*~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~*
 {  Sila lawat Laman Hizbi-Net -  http://www.hizbi.net     }
 {        Hantarkan mesej anda ke:  [EMAIL PROTECTED]         }
 {        Iklan barangan? Hantarkan ke [EMAIL PROTECTED]     }
 *~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~*
          PAS : KE ARAH PEMERINTAHAN ISLAM YANG ADIL
 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



KEDEKATAN IBNU TAIMIYAH PADA DUNIA TASAWUF
Dr. Thiblawy Mahmoud Saad


Tingkatan Sufi Menurut Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah membagi tingkatan sufi menjadi tiga macam; Shufiyah
Al-Haqaiq
(Tasauf Ekstensialis), Shufiyah Al-Arzaq (Tasauf Essensialis) dan Shufiyah
Al-Rasmi (Tasauf Simbolis).
Mengenai Shufiyah Al-Haqaiq, Ibnu Taimiyah berkata; "Kaum sufi adalah
jamaah
orang-orang yang jujur dan dipercayai karena kezuhudannya dan ketekunannya
dalam beribadah, maka hanya merekalah yang patut mendapat sebutan itu. Dan
ada pernyataan seseorang mengatakan, bahwa kaum sufi itu adalah paling
jujurnya ulama dan pemerintahan/penguasa, tanpa mengkhususkan pendapatnya
kepada kaum sufi yang hidup pada masa Rasulullah (sahabat), kaum sufi dari
tokoh tabiien atau tabiit-tabiien.
Bila mereka dijuluki sebagai orang-orang yang jujur di Bashrah, maka para
ulama fiqih daerah Kufah juga disebut orang-orang yang jujur dari Kufah.
Dan
mereka semua selalu berhati-hati di dalam menempuh jalan menuju ridha
Allah
dan Rasul-Nya, sebagai beban tanggung jawab mereka sebagai tokoh yang
diteladani kaumnya. Kedua, pandangan Ibnu Taimiyah tentang Shufiah
Al-Arzaq.
Ia berkata; "Mereka adalah kaum sufi yang sangat berhati-hati di dalam
beribadah..." kemudian Ibnu Taimiyah melanjutkan kata-katanya tentang
Shufiyah Al-Arzaq; "Mereka adalah kaum sufi yang sebutannya terbatas pada
cara berpakaiannya (wool) saja, atau tingkah lakunya dalam pergaulan
sebagai
contoh teladan bagi pengikut mereka."

Pandangan Ibnu Taimiyah terhadap Kepribadian Kaum Sufi dan Kitab-Kitab
Tasauf

Ibnu Taimiyah berkata, "Di dalam memahami jalan hidup yang ditempuh kaum
sufi, orang-orang ramai yang keliru memandang mereka, bahkan mengecam
tasawuf sebagai sumber ilmunya. Orang-orang itu pun berkata; kaum sufi
adalah kelompok ahli bidah, yakni orang yang ibadahnya menyimpang dari
ajaran sunnah Nabi, namun banyak diikuti oleh beberapa aliran, karena
mereka
mengaku sebagai paling istimewanya makhluk setelah para Nabi."

Dan Ibnu Taimiyah menyanggah pendapat ini dengan kata-katanya; "Yang
benar..., mereka adalah hamba-hamba yang taat kepada Allah untuk
mendapatkan
ridha-Nya, seperti sahabat Nabi dahulu. Di antara mereka ada yang
mendekatkan diri kepada Allah dengan ketekunan ibadahnya, ada pula yang
melalui safar (perjalanan musafir). Namun sesekali mereka ada yang keliru
melangkah, maka dia bertaubat memohon ampunan atas kesalahannya." Pada
pendapatnya ini Ibnu Taimiyah menjelaskan ruh tasamuh (ramah dan murah
hati)
kaum sufi dan ahli salaf.

Ibnu Taimiyah akan menerangkan kepada kita tentang beberapa karya tulis
sufi
yang diantaranya adalah hasil rujukan dari kitab-kitab pendahulu mereka.
Ia
juga menyebutkan perbedaan-perbedaan yang mesti dibantah dan hadis-hadis
dha
if dalam kitab itu. Akan tetapi dari cacat dan kebaikan suatu kitab, kita
tidak akan luput dari manfaat yang ada di baliknya.

Suatu waktu, Ibnu Taimiyah pernah diminta komentarnya tentang kitab Ihyaa
Ulumuddien, karangan al-Ghazali dan kitab Qutul Qulub (Makanan Hati)
karangan Abu Thalib al-Makki. Ia menjawab; "Kitab-kitab itu telah membawa
dampak yang cukup besar di dalam membina rasa sabar, syukur, cinta kasih
kepada Allah, tawakkal, dan tauhid seseorang. Maka Abu Thalib lebih banyak
mengetahui daripadaku mengenai orang yang ahli dalam ilmu hati dari
kalangan
sufi."
Setelah itu Ibnu Taimiyah memuji kata-kata al-Makki dan berkata; "
Wawasannya luas sekali dan jauh dari faham bidah. Padahal sulit sekali
kita
dapatkan hadis yang menunjukkan cara pembinaan hati, walaupun ada, itu
adalah hadis dhaif dan maudhu."
Dan Ibnu Taimiyah menjelaskan, bahwa pembahasan al-Ghazali tentang
Al-Mukhlikat (sifat-sifat yang merusak) dalam kitabnya yang berjudul Ihyaa
Ulumuddien dipengaruhi oleh Al-Muhasibi melalui karya tulisnya Ar-Riayah
li
Huquqillah."
Ibnu Taimiyah berkata: "Sedangkan pembicaraan al-Ghazali tentang
sifat-sifat
yang merusak ( al-Mukhlikat) dalam kitab Ihyaa Ulumuddiennya seperti sifat
sombong, riya, hasud dan lain-lain adalah nukilan dari kitab Riayah
al-Muhasibi diantara pendapatnya ada yang diikuti, ada yang ditentang dan
ada yang menimbulkan berbagai pendapat ulama. Tetapi kitab Ihyaa
Ulumuddien
banyak mengandung manfaat."

Sampai tokoh Muslimin pun memungkiri karya tulis Abu Hamid al-Ghazali.
Maka
berkata; "Apakah dia berpura-pura sakit?" sebagaimana diucapkan oleh Abu
Bakar Ibnu alArabi, al-Hafid al-Iraqi juga menyebutkan beberapa hadis
dhaif
dalam kitab Ihyaa Ulumuddien.
Barulah kemudian Ibnu Taimiyah berbicara tentang kandungan kitab Ihyaa
Ulumuddien yang penuh kebaikan menuju ibadah dan penjelasan sekitar
masalah
pekerjaan hati, di samping penjelasannya mengenai peranan tokoh sufi yang
bijaksana. Ia berkata,"Di dalam kitab Ihyaa Ulumuddien itu terdapat
pandangan tokoh sufi yang bijaksana dan alim dalam mengetahui
perbuatan-perbuatan hati berdasarkan al-Quran dan Sunnah Nabi.

Karya-Karya Tulis Sufi Ibnu Taimiyah

1. At-Tuhfah al-Iraqiyah fi Amal al-Qalbiyah (Kalangan Iraq tentang
perbuatan-perbuatan Hati)
Dalam kitab ini Ibnu Taimiyah berkata; "Pembahasan singkat tentang
kekuatan
(peran) hati dalam kehidupan menusia yang kita sebut dengan ahwal dan
maqaamat adalah sebahagian dari dasar kepercayaan dan rasa cinta kepada
Allah dan Rasul-Nya, tawakkal, ikhlas, syukur, sabar (menerima takdir
Allah), takut (kepada Allah), raja (berharap kepada Allah).
Dan akan kita ketahui, bahwa Ibnu Taimiyah sering menggunakan
istilah-istilah kaum sufi terdahulu di dalam kitabnya, seperti kata
al-maqamat wal-ahwal." Istilah ini sudah lama dikenal dan dipergunakan
oleh
mereka.

Di dalam menafsirkan makna al-Maqamat wal-ahwal, Ibnu Taimiyah
menyamakannya
dengan arti rasa cinta, tawakkal, ikhlas, raja, takut kepada Allah (khauf)
dan syukur. Dan dalam risalahnya ini, ia menjelaskannya secara rinci
sebagaimana lazimnya kitab-kitab para sufi.

Qaidatul Mahabbah (Dasar Cinta Kasih)

Ibnu Taimiyah adalah seorang sufi yang memiliki rasa cinta. Berikut
pernyataannya dalam risalah berjudul "at-Tuhfah al-Iraqiyah fil Amal
al-Qalibiyah"; "... Adapun langit, bumi dan apa yang berada diantara
keduanya, matahari, bulan, gugusan bintang dan lapisan atmosfir serta
awan,
hujan, juga tumbuh-tubuhan adalah tanda kekuasaan Allah yang dititipkan
kepada langit dan bumi yang patuh mengerjakan segala perintah yang
dititahkan kepadanya.
Pada akhir risalahnya itu, Ibnu Taimiyah berkata: "Sudah kita ketahui,
bahwa
semua gerakan unsur dalam itu adalah bersumber dari rasa cinta kasih
kepada
sang Khalik (pencipta)". Dan satu-satunya cara Ibnu Taimiyah mencintai
Tuhannya adalah menganut ajaran agama yang diridhai Allah, karena hanya
itulah satu-satunya perantara yang akan menyampaikan semua amal baiknya
kepada Illahi.
Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa ia setuju dengan pandangan al-Fadhil bi
Iyadh tentang sebuah ayat al-Quran: "Agar Dia menguji siapakah di antara
kamu sekalian yang lebih amalnya." (Hud:7)

Kemudian dia melanjutkan; ...dengan ikhlas dan benar: Murid-muridnya
bertanya; "mengapa mesti ikhlas dan benar?" AL-Fadhil menjawab; "Karena
Allah tidak akan menerima perbuatan benar tanpa didasari ikhlas Lillahi Ta
ala, pun sebaliknya Dia tidak meridhai amal yang kamu dasari hati ikhlas
sedang itu adalah perbuatan salah, maka amalmu harus didampingi keduanya,
ikhlas dan benar".

Seperti juga Asy-Syubli meriwayatkan, bahwa Ibnu Taimiyah berpandangan
...
"rasa cinta harus dibuktikan dengan melaksanakan perintah Allah."  Dan ia
mengulang kata-katanya; "rasa cinta itu menuntut dilaksanakannya kewajiban
dengan sempurna, dan kesempurnaan cinta kasih akan membawa kepada amal
yang
sempurna pula. Sedangkan maksiat adalah suatu hal yang mengurangi cintanya
seorang hamba."
Berikut ini Asy-Syubli berpendapat tentang cinta kepada Allah:
"Kamu durhaka kepada Allah, padahal kamu berharap cintanya. Hal itu jelas
tidak logik, bila cintamu itu tulus, pastilah kamu mentaatinya.
Sesungguhnya
orang yang bercinta itu patuh kepada yang dicintainya."

2. Kitab Al-Istiqamah
Salah satu judul buku sufi Ibnu Taimiyah yang lain adalah "Qaidatun fi
Wujubil Istiqamah wal Itidal (prinsip dasar kejujuran dan keadilan).
Setelah
mendengar penjelasan Ibnu Taimiyah dalam buku ini, kelompok Mu tazilah dan
Asyariyah beserta para pengikutnya mengecamnya dengan ilmu kalam. Namun
tidak mudah bagi ulama sufi untuk mengikuti kelompok tersebut, karena
telah
merasa jemu dengan ilmu kalam mereka, bahkan ketekunannya menelaah
karya-karya sufi Ibnu Taimiyah semakin meningkat.
Di dalam bukunya itu pula, Ibnu Taimiyah menulis satu fasal yang merupakan
sanggahan terhadap risalah Abu al-Qasim al-Qusyairi. Ibnu Taimiyah
berkata:
"Ada satu pasal dalam risalah Abu al-Qasim al-Qusyairi yang terkenal itu
menyebutkan adanya perpecahan pandangan kaum sufi terhadap ilmu kalam. Dan
dia menyatakan sebagian kaum sufi menyokong pada kelompok Asyariyah. Itu
hanyalah dugaan Abu al-Qasim al-Qusyairi sebagaimana halnya Abu Bakar bin
Faruk dan Abu Ishak Al-Asfarayaini. Kemudian Ibnu Taimiyah menambahkan;
"Abu
al-Qasim itu telah membuat bingung kaum sufi dengan ilmu kalam kelompok
Asy
ariyah dan Kilabiyah."
Seringkali Ibnu Taimiyah menerangkan kedudukan tokoh kaum sufi, bahwa
mereka
tetap berpegang pada ajaran sunnah Nabi dan sebaliknya menolak pandangan
kelompok Kilabiyah dan Asyariyah yang menganut faham ilmu kalam. Kata-kata
Ibnu Taimiyah ini adalah sindiran kepada al-Qusyairi. Pada akhir kitabnya
ini Ibnu Taimiyah lebih banyak menyanggah ilmu kalamnya al-Qusyairi.
(Disarikan dari "Tasawuf Menurut Ibnu Taimiyah karya Dr. Thiblawy Mahmoud
Saad)

http://come.to/fos-islam


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor ---------------------~-~>
eGroups is now Yahoo! Groups
Click here for more details
http://click.egroups.com/1/11231/1/_/477090/_/981532315/
---------------------------------------------------------------------_->






 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
 ( Melanggan ? To : [EMAIL PROTECTED]   pada body : SUBSCRIBE HIZB)
 ( Berhenti ? To : [EMAIL PROTECTED]  pada body:  UNSUBSCRIBE HIZB)
 ( Segala pendapat yang dikemukakan tidak menggambarkan             )
 ( pandangan rasmi & bukan tanggungjawab HIZBI-Net                  )
 ( Bermasalah? Sila hubungi [EMAIL PROTECTED]                    )
 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pengirim: "[EMAIL PROTECTED]" <[EMAIL PROTECTED]>

Kirim email ke