada perkataan
wihdah al-wujud. Istilah ini berdasar pola pikir orang-orang sufi
bermakna, bahwa dalam hal ini tidak ada yang wujud kecuali Allah. Maka,
tidaklah segala yang nampak ini kecuali penjelmaan dzat-Nya semata.
Yaitu, Allah. Maha Suci Allah, Rabb kita, Rabb yang Maha Mulia dari apa
yang mereka sifatkan.

Ibnu Arabi berkata : "Tidak ada yang tampak ini kecuali Allah, dan
tidaklah Allah mengetahui kecuali Allah".

Dan termasuk dalam keyakinan ini adalah orang-orang yang mengatakan :
"Akulah Allah, Maha Suci Aku". Seperti, Abu Yazid Al-Bustahmi. 18)
Katanya : "Rabb itu haq dan hamba itu haq. Maka, betapa malangku.
Siapakah kalau demikian yang menjadi hamba ? Jika aku katakan hamba,
maka yang demikian itu haq, atau aku katakan Rabb, sesungguhnya aku
hamba".

Dikatakan pula : 19) "Suatu saat hamba menjadi Rabb tanpa diragukan, dan
suatu saat seorang hamba menjadi hamba tanpa kedustaan".

Keberanian mereka kepada Allah sampai puncaknya ketika tukang sya'ir
mereka, Muhammad Baha'uddin Al-Baithar mengatakan : 20) "Tidaklah anjing
dan babi itu melainkan sesembahan kita, dan tidaklah Allah itu melainkan
rahib-rahib yang ada dalam gereja-gereja".

Pensyarah kitab Aqidah At-Thahawiyah, Ibnu Abil 'Izzi Al-Hanafi, berkata
: "Perkataan yang demikian itu mengantarkan manusia pada teori hulul wa
al-ittihad. Hal ini lebih keji daripada kafirnya orang-orang Nashrani.
Karena orang-orang Nashrani mengkhususkan menyatunya Alllah hanya dengan
Al-Masih, sedangkan mereka memberlakukan secara umum terhadap seluruh
mahluk. Termasuk keyakinan mereka pula, bahwa Fir'aun dan kaumnya
memiliki kesempurnaan iman, sangat mengenal Allah secara hakiki.

Termasuk dari cabangnya pula, bahwa para penyembah berhala berada diatas
kebenaran, dan mereka sesungguhnya beribadah kepada Allah, tidak kepada
lainnya. Keyakinan lainnya, tidak ada perbedaan dalam penghalalan dan
pengharaman antara ibu, saudara perempuan dan yang bukan mahram. Dan
tidak ada perbedaan antara air dengan khamer, zina dengan nikah.
Semuanya itu berasal dari sumber yang satu. Dan termasuk cabangnya pula,
bahwa para nabi mempersempit manusia. Maha Tinggi Allah dari apa yang
mereka katakan". 21)

Keyakinan semacam ini merupakan puncak tertinggi dari kekafiran, yang
dengannya hancurlah seluruh agama, membatalkan seluruh syari'at,
dihalalkan seluruh perkara yang diharamkan, dan disamakannya orang yang
beriman dengan orang fasik, orang bertaqwa dengan orang binasa, muslim
dengan mujrim, yang hidup dengan yang mati. Berfirman Allah Subhanahu wa
Ta'ala :

      "Artinya : Apakah Kami hendak menjadikan orang-orang muslim seperti
      orang-orang yang suka berbuat dosa, bagaimana kalian dengan apa
      yang kalian putuskan. Apakah kalian mempunyai kitab yang dapat
      dibaca ?" (Al-Qalam : 35-37).

Benar, mereka mempunyai kitab selain Al-Qur'an, yaitu Al-Fushush
Al-Hikam dan Al-Futuhat Al-Makkiyah. Dan telah berfirman Allah Subhanahu
wa Ta'ala :

      "Apakah Kami hendak menjadikan orang yang beriman dan beramal
      shalih seperti orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi.
      Ataukah Kami hendak menjadikan orang-orang yang bertaqwa seperti
      orang-orang kafir". (Shad : 28)

Dan apa yang kami paparkan di sini bukanlah hasil istimbath kami dan
bukan pula ijtihad. Akan tetapi, semua itu adalah perkataan mereka yang
diucapkan dengan lisannya. Yang syaikh paling senior diantara mereka
selalu mengulang kekafirannya dan menyatakan kefasikannya.

Bila pembaca menghendaki hakikat yang kami paparkan dan dalil yang kami
kukuhkan, maka lihatlah kitab Al-Fathu Ar-Rabbani dan Al-Faidh
Ar-Rahmani, karangan Abdul Ghani An-Nablisi hal. 84,85,86,87.

Semoga Allah memaafkan kita.

Footnote :
13. Ihya'Ulumuddin, AL-Ghazali, I/19
14. Ath-Thawasin. Al-Hallaj, cet. Masoniyah, hal. 139
15. Tablis Iblis, Ibnul Jauzi, hal.145.
16. Majmu' Fatawa, Ibnu Taimiyah, XI/247-248
17. Ma'arij At-Tashawuf Ila Laqaiq At-Tashawuf, Ahmad Bin 'Ajibah,
hal.139.
18. Al-Futuhat Al-Makiyah, I/354.
19. Fushush Al-Hikam, hal.90
20. Shufiyat, hal.27
21. Syarh Al-Aqidah Ath-Thahawiyah, hal.79

                                            Halaman dua dari tiga tulisan

_________________________________________________________________________
Get Your Private, Free E-mail from MSN Hotmail at http://www.hotmail.com.


 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
 ( Melanggan ? To : [EMAIL PROTECTED]   pada body : SUBSCRIBE HIZB)
 ( Berhenti ? To : [EMAIL PROTECTED]  pada body:  UNSUBSCRIBE HIZB)
 ( Segala pendapat yang dikemukakan tidak menggambarkan             )
 ( pandangan rasmi & bukan tanggungjawab HIZBI-Net                  )
 ( Bermasalah? Sila hubungi [EMAIL PROTECTED]                    )
 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pengirim: "k b" <[EMAIL PROTECTED]>

Kirim email ke